Skincare merupakan bagian dari self-love dan
self-care. Dengan merawat diri sendiri, maka kita sedang berinvestasi jangka
panjang terhadap kesehatan di masa depan. Misalnya penggunaan sunscreen yang
ditujukan untuk menangkal efek buruk UVA dan UVB yang bisa mencegah timbulnya
kanker kulit. Pengunaan produk yang menghidrasi untuk kulit yang dehidrasi
tentunya akan menyelamatkan kita dari ketidaknyamanan seperti dry patch dan
kulit kasar. Produk skincare yang terbuat dari bahan anti-inflamasi seperti
centella asiatica dan green tea bisa menenangkan kulit yang berjerawat. Namun,
terkadang beberapa statement yang tidak jelas darimana asalnya dan menyebar
melalui perkataan satu orang ke orang lain, bisa membuat kita ragu bahkan
ketakutan untuk merawat kulit.
Nah, kali ini saya akan membagikan beberapa mitos
yang sering saya temui di sekitar saya selama ini mengenai perawatan kulit dan
juga produk skincare.
1. Skincare membuat ketagihan
Satu hal yang hingga hari ini saya temui adalah
pernyataan bahwa sabun wajah hanya membuat iritasi dan ketergantungan terhadap
produk tersebut. Hal itu juga diutarakan oleh teman saya sendiri waktu sekolah,
saat saya sadar untuk mulai pakai the right face cleanser. Menurutnya, kulit
kita akan kembali ke asal jika kita tidak lagi menggunakan produk cleanser
tersebut seumur hidup. Terdengar menakutkan
ya.
Faktanya, mencuci adalah kegiatan yang pasti kita
lakukan seperti mandi. Kita melakukannya seumur hidup. Apakah kita bisa mandi
tanpa sabun mandi? Bisa, jika kita mau. Tujuan diciptakan sabun mandi adalah
membantu membersihkan kotoran dan bakteri yang tidak bisa dibersihkan oleh
hanya air saja. Begitu juga face cleanser. Hanya saja, karena untuk wajah, maka
bahan-bahan yang digunakan adalah lebih kalem.
Mungkin ketakutan akan produk-produk ini dikarenakan
di masa lalu sering beredar produk-produk dengan kemampuan instan, seperti
memutihkan warna kulit, atau dikarenakan penggunaan alcohol-based toner seperti
yang dilakukan ibu saja yang berakibat pada iritasi dan breakout pada kulit. Jika
dibandingkan masa lalu, pengetahuan mengenai skincare dan informasi mengenai
produk yang tepat sesuai jenis kulit bisa dengan lebih mudah kita dapatkan
melalui internet, melalui sumber terpercaya seperti dermatologist dan ahli
kimia. Selain itu, kini sudah banyak pilihan produk dengan bahan yang mild dan
calming, serta tidak jarang kita temukan brand yang mengusung tema organik dan
natural.
2. Skincare haram karena mengandung alkohol
Alkohol adalah istilah yang digunakan untuk semua senyawa
organik yang mengandung gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada salah satu atom
karbon. Sehingga menganggap alkohol haram adalah sesuatu yang sangat membatasi
kita. Glycerol salah satu bagian dari alkohol, merupakan bagian dari
trigliserida yang merupakan jenis lemak (lipid) yang biasa ditemukan dalam
tubuh manusia seperti dalam darah, dan minyak yang melembabkan kulit. Jadi tidak
tepat jika kita mengasosiasikan alkohol dengan haram. Selain itu, tidak semua skincare mengandung alkohol. Sama seperti bahan lainnya, jika memang tidak dibutuhkan maka sebuah produk tidak akan menggunakan alkohol di dalamnya.
Sebuah tulisan yang sangat bermanfaat dari Muhammad
Abduh Tuasikal, MSc dalam websitenya Rumaysho berjudul Salah Kaprah dengan Alkohol dan Khomr, bisa membantu kita menghilangkan statement negatif tentang
alkohol. Penjelasannya pun mudah dipahami dan menggunakan sisi science dan agama di dalamnya.
3. Skincare bagian dari tabarruj
Sebelumnya, mari kita memahami makna tabarruj berikut
ini dari The Concept of Tabarruj in the Qur’an According to Muslim
Commentators (Mirna Wati, Hasep Saputra) dan A Reflection on Women Attire in the Qur’an : Study on Ayat
Al-Hijab (Angraini binti Ramli, Radwan Jamal Elatrash)
A Reflection on Women Attire in the Qur’an : Study on Ayat Al-Hijab |
The Concept of Tabarruj in the Qur’an According to Muslim Commentators |
Skincare diciptakan untuk membantu. Skin adalah
kulit, care adalah merawat. Jadi sudah jelas tujuannya merawat kulit. Sama
seperti kita makan makanan bergizi karena ingin merawat tubuh kita.
