Babel, or the Necessity of Violence: An Arcane History of the Oxford Translators' Revolution by R.F. Kuang | Book Review
Halo hai! Salah satu buku yang aku
selesaikan di bulan Oktober adalah buku barunya R.F. Kuang yang sudah menjadi
wishlist aku. Karena sudah ada reading vlog yang aku buat karena aku baca buku
ini, maka aku juga bakal share pendapat aku di blog ini (memang jadwalnya aku
ngisi blog ini lagi setelah males ngetik gara-gara sibuk ngedit reading vlog baru
buat minggu ini).
Babel, or the Necessity of Violence: An Arcane History of the Oxford Translators' Revolution by R.F. Kuang | Book Review
Length : 560 pages | 21H 45M
Narrator : Billie Fulford-Brown, Chris Lew Kum
Hoi
Date released : August 23, 2022 (physical book) | September 1,
2022 (storytel)
Date read : September 21 – October 12, 2022
Goodreads rating : 4.44
My rating : 4.50
Keywords : adult, historical fiction, fantasy,
magic, college, translation, dark academia
Trigger warnings : colonization, racism, sexism,
misogyny, suicidal thoughts, violence, suicide,
blood, decapitation, abusive relationship,
torture
Where to read : Storytel | Physical Book
BLURB
“Traduttore,
traditore: An act of translation is always an act of betrayal.
1828. Robin Swift, orphaned by
cholera in Canton, is brought to London by the mysterious Professor Lovell.
There, he trains for years in Latin, Ancient Greek, and Chinese, all in
preparation for the day he'll enroll in Oxford University's prestigious Royal
Institute of Translation — also known as Babel.
Babel is the world's center of
translation and, more importantly, of silver-working: the art of manifesting
the meaning lost in translation through enchanted silver bars, to magical
effect. Silver-working has made the British Empire unparalleled in power, and
Babel's research in foreign languages serves the Empire's quest to colonize
everything it encounters.
Oxford, the city of dreaming spires,
is a fairytale for Robin; a utopia dedicated to the pursuit of knowledge. But
knowledge serves power, and for Robin, a Chinese boy raised in Britain, serving
Babel inevitably means betraying his motherland. As his studies progress Robin
finds himself caught between Babel and the shadowy Hermes Society, an
organization dedicated to sabotaging the silver-working that supports imperial
expansion. When Britain pursues an unjust war with China over silver and opium,
Robin must decide: Can powerful institutions be changed from within, or does
revolution always require violence? What is he willing to sacrifice to bring
Babel down?
Babel — a thematic response to The
Secret History and a tonal response to Jonathan Strange & Mr. Norrell —
grapples with student revolutions, colonial resistance, and the use of
translation as a tool of empire.”
MY THOUGHTS
Buku ini adalah salah satu
anticipated new releases di tahun 2022, meskipun aku belum sempat baca buku
Poppy War oleh penulis ini (masih bingung mau dengerin audiobooknya versi
bahasa Inggris – dinarasikan oleh narrator favorit aku – atau mau baca buku fisiknya
yang sudah terjemahan). Tema terjemahan dan bahasa yang digunakan dalam buku
ini sangat menarik buat aku bahkan ketika buku ini baru diumumkan akan dirilis.
R.F. Kuang sendiri termasuk penulis
baru buat aku, dalam artian aku belum pernah membaca tulisannya sama sekali
sebelum Babel, sehingga aku gak tau gimana gaya penulisan yang digunakan dan
apakah cocok dengan aku atau tidak. Dari cover bukunya yang baik edisi UK
maupun US yang didominasi warna hitam dan tulisan judul buku yang menggunakan
jenis sans-serif, aku mendapatkan kesan kalau buku ini selain tebal dan serius,
juga berat dalam topik yang diangkat dan gaya penulisan yang sepertinya bakal
agak lama untuk bisa aku pahami.
AUDIOBOOK
Aku seneng banget waktu buku ini
sudah dirilis versi audiobooknya di Storytel di awal September, sehingga aku
memutuskan untuk mendengarkannya dulu dengan anggapan kalau tidak cocok, bisa
langsung stop dengerin audiobook, dan beres. Begitu aku mendengarkan
audiobooknya, aku tidak kesulitan memahami buku ini dan aku langsung suka,
serta merasa perlu menandai hal-hal penting yang ada di dalam buku ini,
sehingga aku memutuskan untuk beli buku fisiknya.
Audiobooknya sendiri dinarasikan
oleh dua narator, yang aku kira bakal gantian untuk part tertentu yang mungkin
bahasa selain bahasa Inggris, ternyata mereka dibagi menjadi narator untuk
cerita dan narator untuk footnote, karena footnote di buku ini tuh bertebaran
dan cukup panjang juga sih. Yang aku suka dari audiobooknya, meskipun speednya
aku cepetin, aku masih bisa mengikuti ceritanya. Kedua narator berbicara dengan
British English yang merupakan jenis bahasa Inggris yang kadang bisa aku ikuti
dan lebih sering lewat gitu aja. Untuk buku Babel ini, kedua narator bisa
membawakan isi buku dengan sangat baik dan bisa dipahami untuk aku yang bukan
native speaker. Selain itu, cara mereka membacakan kata-kata dalam bahasa
selain bahasa Inggris yang ada di sepanjang cerita Babel juga keren menurut
aku, meskipun ada beberapa cara baca bahasa Latin yang beda dari yang
sebelumnya aku pelajari (that’s no problem).
