Snowglobe by Soyoung Park, translated by Joungmin Lee Comfort, is a story set in a chilling world where most people suffer through extreme cold, but a lucky few live luxuriously inside a high-tech dome called Snowglobe. This dome isn’t just a safe place, but also the set of a 24-hour reality show that people outside watch obsessively, who dream of being chosen to live there as actors in this perfect environment. Its main character, Chobahm, starts as one of these outsiders who obsessed with Goh Around, the show featuring Snowglobe’s superstar, Goh Haeri. But after Haeri dies, Chobahm suddenly gets the chance to replace her. What seemed like a dream come true quickly becomes a nightmare as Chobahm realizes that the fame and glamour come with a lot of secrets.
(Snowglobe oleh Soyoung Park, diterjemahkan oleh Joungmin Lee Comfort, adalah sebuah cerita yang berlatar di dunia yang dingin di mana kebanyakan orang menderita kedinginan yang ekstrem, tetapi beberapa orang yang beruntung hidup mewah di dalam kubah berteknologi tinggi yang disebut Snowglobe. Kubah ini bukan hanya tempat berlindung yang aman, tetapi juga merupakan lokasi reality show 24 jam yang ditonton oleh orang-orang luar dengan obsesif, yang bermimpi untuk dipilih untuk tinggal di sana sebagai aktor di lingkungan yang sempurna ini. Tokoh utamanya, Chobahm, diperkenalkan sebagai salah satu orang luar yang terobsesi dengan Goh Around, acara yang menampilkan superstar Snowglobe, Goh Haeri. Namun setelah Haeri meninggal, Chobahm tiba-tiba mendapat kesempatan untuk menggantikannya. Hal yang tampak seperti mimpi yang menjadi kenyataan dengan cepat berubah menjadi mimpi buruk ketika Chobahm menyadari bahwa ketenaran dan kemewahan ternyata menyimpan banyak rahasia.)
BOOK REVIEW
Set in a world where people live under 24/7 surveillance for a reality show, Snowglobe by Soyoung Park brings us into the intense atmosphere of Snowglobe, a place where every actor’s move is broadcasted and watched by viewers on the outside. In this setup, there’s no real privacy, the residents’ lives are turned into performances. Fame here is shown as something that erases the line between personal life and public image.
Chobahm’s journey shows us the risks of needing outside approval and how easily freedom can become just an illusion. In Snowglobe, the actors have to think about ratings before making decisions, because their lives revolve around what makes the audience happy. Snowglobe gives us a message about a society where people’s worth is decided by how well they entertain others. For Chobahm, her choices, happiness, and even her identity are controlled by the invisible, watching audience. This is a powerful look at how real-life celebrities often lose control of their own lives when constantly judged by public opinion.
This book also makes us, as readers, think about our role as fans or followers of media. Just like the people who watch Snowglobe, many of us scroll through lives on social media or reality shows without thinking about what it’s really like for those being watched. Snowglobe asks us to consider the human side of entertainment and reminds us to have more empathy and be responsible in how we consume other people’s lives for fun.
Snowglobe feels relatable by showing how we crave drama in media by expecting celebrities and influencers to constantly go through ups and downs for our entertainment. Through Chobahm’s eyes, the book shows how society’s need for drama can blur the lines between what’s real and what’s performance, which often causes emotional pain to the people involved.
Snowglobe digs deep into how fame can consume a person’s real identity, even when they try to escape it. One powerful part of the book is when an actor leaves the Snowglobe dome, hoping to find freedom from the character they had to play for viewers. But they find that people outside still see them as that character, almost like they’re stuck in a role they didn’t choose. The story shows how, especially for celebrities or public figures, the mask they wear for fans can become a prison.
This book also challenges the way we quickly judge people based on what we see online or in the media. The way people treat the actor after they leave Snowglobe shows the danger of assuming that the public image someone has is the whole story. It’s a reminder that everyone, even celebrities, is a real person beyond the role we see. Snowglobe makes us think twice about accepting on-screen personalities as the whole truth, a lesson that’s especially important today with social media.
Snowglobe also has some sharp criticisms about the entertainment industry. It shows how the system can treat actors as if they’re just parts of a machine, more concerned with profits and ratings than the actors’ well-being. The director’s power over them, treating them as easily replaceable, shows the bigger issue of how people are sometimes used in the name of entertainment. This part of the story pushes us to think about the ethical side of the industry and to value personal integrity over trying to satisfy everyone else.
