Hello! Before posting my April Wrap-up and probably my May Reading Plans, I’m going to show you the 18th book I finished reading on April that I really like because it delivers beautiful messages about life and humanity. This book titled Sweet Bean Paste by Durian Sukegawa. I’ve put this book on my TBR for so long because I heard good reviews about this under 200 page book. Finally this month I got the chance to get into this book. This book is originally written in Japanese, titled あん (An). I thought this book would be a light read with one or two good messages about patience and respect to the food. It turned out to be more than that. I got more knowledge about topic which I didn’t expect to be discussed inside this book.
(Halo! Sebelum mengepos April Wrap-up dan mungkin May Reading Plans, aku bikin satu blog post untuk buku kedelapan belas yang aku selesai baca di bulan April ini, yang aku suka banget karena pesan-pesan yang disampaikan tentang kehidupan dan kemanusiaan. Buku ini berjudul Sweet Bean Paste oleh Durian Sukegawa. Buku ini sudah berada di list TBR aku cukup lama karena aku sudah mendengar banyak review bagus tentang buku yang tebalnya di bawah 200 halaman ini. Akhirnya bulan ini aku berkesempatan untuk membacanya. Buku ini aslinya ditulis dalam bahasa Jepang dengan judul あん (An). Aku awalnya berpikir buku ini bakal menjadi buku yang ringan dengan satu atau dua pesan mengenai kesabaran dan penghargaan terhadap makanan. Tapi ternyata lebih dari itu saudara-saudara. Aku mendapat pengetahuan baru mengenai topik yang tidak aku duga bakal didiskusikan di dalam buku ini.)
Sweet Bean Paste by Durian Sukegawa | Book Review
Length :
186 pages
Goodreads rating : 4,07 / 5
My rating : 4,50 / 5
Keywords : adult, contemporary, literary fiction, Japanese literature, food, friendship, book that will make you cry
Where to read : Scribd
Trigger warnings : suicidal thoughts, suicide
attempt, death, loss of loved ones, forced institutionalization, illness,
isolation, anxiety, panic attack, burnout, fear of illness, description about
the physical appearance as the side effect of a disease
Blurb :
"Sentaro has failed: he has a criminal record, drinks too much, and hasn’t managed to fulfil his dream of becoming a writer. Instead, he works in a tiny confectionery shop selling dorayaki, a type of pancake filled with sweet bean paste. With only the blossoming of the cherry trees to mark the passing of time, he spends his days listlessly filling the pastries. Until one day an elderly, handicapped woman enters the shop.
Tokue makes the best bean paste imaginable, and begins to teach Sentaro her art. But as their friendship flourishes, societal prejudices become impossible to escape, in this quietly devastating novel about the burden of the past and the redemptive power of friendship." (Goodreads)
My thoughts :
It’s a book which gave me knowledge about
Hansen’s disease and sweet bean paste. So I decided to put my thoughts in one
review post dedicated to this book. This book contains shorter pages in each
chapter, so you (if you’re like me) will feel less intimidated when you first
get into this book. Another good thing is there are not too many characters to
introduce inside this book, and they are introduced as the story goes, not all
at once (compare to Before The Coffee Gets Old’s character introduction, if you
have read it).
(Buku ini memberiku pengetahuan tentang
penyakit lepra sekaligus pasta kacang merah. Jadi aku memutuskan untuk
mencurahkan pikiran dan perasaaku dalam satu review di blog ini didedikasikan
untuk Sweet Bean Paste. Buku ini berisi bab yang pendek-pendek, jadi jika kamu
seperti aku maka bakal tidak terasa terintimidasi ketika pertama kali
membacanya. Hal bagus lainnya adalah tidak terlalu banyak karakter yang
diperkenalkan dalam buku ini dan mereka dimunculkan saat cerita berjalan, tidak
langsung bersamaan.)
Centering in the human-universe relationship
through sweets and three different people from different backgrounds, this book
left me thinking a lot about life, universe, relationship, and existence after
finishing it. There were parts where it made me cry because I can’t not cry
when someone has a dream (that’s often seen as something simple because it’s
the thing everyone else has without they ever knowing) and finally they reached
it after so long. It’s so rare for me to cry over an author’s note page, but I
did. By reading the super short paragraph about why this book is written, I got
more insight and more stuff to think about once I closed this book.
