Hello friends! I'm back with the
monthly reading wrap-up. It's been awhile, I think. This blog post is made for
you who prefer writing format to a video. I already made a wrap-up video on my
channel, and the contents are the same, because I used the same script for my
video subtitles (it’s quicker and more convenient to do right?) so this blog
will be in Indonesian and English.
Di bulan Juli ini, aku menyelesaikan 9 buku yang terdiri dari 3 buku fisik, 3 audiobook dan 3 e-book. Kombinasi yang bener-bener keren, xixixi. Aku juga nemu beberapa buku favorit di bulan ini meskipun bulan Juli ini bukan termasuk bulan membaca buat aku karena aku kayak hampir kena reading slump tapi aku tetep lanjut baca aja meskipun dengan perasaan yang beda dari biasanya. Dan ajaibnya bisa nyelesaiin kesembilan buku ini.
(During the month of July I finished 9 books which consist of 3 physical books, 3 audiobooks and 3 e-books. Cool number combination right? I also found some new favorites this month even though July wasn’t my reading month for me since I was about to be in a reading slump. But I continued anyway with different feelings than usual. Magically, I could finish all these 9 books.)
1. A Psalm for the Wild-Built (Monk and Robot #1) by Becky Chambers
Buku pertama yang aku selesaikan
adalah satu e-book yang judulnya A Psalm for the Wild-Built oleh Becky Chambers yang merupakan sebuah novella, yang
merupakan buku pertama dari Monk and Robot series. Buku ini bercerita mengenai
Dex yang seorang monk yang merasa ada sesuatu yang hilang dari kehidupannya
yaitu suara jangkrik. Kemudian Dex memutuskan untuk pindah ke wilayah lain dan di
sana dia sukses menjadi seorang tea monk, atau orang-orang yang mendengarkan
curhatan keluh kesah orang lain sambil menghidangkan teh untuk mereka. Meskipun
sudah sukses, Dex masih merasa ada sesuatu yang hilang dari dalam dirinya dan
masih ada pertanyaan yang belum bisa dia jawab sehingga hal-hal ini membuat dia
mengawali sebuah petualangan ke alam liar yang membuatnya bertemu dengan
seorang robot.
(The first book I finished is an a-book titled A Psalm for the Wild-Built by Becky Chambers which is a novella and the first book in Monk and Robot series. This book follows Dex who is a monk who felt something missing from their life which is cricket sound. Then Dex decided to move to other area, and they succeeded there as a tea monk or people who listen to other people while serving tea. Despite their success, Dex still felt something missing and there’s a question they aren’t able to answer which made them started an adventure to the wilderness where they meet a robot.)
Buku ini termasuk ke dalam cozy sci-fi dan settingnya di dunia yang cukup unik karena meskipun mereka sudah menerapkan berbagai teknologi canggih untuk pertanian, perumahan dan berbagai hal di kehidupan sehari-hari, masih ada dewa-dewa yang dihormati dan kehidupan manusia di sini sangat environment friendly. Terlepas dari semua kesempurnaan itu, tentu saja orang-orang di sini masih punya masalah, sehingga mereka datang ke tea monk untuk curhat dan mendapatkan teh. Buku ini menunjukkan ke pembaca kalau masalah itu ga selalu datang dari orang lain atau lingkungan kita melainkan juga bisa datang dari diri kita sendiri. Di dunia yang sempurna ini, orang-orang masih bisa punya masalah, salah satunya adalah Dex yang masih punya satu pertanyaan yang belum bisa dia jawab dan perasaan tidak puas yang membuatnya untuk memutuskan berpetualang ke alam liar.
(This book is a cozy sci-fi which is set in a unique world where they have all modern technology for farming, housing, and everything else, but also there are gods they respect and they live in an environment friendly way. Despite all the perfect life it has, the people in this book still have problems, so they come to the tea monk to talk about their problems and to get some tea. This book shows us that a problem doesn’t always come from other people or the environment, but it can also come from ourselves. In this perfect world, people can have a problem, including Dex who still has one question they couldn’t answer and the unsatisfied feeling which pushed them to go to the wilderness.)
