Halo hai! Aku kembali dengan review
buku yang kali ini adalah buku non fiksi, berupa memoir yang ditulis oleh
Jennette McCurdy yang sudah sangat populer di dunia perbukuan, yang selesai aku baca di bulan September. Aku ingin
membuat review ini karena aku suka bukunya dan banyak hal yang ingin aku sampaikan
mengenai memoir yang sudah sold out buku fisiknya di beberapa toko buku di
Amerika Serikat sana. Mungkin bagi kamu
yang baru melihat judulnya, kamu bakal mengira buku ini adalah buku yang
mungkin berisi curhatan anak yang kecewa dengan ibunya dan berisi hal-hal yang
mengajak kamu melakukan tindakan yang membuat kamu jadi “anak durhaka”. Oke,
buku ini adalah memoir dan menurut aku buku ini is way more than its title
karena banyak hal yang bisa aku pelajari dari sosok Jennette McCurdy.
I’m Glad My Mom Died by Jennette McCurdy | Book Review Indonesia
Length : 320 pages |
Narrator : Jennette McCurdy
Date released : August 9, 2022
Date read : September 27, 2022
Goodreads rating : 4.67
My rating : 5.00
Keywords : non-fiction, memoir, mental illness,
autobiography, mental health
Trigger warnings : abuse (mental, physical,
verbal), anorexia, bulimia, panic attack, alcohol,
eating disorders, mental illness, cancer,
death, grief
Where to read : Storytel (it's available in e-book format on Scribd too)
BLURB
“Jennette McCurdy was six years old
when she had her first acting audition. Her mother’s dream was for her only
daughter to become a star, and Jennette would do anything to make her mother
happy. So she went along with what Mom called “calorie restriction,” eating
little and weighing herself five times a day. She endured extensive at-home
makeovers while Mom chided, “Your eyelashes are invisible, okay? You think
Dakota Fanning doesn’t tint hers?” She was even showered by Mom until age
sixteen while sharing her diaries, email, and all her income.
In I’m Glad My Mom Died, Jennette
recounts all this in unflinching detail—just as she chronicles what happens
when the dream finally comes true. Cast in a new Nickelodeon series called
iCarly, she is thrust into fame. Though Mom is ecstatic, emailing fan club
moderators and getting on a first-name basis with the paparazzi (“Hi Gale!”),
Jennette is riddled with anxiety, shame, and self-loathing, which manifest into
eating disorders, addiction, and a series of unhealthy relationships. These
issues only get worse when, soon after taking the lead in the iCarly spinoff
Sam & Cat alongside Ariana Grande, her mother dies of cancer. Finally,
after discovering therapy and quitting acting, Jennette embarks on recovery and
decides for the first time in her life what she really wants.
Told with refreshing candor and dark
humor, I’m Glad My Mom Died is an inspiring story of resilience, independence,
and the joy of shampooing your own hair.” (Goodreads)
MY THOUGHTS
Buku ini membuat aku berpikir tentang banyak hal terutama mengenai hal-hal yang relate ke aku dari pengalaman Jennette McCurdy yang membuatnya memiliki pemikiran-pemikiran tertentu mengenai hal-hal di sekitarnya.
Jennette McCurdy adalah aktris cilik yang muncul di serial iCarly di Nickelodeon, yang meski aku ga pernah nonton serialnya, aku tetep tertarik dengan memoir ini karena selain banyak review bintang 5 dari booktuber yang aku tonton, juga cover dan judulnya menarik menurutku. Covernya yang berwarna kuning muda dan merah muda dengan foto Jennette membawa gentong (?) menurutku membawa kesan kalau buku ini bakal ada unsur humor di dalamnya. Dengan judul I’m Glad My Mom Died, buku ini membuat aku penasaran apa yang terjadi dalam hubungan ibu-anak di buku ini sehingga penulis memutuskan untuk menggunakan judul ini. Cover yang menyiratkan humor dan judul yang membuat penasaran inilah yang membuat aku memutuskan untuk membaca buku ini di bulan September.
