Aplikasi untuk Rating Manusia! | Artemis: Rebellion by Daniel Ahmad | Book Review
Hai, aku kembali lagi dengan review
buku, kali ini adalah buku bergenre science fiction dystopia yang aku baca
versi e-booknya di aplikasi Cabaca yang termasuk dalam Review Tur Cabaca di
bulan Maret yang mengusung tema Survivor. Aku memilih buku ini karena blurbnya
menarik dan penasaran gimana sih kondisi dunia saat penghuninya bisa dirating
dan memberi rating ke sesamanya di mana rating tersebut mempengaruhi
keselamatan mereka. Ini adalah versi blog dari video review Artemis : Rebellion
yang sudah tayang di channel aku, silakan mampir jika kalian lebih suka menonton
video review ya.
BLURB
Bercerita tentang Indonesia di 2035
yang menerapkan sistem Artemis; yakni aplikasi untuk rating dan review manusia,
dengan tujuan menciptakan keamanan dan kenyamanan, serta meminimalisir tindak
kejahatan. Untuk tujuan itu, setiap akhir tahun, tepatnya di bulan Desember,
pemerintah mengadakan sebuah event nasional bernama Hunting Season, yakni satu
pekan di mana warga yang ratingnya 1 dari 5, akan dieksekusi oleh para
eksekutor.
CONTENT WARNINGS
Blood, Hate crime, Death of parent,
Forced institutionalization, Kidnapping, Murder, Stalking, Suicide, Vomit,
Death, Physical abuse, Rape, Toxic relationship, Bullying, Cursing, Deadnaming,
Gun violence, Sexual assault, Gaslighting, Injury/injury detail, Car accident,
Infidelity, and Violence
Artemis: Rebellion adalah buku yang
bersetting di Indonesia tahun 2035 dengan berbagai teknologi canggih yang sudah
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu dari teknologi tersebut
adalah Artemis yang merupakan sistem yang digunakan untuk memberikan rating
pada setiap orang dengan kriteria tertentu seperti menjadi teman di aplikasi
Artemis atau hanya sekadar mengetahui nomor anggota Artemis. Tujuannya untuk
menekan angka kriminalitas. Di akhir tahun selalu ada Hunting Season yaitu
periode saat orang-orang berbintang 1 harus dieksekusi oleh tim yang disebut
Eksekutor.
HAL YANG AKU SUKA
+ Blurb menggambarkan dengan baik
gambaran cerita yang akan didapatkan pembaca dan cukup intriguing
+ Cerita to the point, tidak basa-basi, langsung menuju inti dari kisahnya
Artemis, masalah-masalah yang ditimbulkan dan kengerian Hunting Season
+ Ide cerita yang diangkat mengenai
bagaimana sebuah aplikasi (yang rentan peretasan dan masih mengandung celah)
bisa digunakan menjadi dasar untuk menilai baik-buruknya seseorang hingga
menghilangkan nyawa seseorang dengan rating rendah.
+ Pemilihan kata yang digunakan
untuk narasi tidak repetitif, bisa menggambarkan dengan sangat baik kondisi
lingkungan maupun keadaan yang dialami oleh karakter di dalamnya
+ Kritik terhadap orang-orang yang
memangku jabatan tertentu, bagaimana kekuasaan yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang lebih besar akan menimbulkan dampak yang sangat besar
+ Aspek thrillingnya dapet, terutama
ketika Eksekutor muncul dan beraksi. Keberadaan Eksekutor di dalam buku ini
berhasil dibuat menjadi sosok yang ditakuti sekaligus misterius yang tentu saja
membuat pembaca semakin penasaran.
+ Monopoli media dan informasi oleh pihak yang berkepentingan yang bertujuan
untuk mengarahkan opini publik terhadap hal-hal tertentu sehingga publik
berfokus pada hal tidak sebenarnya terjadi
+ Penulis berhasil membuat semua karakter yang muncul di buku ini sebagai
karakter yang bikin kesel
+ Endingnya membuat pembaca penasaran
dan ngeri, yang sepertinya bakal ada buku keduanya.
