Hai! Masih lanjut mengubek-ubek tulisan naskah blog yang aku buat
sebelumnya, aku menemukan file ini. Ceritanya di bulan November 2022 aku
menantang diri sendiri untuk membaca buku romance (yang merupakan genre yang
bukan genre prioritas dalam memilih buku bacaan) karya penulis Indonesia yang
tidak banyak dibahas di media sosial dan aku gak bakal peduliin covernya,
pokoknya baca aja buku yang aku temukan. Aku memutuskan untuk pinjam di
aplikasi iKaltara yang sudah aku punya, dan tentu saja agar lebih mudah, aku
mencari di kategori yang isinya banyak buku romancenya (aku lupa nama
kategorinya). Di situ ada beberapa buku yang bisa dipinjam, aku akhirnya
memutuskan untuk meminjam 2 buku paling atas yang ada tanpa mempertimbangkan
covernya (karena aku jenis orang yang suka milih buku berdasarkan cover). Kedua
review di bawah ini tidak aku edit lagi karena biar terlihat aja bulan November
tahun lalu aku punya pendapat seperti apa.
1. SHE’S VIOLITA OLEH BAGUS RIYANTIARNO PUTRA
Dari covernya aku gak yakin buku ini bakal jadi buku favorit, kemudian
blurbnya :
“Wanita cantik yang identik dengan kerudung violet layaknya tuan putri
itu bernama Violita. Sebuah ketidaksengajaan saat mengenal dirinya, dia yang
identik dengan warna violet di dirinya itu sungguh cantik nan memesona sungguh
membuat diriku bertanya-tanya apakah diriku bisa dimilikinya atau mungkin akan
menjadi khayalan saja? Namun sepasang cangkir cappucino hangat menyatukan dua
insan ini dalam pertemuan pertamanya tanpa disadari bahwa rasa nyaman itu mulai
hinggap di antara mereka namun ragu masih menutupinya.
Seiring waktu semua rasa sudah tak bisa dibohongi cukup dengan pertemuan
kedua di antara mereka jatuh hati dan saling jujur soal rasa masing-masing.
Bagai kopi dan cangkirnya mereka lewati hari-hari itu dengan kebersamaan
layaknya pasangan yang sempurna bahkan setiap tempat yang mereka kunjungi telah
mengakui romantisme di antara mereka saat itu.
Namun tak semua yang terlihat sempurna, serasi dan romantis itu akan
mudah dijalani. Berbagai kesalahpahaman, minimnya komunikasi, karier dan
cita-cita mereka menguji kekuatan cinta yang telah hadir. Semua tak terlihat
indah seperti di awal rasakan pertemuan yang dulu menghadirkan canda dan tawa
kini hanya menghadirkan luka dan duka. Apakah kekuatan cinta mereka akan
bertahan? Atau beberapa faktor tersebut memaksakan perpisahan itu tiba?”
Dari blurbnya aku merasa bahwa buku ini bukanlah buku yang tercipta
untukku. Ketika aku baca, di halaman pertama aku sudah menemukan bagian cringey
yang ternyata berlanjut sampai halaman terakhirnya. Untungnya buku ini
sepanjang 167 halaman, sehingga aku tidak terlalu suffering dalam mini
challenge buatan aku sendiri.
HAL-HAL YANG KURANG AKU SUKA :
◾Nama karakternya : Violita dan dia berdandan serba violet, yasalam. Gapapa
sih, kalau seseorang hidup mengikuti namanya, tapi jadi penasaran kan kenapa
orang tuanya memberi nama Violita, apakah keluarganya punya hubungan khusus
dengan warna violet?
◾Konsistensi samar, kayak panggilan ke orang tua saja kadang mom kadang
mamah kadang ibu, kemudian disebutkan tokoh utama ini suka humor, padahal di
sepanjang ceritanya dia ga melucu sama sekali.
◾Repetitif juga, seperti sering banget si tokoh utama menjelaskan ke
pembaca kalau dia ini cuek, padahal sikapnya tidak cuek sama sekali.
◾Karakternya gak ada yang aku suka juga. Tidak ada perkembangan dan
chemistry diantara para karakternya not found. Karakter Violita suka melakukan
kekerasan, misalnya di awal bab saat baru ketemu dengan tokoh utama dia sudah
menjambak si cowok ini 2 kali kemudian mencubit juga, dan berlanjut di bab-bab
selanjutnya. Benar-benar karakter yang menakutkan. Aku jadi mempertanyakan
motivasi karakter utama untuk berhubungan dengan karakter perempuan yang
menakutkan ini.
◾Bukunya terasa terburu-buru dan banyak hal yang seharusnya dijelaskan
atau menjadi sesuatu yang bisa memperkaya cerita itu malah dibiarkan begitu
saja layu di pojokan.
◾Dialognya berasa seperti dialog orang-orang yang hidup tahun 2005-2006, padahal
buku ini dirilis tahun 2019. Dan juga aku menemukan banyak hal seperti toxic
masculinity, sexism, fatphobia dan stereotype dan ekspektasi untuk orang-orang
dari suku dan jenis kelamin tertentu untuk menjadi atau melakukan sesuatu.
◾Aku sangat berharap di tengah adegan cringey yang bertebaran tersebut
tau-tau muncul plot twist kayak misalnya si cewek ini ternyata hantu
gentayangan atau ternyata si cowok ini mengalami gangguan psikologis yang
membuat karakter Violita ini ternyata gak nyata dan genrenya ternyata
psychological thriller. Kalau seperti ini kan jadi jauh lebih seru.