Di Goodreads, buku ini mendapat average rating 4.67 dari lebih dari 100.000 pembaca yang memberikan penilaian. Dari rating tersebut, ada 71% (78.810 orang) pembaca yang memberikan bintang 5, 23% memberikan bintang 4, 3% memberikan bintang 3, sekitar 462 orang (<1%) memberi rating 2, dan 152 orang (<1%) memberi rating 1.
Ketika aku mencoba membeli buku fisiknya di Book Depository ternyata masih sold out, sehingga aku menyelesaikan buku ini dalam format audiobook yang tersedia di Storytel. Jennette McCurdy sendiri yang menarasikan audiobook ini dan sejujurnya buat aku cara ngomongnya sangat cepat buat aku, sehingga audiobooknya hanya sekitar 6 jam. Untungnya ada fitur memperlambat speed audiobook di aplikasi Storytel, dan aku bisa mendengarkan audiobooknya dengan kecepatan 0.9x yang merupakan kecepatan yang pas buat aku ikuti.
RELATED POST : September 2022 Reading Wrap-Up
Bukunya dibagi 2 part yaitu BEFORE dan AFTER. Bagian BEFORE ini menceritakan masa kecil Jennette McCurdy yang lahir di keluarga yang memiliki masalah keuangan dan orang tuanya yang kerap bertengkar. Bagian AFTER menceritakan kejadian setelah ibunya meninggal dunia karena kanker seperti pandangan Jennette mengenai makanan, hal-hal yang dialaminya dalam pekerjaannya, hubungannya dengan sahabat dan orang-orang di sekitarnya, hingga kesedihan yang dirasakan karena kehilangan ibunya.
Aku suka gaya penulisan Jennette
McCurdy di dalam memoir ini karena terkesan detached dari situasi yang dia
ceritakan sehingga aku merasa Jennette menulis memoir ini untuk membagikan
pengalamannya, bukan untuk mengumpulkan orang agar blame her mother yang sudah
meninggal atau untuk mengasihaninya. Dengan penulisan yang terasa netral dan
apa adanya, aku bisa sangat relate dengan pemikiran dan perasaan Jennette di
setiap babnya. Aku jadi kagum pada sosok Jennette McCurdy yang bisa menuliskan
memoir ini, karena menurut aku pasti sangat sulit untuk mengingat kembali
kejadian-kejadian menyakitkan bahkan yang membuat seseorang trauma bahkan
menuliskannya ke dalam sebuah buku.
PENGARUH MASA KECIL KE MASA DEWASA
Dari buku ini aku mempelajari banyak
hal, salah satunya adalah bagaimana masa kecil seseorang sangat mempengaruhinya
hingga dia masuk kategori dewasa. Kebiasaan, pengajaran dan nilai-nilai yang
diajarkan orang tua atau orang yang menempati posisi tersebut sangat
berpengaruh pada bagaimana seseorang itu memproses lingkungannya. Dia bakal
mengenal yang mana yang baik dan mana yang buruk according to what their
parents had taught them. Oleh karena itu, menurut aku, yang belum jadi orang
tua, sangat penting untuk benar-benar mengajarkan hal-hal yang berhak diketahui
oleh seorang anak, tanpa memasukkan ide-ide pribadi mengenai hal-hal tersebut.
Misalnya, sebagai orang tua kita akan mengajarkan beberapa jenis makanan, ada
sayuran dan daging. Kita pribadi tidak menyukai daging, maka menurut aku, biar
anak itu sendiri yang memilih apakah dia akan memakan daging yang tidak kita
sukai atau enggak, instead of mengajarkan anak kita bahwa daging itu buruk,
daging itu menyebabkan penyakit, bla-bla-bla. Begitu pula sebaliknya, misalnya
kita sangat tidak menyukai sayuran di masa kecil kita, dan kita gak pengen anak
kita seperti kita, maka kita melakukan segala hal agar mereka makan sayur,
hingga memberikan ancaman atau melakukan kekerasan, yang menurutku sangat tidak
perlu dilakukan. It will drain both your and your kid’s energy dan tentunya
akan mempengaruhi pandangan anak tersebut terhadap sayuran hingga masa
dewasanya.
