On Children by Wu Xiaole is a nonfiction book that shares the author’s experiences as a tutor, showing the complicated and sometimes tough relationships between parents and children. Through a series of touching stories, Wu explores how family dynamics are shaped by expectations, cultural values, and individual desires. This gives us a deeper understanding of the pressures and misunderstandings that can happen in families.
(On Children karya Wu Xiaole adalah buku nonfiksi yang menceritakan pengalaman penulis sebagai tutor, yang memperlihatkan hubungan yang rumit dan terkadang sulit antara orang tua dan anak. Melalui serangkaian cerita yang menyentuh, Wu mengeksplorasi bagaimana dinamika keluarga dibentuk oleh ekspektasi, nilai-nilai budaya, dan keinginan individu. Hal ini memberi kita pemahaman yang lebih mendalam tentang tekanan dan kesalahpahaman yang dapat terjadi dalam keluarga.)
BOOK REVIEW
On Children by Wu Xiaole is a nonfiction book that shares heartbreaking stories from the author’s time as a tutor. Each story gives us a real look at how parents shape their children's lives, often in overwhelming ways. I found it fascinating how Wu Xiaole captures the complicated relationship between what parents want and what their children truly need. By telling real-life stories, the book touches on themes that anyone can relate to, especially if you've ever felt the pressure of family expectations.
One important theme in On Children is parental control, where love can sometimes feel more like pressure. Parents want the best for their kids, but their desire to guide can become controlling, especially when they push their own dreams or society's standards onto their children. This kind of guidance, even when it comes from a good place, can confuse children and make them struggle with their own identities. Many of the children in this book feel stuck between what their families expect and what they want for themselves, which is something I think a lot of young people can relate to, especially in cultures that value family loyalty and success.
One of the biggest takeaways for me was how important it is to respect everyone's individuality within a family. Wu Xiaole highlights that while parents often mean well, trying to live out their dreams through their children can harm their self-esteem and happiness. She points out that love should not come with conditions and that a person's mental well-being is more important than just their achievements.
This book also makes it clear that children aren’t difficult or problematic by nature, they’re often just angry or disappointed due to their parents' high expectations. This perspective is really relatable for me, as it challenges how we often label kids’ behavior. Wu shows that even the best intentions can cross the line into control, reminding us that supporting someone sometimes means giving them the space to make their own mistakes. It really made me think about how love and support can look different and how important it is to let children find their own paths.
Wu Xiaole doesn't just talk about how parents can be controlling, she also digs into how family patterns are passed down through generations. It’s interesting how she shows that certain behaviors and expectations can be inherited, often without us even realizing it. This cycle makes it hard for parents and children to change the roles they've been assigned, like what success looks like or what family duty means. I think Wu’s stories really emphasize the need to recognize these patterns because once families see them, they can work on breaking the cycle and avoid making the same mistakes.
Another important part of this book is the unspoken resentment and unmet expectations that build up in family relationships. The characters in Wu’s stories often have a tough time expressing their feelings, which leads to disappointment and loneliness over time. This reminds us how crucial open communication is in families. Wu Xiaole points out that having honest and vulnerable conversations is essential for building respect and understanding. If families don’t talk openly, misunderstandings can pile up, creating tension that strains the bonds that are supposed to offer support.
Ultimately, this book presents a vision of family as a source of strength, where everyone's individuality is valued, and love is shown through respect and understanding, not control. Through her storytelling, Wu Xiaole encourages us to rethink what it means to be a family, focusing on empathy, patience, and the courage to break free from old patterns.
(On Children karya Wu Xiaole adalah buku nonfiksi yang menceritakan kisah-kisah yang menyedihkan dari masa penulis sebagai guru privat. Setiap kisah memberi kita pandangan nyata tentang bagaimana orang tua membentuk kehidupan anak-anak mereka, yang sering kali dengan cara yang berlebihan. Aku tertarik pada bagaimana Wu Xiaole menunjukkan hubungan rumit antara apa yang diinginkan orang tua dan apa yang benar-benar dibutuhkan anak-anak mereka. Dengan menceritakan kisah-kisah nyata, buku ini menyentuh tema-tema yang dapat dipahami siapa pun, terutama jika kita pernah merasakan tekanan dari ekspektasi keluarga.
Salah satu tema utama dalam On Children adalah kontrol orang tua, di mana cinta terkadang terasa lebih seperti tekanan. Orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka, tetapi keinginan mereka untuk membimbing dapat berubah menjadi keinginan untuk mengendalikan, terutama ketika mereka memaksakan impian mereka sendiri atau standar masyarakat kepada anak-anak mereka. Gaya parenting semacam ini, bahkan ketika datang dari niat yang baik, dapat membingungkan anak-anak dan membuat mereka kesulitan mengenali identitas mereka sendiri. Banyak anak-anak dalam buku ini merasa terjebak antara apa yang diharapkan keluarga mereka dan apa yang mereka inginkan untuk diri mereka sendiri, yang menurut aku dapat dipahami oleh banyak anak muda, terutama mereka yang tumbuh dalam budaya yang mengutamakan nilai-nilai kesetiaan dan kesuksesan dalam keluarga.