◾Diksi yang digunakan di sepanjang bukunya tidak cocok dengan situasi yang
ingin dibangun dan juga bunyi ketukan pintu selalu dimunculkan bahkan
dimasukkan ke dalam percakapan seperti “Tok tok tok, selamat pagi pak.”
◾Dan apakah ada manusia yang di dalam kehidupannya berkata “huft” di saat berada
di dalam percakapan serius?
2. CAMELLIA OLEH LIANA SHINTIA ELDAWATI
Buku ini adalah buku lain terbitan tahun 2019 yang aku temukan di
aplikasi iKaltara.
Blurb : “Kematian sang nenek membuatnya harus tinggal bersama ibu kandung
dan ayah tirinya, siapa sangka ibunya menikahi pria yang salah, karena Albern
ingin melenyapkan Camellia, dari sanalah ia dibantu oleh Will (teman masa
kecilnya) yang juga memiliki dendam kepada Albern, dan tak sengaja Camellia
bertemu dengan Aksel yang ternyata adalah teman dekat dari ayah kandung
Camellia yang sudah lama ia tak berjumpa, dan akhirnya mereka bertemu kembali,
ternyata Aksel dan Will menaruh hati pada Camellia, mereka berusaha mendapatkan
cinta Camellia.”
Sejujurnya buku ini lebih membingungkan dari buku pertama dan aku tidak
mengerti apa yang ingin disampaikan penulis melalui kisah Camellia di buku ini.
HAL-HAL YANG KURANG AKU SUKA :
◾Di bagian awal, sudah muncul cara penulisan “di” yang tidak sesuai, dan
kayaknya penulisnya tidak mengetahui kalau penulisan “di” yang tidak diikuti
tempat, harus digabung, sehingga hal ini berlanjut ke halaman-halaman
selanjutnya, meski tidak semuanya (sejujurnya meskipun ini hanya soal “di” tapi
somehow aku selalu sebel kalau lihat ada penggunaan “di” yang tidak sesuai
kaidah penulisan)
◾Sudut pandang yang digunakan tidak jelas, kadang pakai “aku” kadang pakai
“dia”
◾Tanda baca juga tidak digunakan sesuai fungsinya, sehingga banyak kalimat
yang membingungkan sehingga maksud penulis untuk menyampaikan ceritanya tidak
bisa tersampaikan dengan baik
◾Kalau di buku pertama, aku sebel dengan bunyi ketukan pintu, di buku yang
ini bunyi-bunyiannya lebih banyak lagi, dan karena penggunaan tanda baca tidak
sesuai fungsinya, bunyi-bunyian seperti ketukan pintu, air mengalir atau orang
jatuh pun masuk ke dalam percakapan.
◾Tokoh utama tidak jelas yang mana, ceritanya juga kemana-mana
◾Kesannya seperti terburu-buru dalam menulis cerita ini sehingga jeda
antar kejadian itu tidak ada
◾Aku juga tidak tahu ini bukunya ditujukan untuk usia berapa, karena ada
percobaan pembunuhan dan ada sexual content di dalamnya. Tokoh utamanya
dikatakan berusia 21 tahun tapi di sepanjang bukunya dia terdengar seperti anak
SMP sehingga aku kaget waktu ada adegan tersebut.
◾Terus kenapa semua tokoh laki-laki di buku ini dideskripsikan “punya
badan berotot dan gagah”? Bahkan di salah satu karakter ditulis sebagai pria
yang seksi. Padahal deskripsi mengenai bentuk tubuh mereka juga kayaknya tidak
berpengaruh dengan jalannya cerita.
KESIMPULAN
Aku sedang tidak beruntung, karena tidak menemukan buku romance yang
cocok dengan aku kali ini. Semoga next di mini challenge selanjutnya, aku bisa
menemukan buku yang aku suka. Dan aku yakin, meskipun kedua buku yang aku baca
ini tidak ada yang menjadi favorit, masih banyak buku-buku karya penulis
Indonesia lainnya yang mungkin cocok dengan selera aku.
Dan melalui mini challenge ini, aku lebih mengenal preferensi bacaan aku
yang berbeda terutama untuk genre romance. Buku-buku yang aku baca ini memiliki
pesan bahwa cinta itu perlu diuji, cinta itu perlu diperjuangkan, dan cinta itu
adalah selalu tentang dua manusia yang tertarik satu sama lain, dan hal-hal itu
adalah hal-hal yang tidak aku yakini dalam kehidupan aku. That’s okay jika ada
pendapat berbeda mengenai kehidupan dan cinta. Mungkin buku-buku ini ditujukan
untuk pembaca yang lebih muda dari aku yang kemungkinan bisa relate dengan
pemahaman penulis mengenai human’s relationship dynamics.
Next time, aku mungkin bakal baca buku romance yang masuk kategori adult,
yang mungkin pembahasan mengenai prinsip hidup dan karakternya lebih luas dan
lebih bisa dipahami meskipun jauh berbeda dari yang aku percayai. Karena
berbeda pemahaman, kepercayaan dan pendapat itu adalah sebuah hal yang normal
dan selama sebuah buku memberikan waktu kepada pembaca untuk memahami pesan
yang ingin disampaikan penulisnya melalui kegiatan para karakternya, buku itu
selalu punya kemungkinan untuk dapat rating tinggi dari aku.
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.