Buku ini nggak hanya menunjukkan, tapi
juga kayak seorang sahabat yang memberikan pendapat mengenai kehidupan
sehari-hari. Jadi aku seneng banget waktu Dex udah ketemu sang robot, jadi
mereka bisa berbagi pendapat. Aku jadi nemu beberapa atau banyak favorite quote
dari buku ini, dan salah duanya adalah ‘We
don’t have to fall into the same category to be of equal value.” Keren banget
kan. Selama ini kita memaksakan untuk menyamaratakan segala hal agar semua
mendapatkan hak yang sama dan terlihat memiliki derajat yang sama melalui
pakaian yang sama, rumah yang sama, mobil yang sama hingga menu makan yang
sama. Menurut aku bukan solusi, karena kita ini udah dari sononya equal alias
sederajat, manusia aja yang suka menggolong-golongkan sesamanya ke dalam
berbagai macam tingkat sehingga kita sendiri yang ribet kenapa kita
berbeda-beda tingkatannya dan kita ingin menjadi equal kembali dengan
menyamakan penampilan semua orang. Menyamakan penampilan atau bahkan muka yang
sama, menurut aku bukan solusi, karena yang iya kamu malah makin tertekan dan nambah
masalah dalam hidup kamu. Tapi kalau kamu menganggap hal-hal ini adalah hal hal
yang seru dan perlu ditambahkan dalam kehidupan kamu, that’s okay, that’s no
problem. Anyway, quote lain yang aku suka dari buku ini adalah “You keep asking why your work is not
enough, and I don’t know how to answer that, because it is enough to exist in
the world and marvel at it. You don’t need to justify that, or earn it. You are
allowed to just live". Iya gais, you are allowed to just live.
Personally, quote ini bikin aku terharu. Gimana dengan kamu? Kasih tahu di
kolom komentar di bawah ya.
(This book is not only showing, but is like a best friend who gives opinions about daily stuff. So I’m happy when Dex finally meets the Robot and shares their opinions. I also found some or many new favorite quotes from this book, which are : ‘We don’t have to fall into the same category to be of equal value.” Cool, right? We always force everything to be the same so that they can get the same rights or look equal through the same clothes, same houses, same cars, or the same meal menu. For me, that’s not the solution, because we are originally equal. Humans who love to categorize themselves into different levels, and that make them confused why humans are not treated equally, and they want everyone to be equal (again) by making everyone look the same. The same appearance or even the same face is not the right problem solving, because it stresses people out more and adds more problems to people’s lives. But if you are the kind of people who think that these kinds of stuff is interesting and should be integrated to your life, then that’s okay and no problem. Anyway, another quote I like from this book is “You keep asking why your work is not enough, and I don’t know how to answer that, because it is enough to exist in the world and marvel at it. You don’t need to justify that, or earn it. You are allowed to just live". Yes, you are allowed to just live. Personally this quote made me cry. How about you? Let me know in the comment section below.)
Mungkin hal-hal yang gak begitu aku suka atau gak begitu aku pahami dari buku ini adalah penjelasan atau deskripsi mengenai beberapa teknologi bekerja dan bagaiman bentuk tata kota dari setting di buku ini. Meskipun agak kesulitan membayangkan, tapi otakku cukup bisa menciptakan gambaran yang cukup cozy sehingga aku masih bisa menikmati buku ini meskipun gak memahami gimana sih aslinya bentuk kota yang didatangi oleh Dex dan gimana bentuk dari hutan yang dia kunjungi. So, dengan segala pengajaran dan keindahan penulisannya, buku ini dapet 4,5 bintang.
2. Hana Khan Carries On by Uzma Jalaluddin
Storytel (Audiobook) | Shopee Periplus (Paperback)
Buku kedua adalah Hana Khan Carries On oleh Uzma Jalaluddin
yang aku dengarkan audiobooknya di Storytel dan buku ini menjadi unexpected
favorit di bulan Juli.
Buku ini bercerita mengenai Hana
yang seorang keturunan India yang tinggal di Kanada, keluarganya menjalankan
restoran biryani yang namanya Three Sisters Biryani Poutine. Selain membantu di
restoran, Hana juga magang di radio Toronto karena dia suka banget radio dan
podcast. Dia juga punya satu podcast sendiri untuk membicarakan mengenai
kisah-kisah keluarga kaum minoritas di Kanada dalam hal ini kaum non kulit
putih, dan dia punya pendengar setia sendiri lho. Tiba-tiba aja ada pengumuman
kalau bakal ada dibuka satu restoran halal baru di wilayah tempat restoran
mereka berdiri. Tentu aja three sisters yang satu-satunya restoran halal di
wilayah tersebut yang udah struggling menarik pembeli menganggap pengumuman ini
sebagai sebuah ancaman. Apalagi setelah calon pemilik restoran halal tersebut
yang bernama Aydin dan bapaknya datang ke Three Sisters, dan bapaknya bilang
kalau Three Sisters ini mendingan tutup aja. Hal ini membuat Hana berpikir
keras gimana caranya agar Three Sisters tetap bertahan.