In the end, Snowglobe takes a hard look at fame’s darker side, which shows how it can turn people into tools for entertainment instead of seeing them as humans. This book asks us to consider the ethical cost of reducing people to characters and reminds us that behind every celebrity or influencer is someone with dreams and struggles. Through its story, Snowglobe makes us reflect on the cost of fame and our role as consumers in a media-driven world.
(Berlatar di dunia tempat orang-orang hidup di bawah pengawasan 24 jam setiap hari untuk reality show, Snowglobe oleh Soyoung Park menyelami atmosfer Snowglobe yang intens, tempat di mana setiap gerakan para aktor disiarkan dan ditonton oleh penonton di dunia luar. Dalam setting ini, tidak ada privasi yang sebenarnya, kehidupan para penghuninya berubah menjadi pertunjukan. Ketenaran di sini ditunjukkan sebagai sesuatu yang menghapus batasan antara kehidupan pribadi dan citra publik.
Perjalanan Chobahm menunjukkan kepada kita risiko dari bergantung pada validasi eksternal dan betapa mudahnya kebebasan bisa menjadi sekadar ilusi. Di Snowglobe, para aktor harus memikirkan rating sebelum membuat keputusan, karena kehidupan mereka berputar pada tujuan untuk membuat penonton senang. Snowglobe memberi kita pesan tentang masyarakat di mana nilai seseorang ditentukan oleh seberapa baik mereka menghibur orang lain. Bagi Chobahm, pilihan, kebahagiaan, dan bahkan identitas dirinya dikendalikan oleh penonton yang tak terlihat dan mengawasinya. Buku ini merupakan gambaran tentang bagaimana selebritas di dunia nyata sering kali kehilangan kendali atas kehidupan mereka sendiri ketika terus-menerus dihakimi oleh opini publik.
Buku ini juga membuat kita, sebagai pembaca, berpikir tentang peran kita sebagai penggemar atau pengikut media. Sama seperti orang-orang yang menonton Snowglobe, banyak dari kita menelusuri kehidupan di media sosial atau reality show tanpa memikirkan seperti apa sebenarnya kehidupan orang-orang yang ditonton. Snowglobe meminta kita untuk mempertimbangkan sisi manusiawi dari hiburan dan mengingatkan kita untuk lebih berempati dan bertanggung jawab dalam cara kita mengonsumsi kehidupan orang lain untuk kesenangan.
Snowglobe terasa relevan dengan menunjukkan bagaimana kita menginginkan drama di media dengan mengharapkan selebritas dan influencer untuk terus-menerus mengalami kejadian baik dan buruk secara ekstrem demi hiburan kita. Melalui mata Chobahm, buku ini menunjukkan bagaimana kebutuhan masyarakat akan drama dapat mengaburkan batas antara apa yang nyata dan apa yang hanya pertunjukan yang sering kali menyebabkan luka emosional bagi orang-orang yang terlibat.
Snowglobe menggali lebih dalam tentang bagaimana ketenaran dapat mengikis identitas asli seseorang, bahkan ketika mereka mencoba menghindarinya. Salah satu bagian yang penting dari buku ini adalah ketika seorang aktor meninggalkan kubah Snowglobe, berharap untuk menemukan kebebasan dari karakter yang harus mereka perankan untuk penonton. Namun, ia menyadari bahwa orang-orang di luar masih melihatnya sebagai karakter itu, dapat dikatakan ia hampir seperti terjebak dalam peran yang tidak ia pilih. Cerita ini menunjukkan bagaimana, khususnya bagi para selebritas atau tokoh masyarakat, topeng yang mereka kenakan untuk para penggemar dapat menjadi penjara.
Buku ini juga menantang cara kita menilai orang dengan cepat berdasarkan apa yang kita lihat secara daring atau di media. Cara orang memperlakukan aktor setelah mereka meninggalkan Snowglobe menunjukkan bahayanya berasumsi bahwa citra publik yang dimiliki seseorang adalah keseluruhan cerita. Ini adalah pengingat bahwa setiap orang, bahkan para selebritas, adalah orang yang nyata di luar peran yang kita lihat. Snowglobe membuat kita berpikir dua kali untuk menerima kepribadian di layar sebagai kebenaran seutuhnya, yang menjadi sebuah pelajaran yang sangat penting saat ini dengan media sosial.