Sebelum masuk ke cerita, baik edisi
audiobook atau physical book, aku sarankan kalian membaca author’s note dulu untuk
mengetahui penjelasan penulis mengenai Babel dan juga beberapa peristiwa
bersejarah yang muncul di dalamnya, sehingga pembaca bisa set seberapa
ekspektasi mereka untuk buku setebal 500-an halaman ini.
BUKU FISIK
Awalnya aku ingin beli yang edisi US
yang ada ilustrasi menara Babel ada di cover depan, tapi aku dapat yang edisi
UK yang ternyata dia juga cakep dengan silver foil sebagai latar belakang judul
BABEL yang memenuhi bagian depan dari cover. Aku sudah menunjukkan gimana
bentukan Babel edisi UK dan kenapa aku pengen yang edisi US di video Babel Reading Vlog yang sudah tayang minggu lalu. Silakan mampir.
Untuk buku fisik, sebelum masuk ke
cerita, di bagian awal bukunya kita mendapat halaman peta Oxford yang bisa
membantu kita membayangkan letak-letak bangunan yang dikunjungi Robin dan
kawan-kawan, kemudian di halaman setelahnya ada denah menara Babel dengan tiap
tingkat yang memiliki fungsi masing-masing yang berbeda. Bukunya dibagi menjadi
5 bagian yaitu Book I hingga Book V dimana tiap Book terdiri dari beberapa
chapter atau bab, dan di antara tiap Book kadang ada Interlude dari sudut
pandang karakter lain. Secara keseluruhan ada 34 bab yang diakhiri dengan
epilog.
BUKU IMPIAN MASA KECIL
Sejak kecil aku pengen banget baca
buku well-researched yang menggabungkan pengetahuan yang umumnya bisa didapat
dari pendidikan formal dengan kisah fiksi yang membuat belajar jadi tidak
membosankan. Sebenarnya sudah banyak buku yang seperti itu, tapi yang aku temui
sejauh ini bahasanya terlalu kaku seperti buku paket sekolah dipindah ke
tengah-tengah sebuah cerita fiksi, jadi sama aja kayak baca buku pelajaran,
sehingga aku skip bagian itu. Untuk buku Babel, aku gak skip sama sekali baik
untuk topik terjemahan dan bahasa, serta peristiwa bersejarah termasuk yang ada
di footnote, karena memang ditulis dengan bahasa Inggris yang tidak melelahkan
untuk diikuti.
Di video reading vlog Babel, aku
sudah menyebutkan juga kalau buku ini bagaikan sebuah gambar PNG yang bersih
yang digabungkan dengan sebuah gambar pemandangan, sehingga ga kelihatan kayak
tempelan dua gambar. Rasanya smooth aja gitu baca buku ini, tidak ada bagian
yang kayak dipaksakan untuk ditempel padahal background putihnya masih ada.
Selain itu, aku juga suka bagian
belajar dan diskusi yang ada di dalam buku ini. Pembaca bisa melihat bagaimana
para karakter belajar, diskusi dan beradu argumen mengenai satu topik. Jika di
buku-buku sebelumnya yang bersetting di sekolah atau dengan tokoh utama anak
sekolah, tidak dijelaskan apa yang mereka pelajari atau bagian belajarnya hanya
sekilas saja, maka di buku ini banyak banget bagian belajar dan diskusi baik
antar murid Babel maupun dengan profesor yang mengajar di sana.
INFORMASI MENGENAI BAHASA DAN TERJEMAHAN
Di dunia Babel, bahasa memiliki
peran yang besar yaitu menggerakkan segala sesuatu yang ada di dunia. Dengan menggunakan
silver bar, kekuatan dari bahasa dan terjemahan bisa digunakan untuk berbagai
bidang kehidupan, mulai dari keamanan, militer, kesehatan, arsitektur,
transportasi dan lain sebagainya.
Di buku ini juga dijelaskan mengenai
gimana sesuatu bakal kehilangan at least satu komponennya saat diterjemahkan ke
bahasa lain, sehingga dunia alih bahasa adalah dunia yang bisa disepelekan
begitu saja. Aku yang bukan seorang penerjemah, bisa memahami gimana dilema
seorang penerjemah saat akan melakukan pekerjaannya, dan ternyata hal tersebut
juga aku rasakan setiap kali aku harus switch bahasa, misalnya dari bahasa Jawa
ke bahasa Indonesia, kadang ga nemu padanan kata yang sesuai.
Gara-gara buku ini juga aku jadi
dapat beberapa kanji baru yang bisa aku ingat, xixixi.