Oh iya buku ini juga bikin aku bikin voice over yang berbeda dari script yang udah aku ketik sebelumnya buat video bujo bulan Agustus karena waktu aku mau record voice overnya, aku lagi baca buku ini. Dampak yang diberikan oleh buku ini terhadap aku tentu saja sangat positif, karena kayaknya aku jadi sedikit ketularan semangat Hana untuk sharing sesuatu di platform yang sudah aku miliki.
(This book made me create different voice over from my original script for my August bullet journal setup because I was in the middle of reading this book when I recorded the voice over. I got some positive stuff from this book, since I was a little bit influenced by Hana to share something I want in my own platform.)
Karena aku denger versi audiobooknya,
aku jadi gak begitu tahu gimana penulisan beberapa istilah yang muncul di dalam
buku ini. Namun aku suka cara narator membaca nama Aydin yang sukses bikin aku
doki doki kalau bahasa mbak mbak animenya, dan tiap kali naratornya nyebutin
nama-nama makanan yang ada di buku ini aku jadi pengen makan makanan India.
(Because I listened to the audiobook version, I didn’t really know how some terms are written in this book. But I love the way narrator speaks Aydin’s name which made me feel doki-doki (lol) and every time the narrator mentions the food names from this book, I wanted to eat some Indian foods.)
Aku kira buku ini bakal berhenti di trope
enemies to lovers dan segala hal mengenai love interest dan enemies dari Hana,
tapi ternyata enggak. Tokoh-tokoh yang muncul di buku ini yang aku kira hanyalah
timun dan brambang mentah di nasi goreng, ternyata bukan. Mereka memegang kunci
penting di dalam cerita terutama di bagian akhir cerita, jadi mereka bukan hanya
timun dan brambang mentah, tapi suwiran ayam dan sosis bakar. Sosis bakar,
dipotong agak tebel, enak banget, chef’s kiss.
Ending dari buku ini juga termasuk
dalam ending favorit aku, dan setelah membaca komentar di Goodreads, aku jadi
pengen baca bukunya Uzma Jalaluddin yang lain.
(I like the ending of this book, and after reading some Goodreads comments under this book, I want to read another book by Uzma Jalaluddin.)
3. The Picture of Dorian Gray by Oscar Wilde
Buku ketiga yang aku selesaikan
adalah The Picture of Dorian Gray oleh
Oscar Wilde yang aku mulai baca di bulan Juni dan baru selesai di bulan
Juli, karena aku kehabisan sticky notes dan somehow I read it so slowly. Buku
ini termasuk dalam 22 books I want to read on 2022 dan aku pengen baca buku ini
karena bercerita tentang Dorian Gray yang punya penampilan muda, kinclong dan sangat
menarik. Penampilannya ini memberikan inspirasi bagi seorang pelukis untuk menciptakan
lukisan Dorian Gray. Dengan bertambahnya usia dan perbuatan-perbuatan buruk
yang dilakukannya, penampilannya masih tetap kinclong, namun ternyata
lukisannya yang malah berubah jadi lebih tua dan menjadi menyeramkan.
Baca buku ini tuh ngabisin sticky
notes, karena banyak banget bagian dari buku ini yang menjadi pesan bagi kehidupan, terutama bagian dari percakapan-percakapan
Lord Henry. Meskipun aku gak sepenuhnya setuju dengan kata-kata Lord Henry, tapi
aku suka banget ketika karakter ini mulai mengoceh panjang lebar penuh
sindiran, penuh pesan namun gak ada hard feelings. Jangan lupa cek trigger
warning buku ini ya karena ada pembunuhan, bunuh diri, perburuan hewan, darah, dan
lain sebagainya. Yang tentu saja di suatu malam, setelah baca buku ini aku jadi
mimpi buruk setelah baca part pembunuhan di buku ini, jadi aku mimpi pembunuhan
itu. So, do read the trigger warnings guys!
(This book made me running out of sticky notes because there are many part of this book which are the life quotes you want to capture, especially Lord Henry’s talks. Even though I didn’t fully agree with his words, I love it when starts speaking paragraph after paragraph with advices, insights and sarcasm, but no hard feelings. Don’t forget to check the trigger warning because this book contains murder, suicide, animal hunting, blood, etc. One night after reading the murder part of this book I got nightmare around murder. So, do read the trigger warning ya guys!)