(Berfokus pada hubungan manusia dan alam
semesta melalui makanan manis dan tiga orang dari tiga latar belakang berbeda,
buku ini membuatku kepikiran tentang kehidupan, alam semesta, hubungan dan
keberadaan kita di dunia setelah selesai membacanya. Ada beberapa bagian yang
membuatku menangis karena aku gak bisa gak nangis kalau menyangkut mimpi seseorang (yang mungkin
dianggap sebagai hal sederhana karena hal tersebut bisa dimiliki semua orang
yang lain bahkan tanpa menyadarinya) dan akhirnya bisa mencapai mimpi itu
setelah sekian lama. Sangat jarang pula aku nangis saat baca catatan penulis di
bagian akhir buku ini. Dengan membaca paragraf singkat mengenai latar belakang
ditulisnya buku ini, aku mendapat pengertian dan beberapa hal lain untuk aku
pikirkan setelah menutup buku ini.)
You might think that it’s not fair that
someone can’t feel the freedom while the other don’t realize it. That’s one of
the things that this book talked about. Why. Your question might not be
answered and life just goes on as it is. But you got sweet bean paste.
(Kamu mungkin berpikir bahwa tidak adil kalau
seseorang tidak bisa mendapatkan kebebasan sementara orang-orang lainnya tidak
menyadari kebebasan yang mereka miliki. Hal ini adalah salah satu hal yang
dibahas dalam buku ini. Kenapa. Pertanyaanmu mungkin tidak terjawab di buku ini
dan kehidupan akan terus berjalan seperti biasanya. Namun kamu dapat ilmu pasta
kacang merah)
Sentaro’s character is relatable where he
wants to resign from this dorayaki place, but at the same time he has a debt to
pay, as well as about him feeling unskilled when it comes to other job and his
age is seen unqualified for applying the job he wanted. He wanted his daily job
to end as soon as possible and he didn’t care what kind of dorayaki he made,
until he met Tokue and her brilliant sweet bean paste. Even though the way he
got the debt and how his boos kindly gave him this dorayaki place to manage is
still something that I hardly accept. Let me know if you have read this book
and think differently about this part. I might miss something important here.
(Karakter dan kondisi Sentaro sebagai tokoh
utama cukup relatable terutama dimana dia pengen resign dari pekerjaannya
sebagai penjual dorayaki namun di saat yang sama dia punya hutang yang harus
dibayar, selain juga tentang Sentaro yang merasa tidak memiliki keahlian yang
cukup untuk perkerjaan lain dan usianya yang tidak lagi memenuhi persyaratan. Dia
menginginkan pekerjaannya sehari-hari segera berakhir sehingga dia tidak peduli
dorayaki seperti apa yang dia buat dan jual, hingga dia bertemu dengan Tokue
dan pasta kacang merahnya yang super lezat. Meski menurutku bagaimana dia
memiliki hutang dan bagaimana bos pemilik usaha dorayaki itu mempercayakan toko
itu kepadanya masih tidak bisa aku terima begitu saja. Beritahu aku ya jika
kamu sudah membaca buku ini dan berpikir berbeda mengenai bagian ini.)
This book gives you the balanced amount of
knowledge about some sweets and how to make traditional sweet bean paste and
the information about leprosy or Hansen’s disease especially in Japan (how the
patients were treated in the past, how the side effect of the disease as well
as the society’s reaction, how the place they live look like, and how the
sanatorium could be another isolated world). The words it uses are easy to
understand and the paragraph are mostly shorter, so it’s less crowded when you
read it through your phone.
(Buku ini memberimu porsi seimbang antara
pengetahuan tentang makanan manis, cara membuat pasta kacang merah secara
tradisional dan informasi mengenai wabah lepra di Jepang (bagaimana pasien
diperlakukan di masa lalu, bagaimana efek samping penyakit ini sekaligus reaksi
masyarakat, bagaimana sanatorium tempat mereka tinggal dan bagaimana kesan
isolasinya masih terasa hingga bertahun-tahun kemudian). Kata-kata yang
digunakan dalam buku sangat mudah dipahami dengan paragraf yang pendek dan
tidak terlalu padat saat kamu membacanya melalui handphone.)
Overall it’s a heartwarming story to follow
(and please read the trigger warnings) with the topic it talked about is varied
from sweets to illness. This book is the first book that I read that pick
Hansen’s Disease as topic and it opens my eyes about many more things about
freedom, people are forgotten and left and isolated and also about appreciating
foods and nature.
(Secara keseluruhan, cerita dalam buku ini
cukup mengharukan buat aku (jangan lupa baca trigger warningnya ya) dengan
topic yang luas dari makanan manis hingga penyakit. Buku ini adalah buku pertama
yang aku baca yang membahas mengenai penyakit lepra dan sudah membuka mataku
untuk lebih banyak hal mengenai kebebasan, orang-orang yang keberadaannya tidak
lagi diingat dan juga mengenai penghargaan terhadap makanan dan alam.)
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.