Keren banget R.F. Kuang bisa mengangkat
bahasa dan terjemahan menjadi sumber kekuatan di dalam buku ini.
KEJADIAN BERSEJARAH
Babel juga menyajikan banyak
peristiwa bersejarah yang terjadi di dunia, khususnya Inggris di tahun 1800-an,
yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan plot dari buku ini. Jadi meskipun
beberapa kejadian benar-benar ada, timeline dari kejadian itu mungkin saja
diajukan atau dimundurkan sesuai kebutuhan. Tenang saja, masih ada footnote
yang bakal menjelaskan mengenai hal ini kepada pembaca.
KARAKTER FAVORIT
Karakter favorit, sepertinya Ramy,
karena dia lucu dan jadi kayak sunshine di dalam grup mereka, meskipun di dalam
buku ini aku bisa sangat relate ke Robin (gimana dia bereaksi, berpikir dan
memutuskan sesuatu) untuk segala hal mengenai dia di buku ini.
QUOTE FAVORIT
Berikut ini adalah beberapa kutipan favorit dari Babel yang mungkin bisa memberi sedikit gambaran apakah gaya penulisan yang ada di buku ini cocok dengan kamu.
Mengingatkan aku ke masa kuliah :
“Time, which had felt infinite during their first and second years, now ran quickly down the hourglass.”
Yang masih kuliah, apakah quote ini
terasa relatable atau semua tahun terasa sama-sama cepet? Kasih tau di kolom
komentar ya. Menurut aku paragraf yang menceritakan situasi para mahasiswa
tingkat akhir ini mengingatkan aku ke aku di waktu semester akhir, dimana saat
siswa Babel ini selesai kelasnya, mereka bakal membooking ruang belajar selama
berjam-jam until their temples throbbed. Dulu sih waktu semester akhir, aku dan
beberapa temen sampe jadi penghuni perpustakaan dari pagi sampe perpusnya
tutup. Yang paling aku inget adalah buku Actionscript Bible yang aku pinjem
dengan harapan aku bisa mendapat shortcut, ternyata aku malah bingung, akhirnya
aku jadikan bukunya yang super tebel itu sebagai ganjel laptop. Maaf ya,
bapak-bapak penulis kitab suci para pengguna adobe flash.
Jadi menurut aku, kalau kamu
mahasiswa semester akhir, bab ini bakal relatable buat kamu dan mungkin bisa
mengurangi rasa kesepian yang kamu alami, karena dengan melihat para pelajar
Babel menderita, kamu mungkin bakal gak merasa sendirian menghadapi penderitaan
ini. Halah.
“For simple ink on paper was not enough to describe this golden afternoon; the warmth of uncomplicated friendship, all fights forgotten, all sins forgiven; the sunlight melting away the memory of the classroom chill; the sticky taste of lemon on their tongues and their startled, delighted relief.” (Chapter 13)
“But the future, vague as it was frightening, was easily ignored for now; it paled so against the brilliance of the present.” (Chapter 15)
“Reality was, after all, just so malleable – facts could be forgotten, truths suppressed, lives seen from only one angle like a trick prism, if only one resolved never to look too closely.” (Chapter 15)
“He hated this place. He loved it. He resented how it treated him. He still wanted to be a part of it – because it felt so good to be a part of it, to speak to its professors as an intellectual equal, to be in on the great game.” (Chapter 16)
“Harsh, perhaps. Cold, blunt, severe: all the words one might use to describe a girl who demanded from the world the same things a man would. But only because severity was the only way to make people take her seriously, because it was better to be feared and disliked than to be considered a sweet, pretty, stupid pet; and because academia respected steel, could tolerate cruelty, but could never accept weakness” (Interlude)
“They had little to say to one another that night as they made their beds among the stacks, huddling under coats and spare gowns. The convivial atmosphere of that afternoon had vanished. They were all suffering the same unspoken, private fear, a creeping dread that this strike might do nothing but damn themselves, and that their cries would go unheard into the unforgiving dark.” (Chapter 27)
Untuk quotes lainnya, sudah aku
sebutkan di reading vlog juga, biar gak numpuk isinya quotes aja, hahaha.
BACALAH BUKU INI JIKA KAMU SUKA :
🔖Buku yang berisi topik terjemahan
dan bahasa di sepanjang ceritanya (bahkan pada saat mereka ga lagi belajar di
kampus)
🔖Morally gray characters terutama
main character
🔖Buku dengan part belajar dan diskusi
cukup banyak dan mendetail
🔖Dark academia bersetting di Inggris
tahun 1800-an (historical fiction) dengan sedikit unsur magic di dalamnya
🔖Melihat penderitaan murid-murid
Babel saat menjelang ujian (sehingga kamu tidak merasa menderita sendirian)
🔖Buku yang hampir gak ada part romance di dalamnya
CONCLUSION
Babel is a book for me. Thank you
R.F. Kuang.
(Sempet merasa kayaknya R.F. Kuang
gak bikin buku fiksi, tapi nulis skripsi)
Jadi, apakah sudah ada yang baca
buku ini? Kasih tau di kolom komentar.
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.