Menurut aku buku ini menunjukkan ke
kita kalau orang-orang yang selalu berbuat buruk dan gak pernah ketahuan itu
gak selamanya hidupnya bakal santai atau
tenang, dia bakal diganggu oleh pikiran-pikirannya sendiri, dan dia jadi penuh
kecurigaan terhadap orang-orang di sekitarnya. Dengan segala quotes
favorit penuh sindiran dan pesan yang
ada di dalam buku ini, aku ngasih rating 4,5 bintang.
(For me, this book shows us that people who did bad stuff and never got revealed aren’t always living peacefully. They will be disturbed by their own thoughts and they become suspicious of people around them. So, with all the quotes, advices and messages inside this book, I gave it 4,5 stars.)
4. This Time will be Different by Misa Sugiura
Buku keempat yang aku selesaikan
adalah This Time will be Different oleh
Misa Sugiura yang merupakan buku contemporary yang ada slice of life, romance,
kehidupan sekolah, persahabatan, kehidupan keluarga dan social commentaries mengenai
asian people di US. Buku ini bercerita mengenai CJ yang selain bersekolah juga
membantu di toko bunga milik bibinya yang bernama Hana. Jadi ini buku kedua
yang ada tokoh namanya Hana. Yang aku suka buku ini adalah banyak flower
language yang disebutkan untuk berbagai occasion di buku ini karena tokoh utama
kita suka banget bekerja membantu
bibinya di toko bunga tersebut.
Selain itu, isi pikiran dan pendapat
CJ ini juga sangat menarik untuk diikuti. Kayak pendapat dia mengenai
keluarganya, teman-teman, love interest hingga kehidupan orang-orang asia di
amerika menurutku menarik meskipun aku gak sepenuhnya setuju dengan keputusan
yang diambil oleh CJ di dalam buku ini. Sebelum membaca buku ini jangan lupa
cek trigger warning dari bukunya ya karena di buku ini CJ juga bakal
menampilkan cuplikan sejarah saat perang dunia kedua dimana dia berfokus pada
perlakuan pemerintah Amerika terhadap para imigran Jepang dan bagaimana para
imigran Jepang ini bertahan.
Meskipun gak ada major event yang
mengarahkan buku ini mau kemana, aku cukup menikmati audiobook ini dan aku jadi
dapet pengetahuan mengenai gimana keadaan para imigran Jepang di Amerika dari sisi
seorang Japanese-American, sehingga buku ini dapet rating 3,5 bintang.
5. The Soulmate Equation by Christina Lauren
Storytel (E-book & Audiobook) | Web Periplus (Paperback)
Buku selanjutnya yang aku selesaikan
adalah The Soulmate Equation oleh
Christina Lauren. Buku ini termasuk ke dalam 22 books I want to read on2022 dan the next book dengan cover warna kuning yang aku baca di bulan Juli. Buku
ini bercerita mengenai seorang signle mother bernama Jess yang merupakan seorang
ahli statistik yang bekerja sebagai freelancer. Jess dan putrinya yang bernama
Juno ini tinggal di sebuah komplek apartemen yang sama dengan Nana dan Pop,
atau kakek neneknya Jess. Suatu hari Jess dan sahabatnya yang bernama Fizzy
ketemu Dr. River Pena, yang ternyata adalah founder dari sebuah perusahaan
aplikasi yang bernama GeneticAlly, yang merupakan aplikasi yang bisa menemukan
siapa soulmate kamu melalui DNA yang didapat dari sampel air liur. Jess yang akhirnya mencoba aplikasi ini dan
mengirimkan sampel air liurnya, suatu hari mendapatkan notifikasi kalau dia
sudah menemukan soulmate yang tingkat kecocokannya 98% yang disebut Diamond
Pairing yang belum pernah ada sebelumnya. Dan ternyata pasangannya ini adalah Dr.
River Pena, yang first impression bagi Jess ini meskipun good looking tapi
sangat annoying.
(The next book I finished is The Soulmate Equation by Christina Lauren. This book is also among my 22 Books I want to read on 2022 list and is the next book with yellow cover I read on July. This book follows a single mother named Jess who is a statistician and works as a freelances. Jess and her daughter, Juno, lives in the same apartment area with Nana and Pop, Jess’ grandparents. One day, Jess and her best friend, Fizzy met Dr. River Pena, a founder of an app company named GeneticAlly, which is an app to find your soulmate through DNA analyzed from spit sample. Jess finally sent her sample and got a notification that she has found a soulmate with 98% match and it’s called Diamond Pairing. This hasn’t happened before. It turned out her partner is Dr. River Pena, whom Jess had annoying first impression on him despite his good looking.)