Tentu saja dari definisi ini tidak ada yang masuk
dalam konsep tabarruj yang dikemukakan di atas. Menurut saya, tabarruj lebih ke
niat masing-masing orang. Kita bisa saja sama-sama menggunakan sunscreen. Satu orang
menggunakan sunscreen dengan tujuan melindungi kulit dan menjaga kesehatan
kulit, sedangkan satu orang lain menggunakan sunscreen dengan tujuan agar
terlihat wow di depan lawan jenis (meskipun yang sering saya jumpai adalah
produk sunscreen yang membuat kinclong berminyak seperti kilang minyak).
4. Skincare dari bahan alami lebih aman dan murah
Tidak juga. Produk DIY skincare yang resepnya kita
bisa dapatkan di internet tidak sepenuhnya aman bagi kulit. Bahan seperti air
lemon dan tomat berpotensi mengiritasi kulit. Air lemon mengandung properti
yang menyebabkan tingkat sensitivitas kulit terhadap sinar matahari jadi
meningkat. Selain itu, kandungan vitamin dan zat bermanfaat dalam bahan alami
konsentrasinya lebih sedikit dan sebagian kecil saja yang bisa masuk ke dalam
lapisan kulit terdalam, sehingga kita mungkin membutuhkan lebih banyak bahan alami
seperti lemon dan tomat tersebut untuk memenuhi kebutuhan zat tertentu bagi
kulit kita. Jika dibandingkan dengan
sebotol skincare dengan ekstrak tanaman tertentu yang sudah diolah sehingga
menghasilkan kemampuan maksimal, maka membeli berkilo-kilo bahan alami untuk
DIY skincare tentu saja bakal lebih mahal.
5. Pakai sunscreen atau moisturizer membuat tidak nyaman
Hal ini juga dulu alasan saya malas pakai
moisturizer dan sunscreen, karena beberapa produk yang pernah saya coba
menimbulkan efek greasy di kulit dan membuat wajah saya jadi seperti kilang
minyak, bahkan rasanya terlalu berat di kulit. Namun, penggunaan sunscreen dan
moisturizer tentunya harus sesuai dengan jenis dan kebutuhan kulit. Ada kalanya
kulit kita memang kekurangan minyak (dry skin) sehingga produk seperti
moisturizer yang kaya akan face-oil bisa
mengatasinya. Namun jika kulit kita kekurangan air (dehidrasi), kita butuh produk
yang water-based atau yang berbentuk gel yang biasanya juga ditujukan untuk
pemilik oily skin.
Baca juga : Kenapa Skincare Berhenti Berfungsi?
6. Bahan kimia dalam skincare berbahaya untuk kulit
Pernyataan ini yang juga menimbulkan anggapan bahwa
bahan natural lebih aman untuk kulit. Sesungguhnya di dunia ini berisi bahan
kimia seperti H2O, CO2, C6H12O6 dan lain-lain. Bahkan makanan yang kita
konsumsi sebenarnya berasal dari proses kimia yaitu fotosintesis. Bahan dari
alam maupun yang dihasilkan oleh manusia sama-sama ada yang berbahaya dan yang
bermanfaat, bahkan ada bahan-bahan yang bermanfaat namun bisa menimbulkan
reaksi alergi pada orang tertentu. Sama seperti saat kita makan udang. Udang
adalah bahan dari alam yang lezat untuk masakan dan tentunya disukai banyak
orang, namun bisa menimbulkan reaksi alergi pada orang tertentu. Bahkan bahan
seperti pisang pun bisa menimbulkan reaksi alergi lho. Jadi menyamaratakan
semua bahan kimia sebagai bahan berbahaya atau menimbulkan reaksi alergi bagi
semua orang tidaklah tepat.
7. Skincare hanya menghabiskan uang
Kini sudah banyak sekali pilihan produk skincare
lokal maupun drugstore yang bagus dan terjangkau, bahkan bisa kita dapatkan di
swalayan sekitar kita. Selain itu, jika kita menggunakan rangkaian produk yang
sederhana atau yang penting saja bagi kulit, tentunya tidak akan menghabiskan
banyak uang seperti jika kita menerapkan rutinitas skincare yang panjang. Jika memang sangat terbatas, kita tidak harus memaksakan diri membeli semua produk skincare sebanyak yang dimiliki para beauty blogger atau vlogger yang sedang hits. Sebutuhnya kita saja. Menurut saya, yang paling penting adalah produk yang membersihkan (face cleanser) dan melindungi (sunscreen), sedangkan yang lain-lain seperti masker, serum, atau essence bisa menyusul di kemudian hari.