Salah satu pelajaran terbesar dari buku ini buat aku adalah betapa pentingnya menghargai individualitas setiap orang dalam sebuah keluarga. Wu Xiaole menyoroti bahwa meskipun orang tua sering kali bermaksud baik, namun mencoba mewujudkan impian mereka melalui anak-anak dapat merusak harga diri dan kebahagiaan mereka. Ia menunjukkan bahwa cinta tidak boleh disertai syarat dan bahwa kesehatan mental seseorang lebih penting daripada sekadar pencapaian mereka.
Buku ini juga menjelaskan bahwa pada dasarnya tidak ada anak-anak yang berperilaku sulit atau bermasalah, namun yang ada adalah mereka yang marah atau kecewa karena ekspektasi orang tua mereka yang tinggi. Perspektif ini sangat relevan buat aku, karena mengubah cara kita dalam memberi label pada perilaku anak-anak. Wu menunjukkan bahwa niat terbaik sekalipun dapat melewati batas dan menjadi mengekang, yang mengingatkan kita bahwa mendukung seseorang terkadang berarti memberi mereka ruang untuk membuat kesalahan mereka sendiri. Buku ini benar-benar membuat aku berpikir tentang bagaimana cinta dan dukungan dapat terlihat berbeda dan betapa pentingnya membiarkan anak-anak menemukan jalan mereka sendiri.
Wu Xiaole tidak hanya berbicara tentang bagaimana orang tua bisa bersikap mengontrol, ia juga menggali lebih dalam tentang bagaimana pola keluarga diwariskan dari generasi ke generasi. Sangat menarik bagaimana ia menunjukkan bahwa perilaku dan ekspektasi tertentu dapat diwariskan, seringkali tanpa kita sadari. Siklus ini membuat orang tua dan anak sulit untuk mengubah peran yang telah diberikan kepada mereka, seperti apa kesuksesan itu atau apa arti tugas keluarga. Menurutku cerita-cerita Wu benar-benar menekankan perlunya mengenali pola-pola ini karena begitu keluarga melihatnya, mereka dapat berupaya memutus siklus tersebut dan menghindari membuat kesalahan yang sama.
Bagian penting lain dari buku ini adalah kebencian yang tak terucapkan dan harapan yang tidak terpenuhi yang terbentuk dalam hubungan keluarga. Tokoh-tokoh dalam cerita Wu sering kali mengalami kesulitan mengekspresikan perasaan mereka, yang menyebabkan kekecewaan dan kesepian seiring berjalannya waktu. Hal ini mengingatkan kita betapa pentingnya komunikasi terbuka dalam keluarga. Wu Xiaole menunjukkan bahwa melakukan percakapan yang jujur dan terbuka sangat penting untuk membangun rasa hormat dan pengertian. Jika keluarga tidak berbicara secara terbuka, kesalahpahaman dapat menumpuk, menciptakan ketegangan yang membebani ikatan yang seharusnya memberikan dukungan.
Pada akhirnya, buku ini menyajikan tujuan keluarga sebagai sumber kekuatan, tempat individualitas setiap orang dihargai, dan cinta ditunjukkan melalui rasa hormat dan pengertian, bukan kontrol. Melalui kisah-kisahnya, Wu Xiaole mendorong kita untuk memikirkan kembali apa artinya menjadi sebuah keluarga, dengan berfokus pada empati, kesabaran, dan keberanian untuk melepaskan diri dari pola lama.)
THINGS I LOVE
■ One of the best things about On Children is how it makes you think about your own family and experiences. This book isn’t just about telling stories, but it really gets you reflecting on your values, memories, and any emotions you might not have dealt with yet. For those of us who grew up feeling pressure from family or culture, reading this feels very personal. It creates an emotional experience that connects you deeply to the characters and their journeys.
■ The themes of parental expectations, societal pressure, and the struggle for freedom are really relatable, especially in cultures where family loyalty, school success, and career achievement are super important. The book talks about these issues in a way that I can relate to. This cultural connection is really powerful, because it makes me feel understood and compassionate towards the characters, and even towards myself. I saw some parts of my childhood in these stories, which can be both moving and cathartic.
■ Wu Xiaole’s storytelling shines when it comes to exploring the thoughts and feelings of both parents and children. Each character has emotional depth and complexity, which makes their struggles relatable. The book does a great job of showing the internal conflicts, desires, and fears that come up in family life. This psychological depth helps us understand different viewpoints by revealing the messy nature of family relationships.
■ Another strength of On Children is how it challenges what we usually think makes a “good parent.” The book shows that parents often act with good intentions, but sometimes their actions can do more harm than good. It encourages us to question how love, discipline, and support should be expressed. Many parents in the stories genuinely believe they’re doing the right thing, but their decisions can lead to misunderstandings. This exploration of well-meaning but misguided parenting opens up important discussions about the responsibilities and limits of being a parent.