Aku suka banget baca buku ini karena
narasi atau pikiran-pikiran Jess cukup bikin ketawa. Dari segi penokohan, aku
suka semua karakternya mulai dari Jess, Fizzy, Juno, Nana, Pop, River hingga
pegawai GeneticAlly dan reporter yang mewawancarai mereka. Mungkin karakter yang
gak begitu aku suka adalah ibunya Jess yang yaa begitulah.
Bagian romancenya, aku suka karena
gak melulu isinya romance. Kita bisa tahu cerita dari kedua karakter yaitu Jess
dan River dan kita bisa tahu gimana hubungan mereka berdua ini berkembang. Setelah
semua hal berjalan lancar, tentu saja di sebuah buku kita butuh sebuah masalah.
Dan biasanya masalahnya cukup mengkhawatirkan kalau buku romance dan aku gak
begitu suka konflik yang ada di dalam buku romance. Namun ternyata konflik yang
muncul di buku ini aku suka dan menarik.
Dan penyelesaian dari konflik tersebut adalah termasuk penyelesaian yang aku
suka terutama keputusan Jess yang diambil
mengenai ibunya. Sehingga buku ini dapet rating 4 dari 5 bintang.
6. Contest of Queens (Frean Chronicles #1) by Jordan H. Bartlett
Buku selanjutnya adalah sebuah
audiobook yang aku temukan di Storytel yang I have no idea about. Dan begitu
aku cek di Goodreads, ternyata gak begitu banyak yang review buku ini, jadi aku
merasa sudah menemukan sebuah hidden gem. Judul buku ini adalah Contest of Queens oleh Jordan H. Bartlett.
Dari judulnya sudah sangat menarik menurut aku karena aku nggak tau apapun
mengenai buku ini kecuali dari judulnya yang menunjukkan buku ini bakal mencari
kandidat ratu melalui sebuah kompetisi. Selain itu aku suka banget dengan
covernya yang cantik banget dan tentu saja setelah baca blurbnya aku jadi makin
tertarik untuk baca buku ini.
Di storytel ada versi e-book dan
audiobook. Awalnya aku denger versi audiobooknya tapi karena lama-lama semakin
banyak istilah yang baru aku denger, aku jadi switch ke versi e-booknya. Dan
aku jadi bacanya lebih cepet di versi e-book tersebut.
Contest of Queens ini menceritakan sebuah
wilayah yang dibagi menjadi upper realm dan lower realm atau kalau dibahasa
Indonesiakan menjadi dunia atas dan dunia bawah, dimana seluruh kegiatan
pemerintahan ada di dunia atas. Dunia atas dan dunia bawah ini dipisahkan
dengan jembatan, menurut aku dunia atas ini kayak daerah pegunungan gitu sih. Komunikasi antar dunia atas dan dunia bawah
ini sangat dibatasi. Kalau orang orang dari dunia atas mau ke dunia bawah masih
bisa, namun orang orang dari dunia ke dunia atas sangat jarang dan mungkin gak
boleh, karena orang-orang dunia bawah ini disebut sebagai orang-orang yang tidak
berpendidikan, miskin dan penuh dengan kriminal diantara mereka. Yang menarik
lagi dari buku ini adalah posisi dan perlakuan gender yang dibalik. Sistem
pemerintahan yang umum di buku ini adalah Queendom yang dipimpin oleh seorang ratu.
Wanita di sini berada di berbagai bidang, mulai dari pemerintahan, militer ilmu
pengetahuan, dan berbagai hal lainnya hingga pertanian dan peternakan. Karena
dibalik, jadi posisi laki-laki di buku ini dianggap sebagai orang-orang yang
hanya mengandalkan kekuatan saja namun kurang cerdik, sehingga mereka gak
begitu dipercaya untuk melakukan hal-hal penting di dalam sebuah organisasi
pemerintahan. Sehingga para laki-laki ini punya kesempatan yang sangat terbatas
untuk berkiprah atau menunjukkan kemampuan mereka.
Buku ini diceritakan dalam 2 sudut
pandang yaitu yang pertama adalah Jacqueline atau Jacs yang seorang inventor dari
dunia bawah yang sangat pintar dalam menciptakan dan mengoperasikan mesin-mesin.