Snowglobe juga memiliki beberapa kritik tajam tentang industri hiburan. Buku ini menunjukkan bagaimana sebuah sistem dapat memperlakukan aktor seolah-olah mereka hanyalah bagian dari mesin, yang lebih mementingkan keuntungan dan rating daripada keadaan aktor tersebut. Kekuasaan sutradara atas mereka, yang memperlakukan mereka sebagai orang yang bisa dengan mudah digantikan, menunjukkan masalah yang lebih besar tentang bagaimana orang terkadang digunakan atas nama hiburan. Bagian cerita ini mendorong kita untuk berpikir tentang sisi etika dalam industri dan menghargai integritas pribadi daripada mencoba memuaskan orang lain.
Pada akhirnya, Snowglobe melihat dengan saksama sisi gelap ketenaran yang menunjukkan bagaimana ketenaran dapat mengubah orang menjadi alat untuk hiburan bukannya melihat mereka sebagai manusia. Buku ini meminta kita untuk mempertimbangkan dampak etis dalam mereduksi orang menjadi karakter dan mengingatkan kita bahwa di balik setiap selebritas atau influencer ada seseorang dengan mimpi dan perjuangan. Melalui ceritanya, Snowglobe membuat kita merenungkan dampak ketenaran dan peran kita sebagai konsumen di dunia yang digerakkan oleh media.)
THINGS I LOVE
■ One thing I really appreciate about Snowglobe is how it explores issues like fame, inequality, and climate change. The book uses a futuristic world to make us think about the real-world problems we’re facing today. The Snowglobe dome, where people trade their privacy for a life of luxury, reflects how fame and the pressure for entertainment can come at a huge cost. It made me think about how obsessed we are with celebrity and how that affects people's lives. The way this book shows how fame can take over someone's life is a reminder of how much we sometimes expect from celebrities.
■ Another part of the book I love is the setting. The story creates a contrast between the freezing, harsh world outside the dome and the comfortable, high-tech luxury inside. It makes the difference between the rich and the poor feel real and shows how people can live in completely different worlds based on their social class. The Snowglobe dome represents privilege and separation, which felt very relatable to today’s society. It’s a reminder of how inequalities create divisions, not just in wealth but in how people experience the world.
■ I also enjoyed the plot, which follows a girl who gets a chance to become an actor in a glamorous world, only to realize that things aren't as perfect as they seem. The mystery of what’s really going on in Snowglobe kept me interested from the start. I love how the book slowly peeled back the layers to reveal the darker side of this seemingly perfect place.
(■ Satu hal yang aku suka dari Snowglobe adalah bagaimana buku ini mengeksplorasi isu-isu seperti ketenaran, kesenjangan, dan perubahan iklim. Buku ini menggunakan setting futuristik untuk membuat kita berpikir tentang masalah dunia nyata yang kita hadapi saat ini. Kubah Snowglobe, tempat orang-orang mengorbankan privasi mereka demi kehidupan mewah, mencerminkan bagaimana ketenaran dan tekanan dunia hiburan dapat menimbulkan dampak yang sangat besar. Hal itu membuat aku berpikir tentang betapa terobsesinya kita dengan selebritas dan bagaimana hal itu memengaruhi kehidupan orang-orang. Cara buku ini menunjukkan bagaimana ketenaran dapat menguasai kehidupan seseorang adalah pengingat tentang betapa besar ekspektasi kita terhadap selebritis.
■ Bagian lain dari buku yang aku sukai adalah latarnya. Ceritanya menciptakan kontras antara dunia yang dingin dan keras di luar kubah dan kemewahan yang nyaman dan berteknologi tinggi di dalamnya. Hal itu membuat perbedaan antara si kaya dan si miskin terasa nyata, yang menunjukkan bagaimana orang dapat hidup di dunia yang sama sekali berbeda berdasarkan kelas sosial mereka. Kubah Snowglobe mewakili hak istimewa dan pemisahan, yang terasa sangat relevan dengan masyarakat saat ini. Buku ini mengingatkan kita tentang bagaimana ketimpangan menciptakan perpecahan, tidak hanya dalam hal kekayaan tetapi juga dalam cara orang menjalani hidup.