8. Skincare itu tanda kita tidak bersyukur
Malah justru melakukan perawatan dan memberikan
perlindungan kepada kulit adalah salah satu cara saya untuk berterima kasih
kepada tubuh saya yang sudah setiap hari tak pernah bolos, meski panas hujan
dan keadaan sakit tetap bekerja keras melindungi saya. Cara berterima kasih
saya adalah dengan membantu dan melindungi. Kita pun tidak punya wewenang untuk menghakimi seseorang tersebut bersyukur atau tidak melalui produk-produk yang dia gunakan. Karena sesungguhnya rasa syukur dan terimakasih itu hanya diketahui yang memiliki perasaan tersebut.
9. Melihat efektivitas skincare dalam waktu singkat
Sebagai manusia kadang kita khawatir saat produk yang
kita gunakan tidak memberikan efek apapun terhadap kulit kita. Ini wajar,
karena kita selalu menginginkan perubahan. Beberapa bahan dalam skincare
terutama yang bersifat exfoliating atau anti-aging tidak bisa memberikan efek
dengan cepat. Kita lantas tidak bisa bangun tidur dengan kulit seperti anak
berusia 5 tahun, setelah menggunakan produk anti-aging. Produk untuk
hiperpigmentasi juga biasanya membutuhkan waktu berminggu-minggu bahkan
berbulan-bulan untuk memperlihatkan hasilnya.
Sedangkan untuk produk yang melembabkan adalah produk
yang bisa kita lihat hasilnya setelah pemakaian, misalnya jika kulit kita malah
kering setelah menggunakan moisturizer tertentu maka saatnya kita menghentikan
penggunaan produk.
Sehingga kita tidak bisa menyamaratakan semua produk
meski berasal dari brand yang sama, untuk memberikan efek dalam waktu yang
bersamaan.
Jika khawatir menggunakan produk skincare yang kemasannya terlalu girly, sudah ada beberapa brand yang memang meluncurkan produk yang khusus laki-laki dengan packaging yang 'keren'. Namun, menurut saya brand apapun kini sudah banyak yang menggunakan packaging yang netral seperti menggunakan konsep minimalis, sehingga siapapun bisa menggunakannya tanpa khawatir dihakimi macam-macam.
10. Skincare hanya untuk wanita
Jika merawat dan melindungi tubuh hanyalah kegiatan yang boleh dilakukan wanita, maka tentunya kegiatan mandi dan keramas pun juga milik kaum wanita saja. Seperti yang saya sebutkan di atas, skincare adalah untuk merawat dan melindungi, bahkan untuk mengatasi masalah tertentu seperti jerawat. Tentunya terkena polusi, bakteri dan masalah kulit sangatlah manusiawi, tidak terbatas pada gender tertentu. Saya pernah dengar curhatan teman kuliah saya, laki-laki : "Jerawat banyak dibully, pakai sabun wajah malah dibilang gak manly". Lalu kalau begini, serba salah bukan?Jika khawatir menggunakan produk skincare yang kemasannya terlalu girly, sudah ada beberapa brand yang memang meluncurkan produk yang khusus laki-laki dengan packaging yang 'keren'. Namun, menurut saya brand apapun kini sudah banyak yang menggunakan packaging yang netral seperti menggunakan konsep minimalis, sehingga siapapun bisa menggunakannya tanpa khawatir dihakimi macam-macam.
11. Wanita yang suka pakai skincare itu tidak cerdas
Anggapan bahwa wanita yang merawat wajah akan mengabaikan aspek lain seperti pendidikan bukanlah sesuatu yang tepat. Untuk dapat menggunakan skincare dan mendapatkan manfaat secara tepat, kita perlu pengetahuan yang cukup mengenai produk, bahan-bahan dalam produk hingga tak jarang banyak yang belajar ilmu kimia dan biologi. Produk skincare diciptakan sedemikian rupa melalui berbagai penelitian dan kerja keras para ahli kimia untuk mengatasi masalah kulit dan merawatnya. Jadi, apakah hasil penemuan dan kerja keras ini pada akhirnya kita anggap sebagai indikator ketidakcerdasan seseorang?
Nah, itu tadi beberapa mitos mengenai skincare yang
saya jumpai di sekitar saya. Pernah menemukan hal-hal 'menakutkan' seputar skincare? Share di kolom komentar ya.
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.