HAL YANG KURANG AKU SUKA
- Tidak ada pembeda atau tanda baca
yang menandai kalau seseorang sedang berkata dalam hati. Hal ini membuat
pembaca kebingungan kenapa tiba-tiba ada kata ganti orang pertama di tengah
paragraf yang menceritakan sesuatu dengan kata ganti orang ketiga.
- Terlalu banyak karakter yang
diceritakan sehingga personally buku ini kurang mendalami karakter yang
diceritakan karena berpindah dengan cepat dari satu karakter ke yang lainnya.
Beberapa karakter pun mudah dilupakan seperti Bara dan anak buahnya yang cukup
banyak, sehingga waktu nama mereka muncul atau sesuatu terjadi pada mereka, aku
tidak merasa penasaran atau gimana-gimana.
- Penasaran dengan POV dari pihak
yang menjadi dalang semua kekacauan ini, karena hampir semua orang yang terlibat
diceritakan di buku ini. Kalau bisa menceritakan dari POV antagonis mungkin
bakal lebih seru dan karakter antagonis ini tidak one dimensional.
- Banyaknya teknologi canggih yang
dimunculkan di cerita yang hanya sebentar saja di pertengahan cerita, yang
membuat pembaca penasaran dan ingin tahu lebih lanjut bagaimana teknologi
tersebut digunakan di kehidupan sehari-hari. Menurut aku karena munculnya hanya
di pertengahan cerita, kesannya benda-benda canggih tersebut hanyalah dekorasi
dadakan di dalam cerita. Akan lebih baik kalau satu per satu diperkenal dari
awal cerita sehingga pembaca punya gambaran gimana bentukan Indonesia pada
tahun tersebut.
- Beberapa hal seperti bagaimana
Eksekutor melacak para bintang 1 yang sudah membuang handphone, kisah Bu
Ningsih yang membuat dia mengambil sebuah keputusan, hingga bagaimana metode
pendistribusian sesuatu yang penting ke seluruh Indonesia, tidak dijelaskan
lebih detail sehingga masih meninggalkan pertanyaan. Seperti di bagian seorang
karakter membuang handphonenya dan dikejar-kejar Eksekutor, tapi begitu
ratingnya berubah dan statusnya bukan buronan, maka Eksekutor tidak jadi
membunuhnya.
- Gaya penulisan penulis sebenarnya
mudah diikuti dan tidak membingungkan tapi entah kenapa rasanya kurang cocok
sama aku
- Personally, aku kurang suka
kata-kata dalam huruf kapital tebal yang menggunakan alignment center di akhir
satu bagian, yang mungkin digunakan sebagai penekanan reaksi satu karakter atau
penekanan bahwa pembaca sudah mencapai akhir dari satu bagian.
TAMBAHAN. Karena di sepanjang
ceritanya, penulis menyuguhkan berbagai kutipan koran, tulisan pengguna media
sosial maupun kutipan wawancara di TV, menurut aku bakal lebih seru lagi kalau diceritakan
juga konten Youtube sejak penggunaan Artemis jadi lebih beragam gitu kayak : The
Worst Neigbours (based on Artemis) atau White Star People, Worth the Stars? Meskipun
akhirnya (mungkin) video-video tersebut di-take down pemerintah atau pihak
Artemis.
Secara keseluruhan Artemis: Rebellion adalah kisah yang membuat aku merenungkan
hal-hal yang terjadi di dunia saat ini. Aku sebagai orang yang merasa rating
Goodreads tidak cukup mewakili pendapat aku mengenai sebuah buku, pastinya
bakal kesel kalau Artemis benar-benar ada. Pesan mengenai betapa kompleksnya
manusia dan betapa banyaknya layer dalam karakter manusia itu sendiri sehingga
sebuah aplikasi canggih dari luar negeri pun tidak bisa benar-benar memberikan
nilai yang tepat sudah tersampaikan dengan baik.
FINAL RATING : 2.75 / 5
Nah, gimana dengan kalian? Apa sudah
pernah baca buku ini? Kasih tahu di kolom komentar.
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.