■ Aku juga menikmati alur ceritanya, yang mengisahkan seorang gadis yang mendapat kesempatan untuk menjadi aktor di dunia yang glamor, hanya untuk menyadari bahwa segala sesuatunya tidak sesempurna yang terlihat. Misteri tentang apa yang sebenarnya terjadi di Snowglobe membuat aku tertarik sejak awal. Aku suka bagaimana buku ini perlahan-lahan mengupas lapisan demi lapisan untuk mengungkap sisi gelap dari tempat yang tampaknya sempurna ini.)
THINGS I DON'T LIKE
■One thing I didn’t quite enjoy about Snowglobe was its pacing. Some parts of the book move way too fast, rushing through important events, while other parts drag on. When the story should be building up suspense, it either goes too quickly or takes its time too much. This made it feel a bit inconsistent, so the moments that should have been interesting turned out to have less impact on me.
■ The world of Snowglobe is really interesting, but there were parts of it that felt underdeveloped. The book gives us a glimpse of both the inside of the Snowglobe and the outside world, but we don’t get enough details to fully understand how everything works. I wanted to know more about the social and technological systems in place, because these details would make me understand the characters’ actions and motivations better.
■ While its main character, Chobahm, is well-developed, I felt like some of the supporting characters were kind of flat. They’re important to the story and the reality show setup in the Snowglobe, but we don’t really get to know them much. If the book gave a bit more attention to these characters, it would’ve made the world feel richer.
(■ Satu hal yang tidak begitu aku sukai dari Snowglobe adalah alurnya. Beberapa bagian buku terasa terlalu cepat, tergesa-gesa dalam melewati kejadian-kejadian penting, sementara bagian lain terasa berlarut-larut. Ketika cerita seharusnya membangun ketegangan, ceritanya berjalan terlalu cepat atau terlalu lama. Hal ini membuatnya terasa agak tidak konsisten, jadi momen-momen yang seharusnya menarik ternyata kurang mengena buat aku.
■ Dunia Snowglobe sangat menarik, tetapi ada beberapa bagian yang terasa kurang berkembang. Buku ini memberi kita sekilas gambaran tentang bagian dalam Snowglobe dan dunia luar, tetapi kita tidak mendapatkan cukup detail untuk sepenuhnya memahami cara kerja semuanya. Aku ingin tahu lebih banyak tentang sistem sosial dan teknologi yang ada, karena detail ini akan membuat aku lebih bisa memahami tindakan dan motivasi karakter.
■ Meskipun karakter utamanya, Chobahm, berkembang dengan baik, aku merasa beberapa karakter pendukung agak datar. Mereka penting dalam cerita dan latar reality show di Snowglobe, tetapi kita tidak benar-benar mengenal mereka lebih jauh. Jika buku ini memberi sedikit lebih banyak perhatian pada karakter-karakter ini, kisah ini akan terasa lebih kaya.)
CONCLUSION
Snowglobe by Soyoung Park is a really interesting book that explores fame, identity, and how entertainment culture can invade personal lives. The story is set in the Snowglobe dome, it looks at how society’s obsession with fame can take away a person’s freedom. It shows how people end up living for others' approval and lose sight of who they really are. I think the idea behind the book is really unique and thought-provoking, but there are some parts where the pacing is uneven, and the world-building could have more detail to make the setting clearer. But the book is still an engaging read that makes us think about the price of fame and the ethics of the entertainment industry.
(Snowglobe oleh Soyoung Park adalah buku yang sangat menarik yang mengeksplorasi ketenaran, identitas, dan bagaimana budaya dunia hiburan dapat mengganggu kehidupan pribadi. Ceritanya berlatar di kubah Snowglobe, buku ini membahas bagaimana obsesi masyarakat terhadap ketenaran dapat merampas kebebasan seseorang. Buku ini menunjukkan bagaimana orang akhirnya hidup demi persetujuan orang lain dan melupakan jati diri mereka sebenarnya. Menurutku ide di balik buku ini benar-benar unik dan menggugah pikiran, tetapi ada beberapa bagian yang alurnya tidak merata, dan world buildingnya seharusnya bisa lebih rinci agar latarnya lebih jelas. Namun, buku ini tetap menjadi bacaan menarik yang membuat kita berpikir tentang dampak ketenaran dan etika dalam industri hiburan.)