Dari memoir ini, masa kecil dengan hubungan tidak sehat antara anak dan orang tua bisa menyebabkan beberapa masalah di masa depan seperti :
🌧 Eating disorder
🌧Kehilangan tujuan dan identitas
(terutama ketika orang tua yang di masa lalu selalu mengontrol kegiatan anak
secara berlebihan kemudian meninggal)
🌧Seseorang mudah marah, merasa iri
bahkan menyalahkan pihak lain karena pengalaman dan perasaan negatif yang
terakumulasi selama bertahun-tahun terutama karena melakukan hal-hal yang tidak
dia sukai.
🌧Pandangan seseorang ke orang tua
sebagai sosok yang selalu benar membuat seseorang tidak bisa menerima kalau dia
sudah mengalami tindakan kekerasan dalam keluarga
🌧Menyalahkan diri sendiri dan
menganggap dirinya kurang berusaha keras, terus menerus mengkritik diri
sendiri, karena sejak kecil sudah diajarkan untuk selalu memenuhi standar orang
tua di mana ketika standar tersebut tidak tercapai, sosok orang tua tersebut
akan menunjukkan kekecewaan, kemarahan, bahkan memberikan hukuman.
🌧Konflik dalam diri ketika seseorangan ingin melakukan apapun
dengan bebas, sedangkan sisi lain dari dirinya ingin melakukan hal-hal yang
membanggakan orang tua yang bertentangan dengan keinginannya yang pertama.
Dalam kasus Jennette, sejak kecil dia sudah diperkenalkan dengan calorie
restriction dan dia tidak boleh memakan makanan yang bisa menyebabkannya
“tumbuh” dan hanya boleh memakan makanan tertentu. Ketika ibu Jennette tidak
berada di dekatnya, Jennette akan memakan semua makanan yang selama ini
dilarang dengan porsi besar, namun setelah itu dia teringat ibunya dan merasa
menyesal kemudian menyalahkan dirinya sendiri.
Jennette menyebutkan kalau waktu kecil dia gak suka disebut cantik, dia ingin disebut hampsome seperti kakak laki-lakinya, yang mungkin disebabkan karena dia punya tiga kakak laki-laki yang dia jadikan contoh. Selain itu, Jennette di masa kecil, meskipun sudah bisa berkomentar mengenai hal-hal yang terjadi padanya dan gak mencoba menganggap perasaan gak nyamannya sebagai perasaan yang gak valid, namun dia nggak mengetahui hal-hal yang bakal terjadi sebagai anak perempuan terutama ketika mereka mulai tumbuh jadi remaja yang tentu saja terjadi karena gak ada yang mengajarinya tentang hal tersebut. Jennette di masa kecil menganggap tumbuh menjadi anak perempuan itu memalukan, dia gak ingin tumbuh karena gak pengen bentuk tubuhnya berubah dari anak-anak (yang dianggap innocent) menjadi remaja (yang dianggap sudah se-innocent saat masih anak-anak).
“I’m small. I know I’m small. But I worry that my body is fighting the smallness. That it’s trying to develop. To grow. I feel like I’m barely hanging on to my childlike body and the innocence that comes with it. I’m terrified of being looked at like a sexual being. It’s disgusting. I’m not that. I’m this. I’m a child”
Tentu saja pendapatnya mengenai hal
ini pasti dipengaruhi oleh pendapat ibunya yang selalu menginginkan Jennette
terus menjadi anaknya yang kecil dan innocent, sehingga hubungan ibu-anak yang
gak sehat itu terus berlanjut.