Kemudian yang kedua adalah Cornelius atau Connor yang tinggal di dunia atas
yang merupakan seorang pangeran dari ratu yang sedang berkuasa. Karena keingintahuan
Connor mengenai dunia bawah, hal ini membuat dia iseng bikinsurat yang dia
hanyutkan lewat air terjun yang membatasi dunia atas dan dunia bawah, dan
berharap ada penduduk dunia bawah yang menemukannya dan bisa menjawab suratnya
tersebut. Dan tentu saja surat itu ditemukan oleh Jacs dan dimulailah
korespondensi Jacs dan Connor.
(This book is told through 2 POVs which are Jacqueline or Jacs, an inventor from lower realm who is really smart and able to create and operate machines. Then there is Cornelius or Connor who lives in upper realm, as a prince from the current Queen. Connor’s curiousity lead him to write a letter which later he sent through a waterfall which parted upper realm and lower realm, and he hoped there’s a lower realm citizen found this letter and replied. And ofc, his letter was found by Jacs, then Jacs and Connor’s correspondence began.)
Suatu hari waktu ada kunjungan ratu
ke dunia bawah, terjadi sebuah penembakan yang menewaskan sang ratu, dan akan
segera diadakan kompetisi untuk menentukan ratu selanjutnya yang hanya bisa
diikuti oleh seluruh wanita di dunia atas.
Buku ini menarik banget menurut aku
karena keadaannya dibalik yang meskipun I don’t really enjoy seeing people
think that the less powerful ones as the worse, tapi menurutku keinginan
penulis untuk menunjukkan gimana kalau posisi gendernya dibalik sangat baik tergambarkan di dalam buku ini.
Selain itu, aku suka persahabatan yang dimiliki oleh Jacs dengan orang-orang
yang ditemuinya. Dan Jacs ini termasuk tokoh utama yang langsung aku suka
begitu aku mulai baca buku ini.
Secara keseluruhan buku ini
menampilkan bagaimana prejudice dan penggolongan orang-orang berdasarkan penampilan
dan dimana mereka tinggal mempengaruhi gimana orang-orang tersebut diperlakukan Aku menikmati banget baca buku ini dan ending
dari buku ini bikin pembaca pengen lanjut baca ke buku kedua. Dan buku ini
dapet rating 4,5 bintang.
(Overall, this book shows how prejudice and categorizing people based on their looks and where they live determine how they are treated. I enjoyed reading this book and the ending makes the readers want to continue to book 2. This book got 4,5 stars.)
7. A Monster Calls - Panggilan Sang Monster by Patrick Ness
Buku selanjutnya yang aku selesaikan
adalah A Monster Calls atau Panggilan
Sang Monster oleh Patrick Ness yang aku baca ini adalah edisi terjemahan
gramedia yang ada ilustrasinya. Buku ini bercerita mengenai Connor yang selalu
mendapat mimpi buruk yang sama sejak ibunya jatuh sakit. Namun pada suatu malam,
mimpi buruknya berbeda. Ada suatu makhluk yang menyeramkan yang mendatanginya
dan meminta sebuah kebenaran dari Connor. Dan ini buku kedua yang aku baca di
bulan ini yang ada tokoh namanya Connor di dalamnya.
(The next book I finished is A Monster Calls or Panggilan Sang Monster by Patrick Ness. I read the translated edition published by Gramedia with illustrations. This book follows Connor who constantly got the same nightmare since his mom fell ill. But one night, his nightmare was different. There’s one creature asked a truth from him. This is the second book I read this month with character named Connor.)
Buku ini penuh dengan trigger
warning, jadi jangan lupa cek sebelum baca buku ini ya. Vibe buku ini cukup
gelap dan agak-agak mirip dengan mimpi yang aku dapet semalem sebelum filming
video ini.
Menurut aku buku ini tuh mengenai
ketakutan yang ada pada diri manusia. Kalau kita terus hidup dalam ketakutan
bahkan takut sama ketakutan kita sendiri, hal itu bakal mendorong kita untuk
melakukan hal-hal yang bahkan kita sendiri gak bisa memahaminya. Kayak otak
kita tuh langsung bakal solusi untuk melakukan sesuatu yang kita sendiri langsung
menerimanya tanpa memikirkan konsekuensi lainnya. Menurut aku, ketakutan itu
bikin hidup kita yang udah ribet jadi makin ribet karena kita jadi overthinking
terhadap segala hal atau keputusan yang pengen kita ambil. Dan efek dari
ketakutan dan bagaimana seseorang gak mau menerima ketakutan itu, digambarkan
dan diceritakan sangat baik di buku ini.