■ The Indonesian edition published by Penerbit Haru is worth noting for its excellent translation, which is super clear and easy to read. This makes it so much easier to dive into the stories and themes without getting stuck on complicated language. The translation allows you to really enjoy the book and grasp its emotional depth quickly.
(■ Salah satu hal terbaik tentang On Children adalah bagaimana buku ini membuat kita berpikir tentang keluarga dan pengalaman kita sendiri. Buku ini bukan hanya menceritakan kisah-kisah, tetapi benar-benar membuat kita merenungkan nilai-nilai, kenangan, dan emosi apa pun yang mungkin belum pernah kita hadapi. Bagi kita yang tumbuh dengan perasaan tertekan dari keluarga atau budaya, membaca buku ini terasa sangat personal. Buku ini menciptakan pengalaman emosional yang menghubungkan kita dengan karakter dan perjalanan mereka.
■ Tema tentang ekspektasi orang tua, tekanan masyarakat, dan perjuangan untuk bebas benar-benar relevan, terutama dalam budaya di mana kesetiaan keluarga, keberhasilan akademik, dan pencapaian karier sangat penting. Buku ini membahas isu-isu ini dengan cara yang dapat aku pahami. Aspek budaya ini benar-benar kuat, karena membuat aku merasa dipahami dan dapat bersimpati terhadap karakternya, dan bahkan terhadap diri sendiri. Aku melihat beberapa bagian dari masa kecilku dalam cerita-cerita ini, yang dapat mengharukan sekaligus melegakan.
■ Gaya bercerita Wu Xiaole terlihat jelas ketika mengeksplorasi pikiran dan perasaan kedua orang tua dan anak-anak. Setiap karakter memiliki kedalaman dan kompleksitas emosional, yang membuat perjuangan mereka dapat dipahami. Buku ini berhasil menunjukkan konflik internal, keinginan, dan ketakutan yang muncul dalam kehidupan keluarga. Detail psikologis ini membantu kita memahami berbagai sudut pandang dengan mengungkap sifat hubungan keluarga yang tidak dapat ditebak.
■ Kekuatan lain dari On Children adalah bagaimana buku ini menantang apa yang biasanya kita anggap sebagai "orang tua yang baik." Buku ini menunjukkan bahwa orang tua sering bertindak dengan niat baik, tetapi terkadang tindakan mereka dapat lebih banyak menimbulkan kerugian daripada kebaikan. Buku ini mendorong kita untuk mempertanyakan bagaimana cinta, disiplin, dan dukungan harus diungkapkan. Banyak orang tua dalam cerita tersebut benar-benar percaya bahwa mereka melakukan hal yang benar, tetapi keputusan mereka dapat menyebabkan kesalahpahaman. Eksplorasi tentang pengasuhan yang bermaksud baik tetapi salah arah ini membuka diskusi penting tentang tanggung jawab dan batasan menjadi orang tua.
■ Edisi bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit Haru patut diacungi jempol karena terjemahannya yang sangat bagus, yang sangat jelas dan mudah dibaca. Hal ini membuat kita jauh lebih mudah menyelami cerita dan tema tanpa terjebak dalam bahasa yang membingungkan. Terjemahannya membuat kita bisa benar-benar menikmati buku ini dan memahami kedalaman emosinya dengan cepat.)
CONCLUSION
On Children by Wu Xiaole is a collection of heartbreaking stories about the complexities of family relationships. This book highlights the tricky balance between parental love and control, making us think about our own experiences and the patterns that shape our lives. With its engaging storytelling and strong emotional aspect, Wu helps us understand how expectations can impact families and emphasizes the importance of open communication. Ultimately, this book reminds us that building healthy relationships takes empathy, understanding, and respect for each person's individuality. As you finish the last chapter, you’re not just left with a better grasp of the characters’ struggles but also with a fresh perspective on how love and support are essential in raising the next generation.
(On Children karya Wu Xiaole adalah kumpulan kisah-kisah pilu tentang kompleksitas hubungan keluarga. Buku ini menyoroti keseimbangan yang kompleks antara kasih sayang dan kendali orang tua, membuat kita berpikir tentang pengalaman kita sendiri dan pola yang membentuk hidup kita. Dengan cerita yang menarik dan aspek emosional yang kuat, Wu membantu kita memahami bagaimana ekspektasi dapat memengaruhi keluarga dan menekankan pentingnya komunikasi terbuka. Pada akhirnya, buku ini mengingatkan kita bahwa membangun hubungan yang sehat membutuhkan empati, pengertian, dan rasa hormat terhadap individualitas setiap orang. Saat kita menyelesaikan bab terakhir, kita tidak hanya akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang perjuangan para tokohnya, tetapi juga dengan perspektif baru tentang betapa pentingnya kasih sayang dan dukungan dalam membesarkan generasi berikutnya.)