BIKIN INGET KE CONVENIENCE STORE WOMAN / GADIS MINIMARKET
Ya aku tau, buku ini beda jauh
dengan Convenience Store Woman atau Gadis Minimarket oleh Sayaka Murata yang
merupakan buku fiksi. Di tengah-tengah aku membaca memoir ini, terutama di
bagian BEFORE yang menceritakan masa kecil Jennette, aku somehow kepikiran
Keiko dan gimana cara dia berpikir dan melihat hal-hal di sekitarnya. Suara dan
cara mereka menceritakan kisahnya agak mirip menurutku, dan aku jadi pengen
re-read buku Convenience Store Woman deh.
HOW THIS BOOK AFFECTED ME
🌧Introspeksi : apakah perasaan
negatif atau narasi untuk self-blaming dan perfect everything I did datang dari
masa kecil dan kebiasaan orang tua semasa kecil
🌧Buku ini kayak membangunkan aku dari
lamunan panjang, bahwa jika siapapun yang melakukan tindakan abusive (verbal,
mental, psychological, physical) bukan karena kesalahanku melainkan memang
karena mereka melakukan tindakan abusive itu dan itu salah.
🌧Introspeksi : apakah relationship
yang aku punya semuanya healthy? (hubungan dengan orang tua, keluarga, teman,
guru-guru di sekolah, dll)
🌧Karena tulisan Jennette yang
detached dari situasi yang dia alami di masa lalu, aku jadi ingin seperti dia. By
examining the past events dan mengidentifikasi hal-hal yang termasuk dalam
tindakan abusive, aku gak bakal blame the other person atau menyimpan dendam.
Aku jadi belajar untuk memaafkan, because that happened in the past. They live
their own lives there so faraway from me, and here I want to live peacefully
too. Dengan memaafkan mereka, bukan berarti aku menganggap perbuatan mereka
benar, aku tidak akan menyiksa diriku sendiri dengan mengingat-ingat kejadian
yang menyakitkan hanya untuk blame the other party dalam hati.
🌧Aku ingin jadi orang yang lebih
baik. Aku gak ingin jadi Jennette, ibunya Jennette, atau neneknya Jennette di
masa lalu. Buku ini membuat aku sadar kalau dengan menjadi seperti orang-orang
tersebut, aku bakal melukai banyak orang lain dan diri aku sendiri.
·
FAVORITE CHAPTER & QUOTES
Bab 34 adalah bab favoritku. Kalau aku punya buku fisiknya mungkin bakal isinya highlight aja karena aku suka banget pembahasan yang ada di dalamnya dan juga pendapat Jennette McCurdy. Sebenernya banyak quote yang aku suka dari buku ini, beberapa diantaranya adalah :
“Growing is wobbly and full of mistakes, especially as a teenager—mistakes that you certainly don’t want to make in the public eye, let alone be known for for the rest of your life.”
“Sometimes I look at her and I just hate her. And then I hate myself for feeling that. I tell myself I’m ungrateful. I’m worthless without her. She’s everything to me. Then I swallow the feeling I wish I hadn’t had, tell her “I love you so much, Mommy,” and I move on, pretending that it never happened. I’ve pretended for my job for so long, and for my mom for so long, and now I’m starting to think I’m pretending for myself too.”
“I’m becoming an angry person with no tolerance for anyone. I’m aware of this shift and yet have no desire to change it. If anything, I want it. It’s armor. It’s easier to be angry than to feel the pain underneath it.”
“A good investment for one person might be a bad investment for another.”
“But life happens. Love happens. Loss happens. Change and growth happen at different paces for different people, and sometimes the paces just don’t line up. It’s devastating if I think too much about it, so I usually don’t.”
Jadi apa ada yang sudah membaca buku
ini? Tell me down below ya!
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.