Kemudian, saat kita mengetahui apa sih yang sebenernya kita takutkan,
kenapa kita takut, dan kita mengakui keberadaan dari ketakutan itu, kita
akhirnya bisa melakukan hal yang terbaik untuk masalah-masalah yang kita hadapi.
Meskipun dengan menerima ketakutan yang kita miliki gak otomatis menyelesaikan
semua masalah yang kita punya, namun at least hidup jadi lebih ringan. Dan buku
ini dapet rating 4 bintang.
8. Animal Farm - Republik Hewan by George Orwell
Shopee Togamas Supratman (Paperback)
Buku selanjutnya yang aku selesaikan
adalah sebuah buku klasik yang berjudul Animal
Farm oleh George Orwell. Bukunya aku baca ini adalah versi terjemahan
Gramedia yang cukup tipis sehingga aku menyelesaikannya dalam sehari aja.
(The next book I read is a classic titled Animal Farm by George Orwell. I read the translated edition published by Gramedia, the book has fewer pages and I finished it in one day.)
Buku ini bercerita mengenai
pemberontakan hewan-hewan di pertanian Manor yang merasa diperbudak dan
diperlakukan semena-mena oleh manusia. Tentu saja mereka menang dalam
pemberontakan itu, namun apakah kemenangan yang mereka capai ini membaca
kemerdekaan yang mereka bayangkan sebelumnya?
(This book is about animal’s rebellion in Manor Farm because they were treated as slaves and so badly by humans. Of course, they won in the rebellion, but would their win bring the independence like they have imagined before?)
Buku ini adalah buku dystopia klasik
yang ditulis sebagai bentuk anti-stalinisme oleh George Orwell. Meskipun
begitu, buku ini cukup relate ke kehidupan manusia sebagai individu yang
perilakunya digambarkan oleh perilaku hewan-hewan yang ada dalam buku ini.
Kayak ada kuda yang bekerja keras bagai kuda namun ketika dia merasa ada
hal-hal yang membuat dia kecewa dan dia gak bisa memahaminya, dia bekerja makin
keras. Kayak manusia gak sih? Waktu seorang manusia ada masalah yang gak bisa
dia selesaikan, dia melampiaskan (perasaan) nya dengan bekerja semakin keras.
Kemudian, waktu undang-undang hewanisme diedit kayak ada 1 pasal dimana
tulisannya “hewan-hewan dilarang membunuh hewan lain” kemudian akhirnya pasal
ini diedit menjadi “hewan-hewan dilarang membunuh hewan lain tanpa alasan”. Ini
ngingetin kita ke diri kita sendiri gak sih? Waktu kita udah bikin rules untuk
diri kita sendiri, kemudian suatu hari kita melanggar rules itu dan akhirnya
kita mencari kelemahan dari peraturan yang kita buat sendiri itu yang bisa
membenarkan perbuatan kita yang melanggar peraturan tersebut. Buku ini secara
keseluruhan dapet rating 4 dari 5 bintang.
9. Dial A for Aunties (Aunties #1) by Jesse Q Sutanto
Setelah buku-buku penuh trigger
warning dan gelap yang aku baca sebelumnya, buku terakhir yang aku selesaikan
di bulan Juli ini cukup ringan, meski tetep ada trigger warningnya. Buku ini
adalah Dial A for Aunties oleh Jesse Q
Sutanto yang aku baca bukunya minjem, hahaha. Awalnya aku santai aja gitu,
karena aku udah simpen audiobooknya di bookshelf storytel aku, namun ketika aku
cek lagi ternyata lagi-lagi audiobooknya menghilang, jadi aku buru-buru
nyelesaiin buku ini sebelum waktu pinjemnya habis.
(After the books full of trigger warnings and dark vibes, the last book I finished on July is lighter, even though it contains some trigger warnings. It is Dial A for Aunties by Jesse Q Sutanto which I borrowed before. At first I read it so slowly because I have saved the audiobook version in my Storytel bookshelf, but then it disappeared, so I immediately increased my reading speed lol)
Buku ini bercerita mengenai Meddy
yang seorang Chinese American yang tinggal bersama ibunya, dan hubungannya
dengan ibu dan ketiga bibinya ini cukupdekat sehingga Meddy ini kayak gak bisa
pergi kemana-mana. Ditambah lagi dia adalah fotografer di bisnis keluarganya.
Suatu hari, Meddy harus kencan dengan seorang pemilik hotel yang ditemukan
ibunya di Tinder. Jadi ibunya bikin akun Tinder buat Meddy buat nyari jodoh. Dan
tentu saja kencan ini berakhir dengan kacau karena cowoknya ini meninggal yang
tentu saja bikin Meddy panik dan bingung harus ngapain.
Buku ini kocak banget, terutama narasi
Meddy tentang keluarga dan mantan pacarnya. Terutama setelah para auntie dan
ibunya turun tangan untuk membantu menyelesaikan masalah Meddy, kencan Meddy
yang cukup kacau tersebut. Jadi buku ini tuh semacam kontemporari romance
dengan social commentaries dan sedikit thriller di dalamnya.
Sebagai pembaca, aku bisa relate ke Meddy
yang gak mau meninggalkan ibu dan bibinya karena gak pengen dianggap kayak
sepupu-sepupunya yang lain yang gak inget keluarga. Keputusan Meddy untuk tetep
tinggal di kota yang sama dengan ibu dan bibi-bibinya ini malah bikin dia
merasa stuck dan gak bisa pergi kemana-mana. Terus gimana budaya asia yang
menghormati dan mendahulukan orang-orang yang lebih tua itu juga sangat
relatable. Makanya aku suka banget baca buku-buku dari Asian author yang
bercerita mengenai kehidupan orang-orang Asia karena di dalamnya ada social
commentaries mengenai kehidupan orang-orang Asia yang menjunjung tinggi mitos
dan penghormatan terhadap orang yang lebih tua, yang menurut aku ada sisi
positif dan negatifnya. Biasanya tuh dari sebuah buku aku suka quote yang
ngasih semangat atau motivasi, atau quote yang menyindir mengenai kebiasaan
manusia yang merugikan. Namun buat buku ini quote-quote favoritku adalah
quote-quote ngaco yang bikin aku ketawa sepanjang membaca buku ini. Dan untuk quote-quote yang lain beberapa sudah aku taruh di reading thread aku di bulan Juli.
Setelah segala keribetan yang
dihadapi oleh para tokohnya, ternyata penyelesaian masalahnya asik. Yang paling
aku suka adalah kerja sama dari para tokoh dalam buku ini untuk kebaikan banyak
orang. Endingnya tentu saja happy ending buat tokoh utama dan tokoh tidak utama.
Sehingga aku kasih buku ini rating 4 dari 5 bintang.
The Wrap-Up
Shop my outfit in this video : Sweater - Vanilla (Shopee) | Hijab - Khaki (Shopee)
Yang menarik di bulan Juli ini
adalah ada beberapa nama tokoh yang sama dari buku yang berbeda kayak Hana dari
buku Hana Khan Carries On dan This Time will be Different, kemudian ada Connor
dari buku Contest of Queens dan buku A Monster Calls atau Panggilan Sang
Monster. Meskipun gak ada buku yang dapet rating lima, tapi rata-rata buku yang
aku baca bulan Juli ini rata-rata dapet rating 4 atau 4,5, jadi aku sangat
senang nemu buku yang aku suka dan enjoy dalam membacanya. Selain itu ada
beberapa buku yang covernya berwarna sama kayak Hana Khan Carries On dan The
Soulmate Equation [sama Dial A for Aunties juga] yang punya cover warna kuning.
Kemudian ada 2 buku yang covernya pale orange yaitu Animal Farm dan This Time
Will be Different. Dan ada 2 buku dengan cover warna hitam yaitu The Picture of
Dorian Gray dan A Monster Calls. Untuk buku dengan cover terfavorit bulan ini adalah
Contest of Queens oleh Jordan H. Bartlett. Jika kalian penasaran, bukunya ada
format e-book dan audiobook di storytel. Mumpung belum banyak yang baca, belum
viral. Buat kalian yang suka baca buku-buku yang belum banyak direview, bisa
banget baca buku ini. Bukunya sangat menarik. Let me know your thoughts about
this book di kolom komentar di bawah ya.
So that’s all the books I read during the month of July. Ada 9 buku, tapi rasanya udah kayak ngoceh banyak banget. Jadi ini mulai lapar. Pengen nasi goreng pake suwiran ayam dan sosis. So, gimana dengan kamu? Kamu baca buku apa di bulan Juli? Dan apa kamu nemu buku favorit juga? Tell me down below ya.
(So that’s all the books I read during the month of July. There are 9 books but I think I talked too much. Now I’m hungry. I want fried rice with shredded chicken and sausage. So, how about you? What book did you read on July? Did you find a new favorite too? tell me down below ya. Tell me down below ya.)
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.