The Alpha Girl’s Guide by Henry Manampiring is meant to inspire young women to be confident, independent, and successful. It talks about things like education, careers, relationships, and personal growth, encouraging girls to break free from traditional expectations. A lot of people love this book because of its casual and easygoing tone. In this review, I’ll share what I liked, what I didn’t, and who I think this book is best suited for.
(Alpha Girl’s Guide oleh Henry Manampiring dimaksudkan untuk menginspirasi para perempuan muda agar percaya diri, mandiri, dan sukses. Buku ini membahas berbagai hal seperti pendidikan, karier, hubungan, dan pengembangan diri, serta mendorong para perempuan untuk melepaskan diri dari ekspektasi tradisional. Banyak orang menyukai buku ini karena gayanya yang santai. Dalam review ini, aku akan share hal-hal yang aku suka, hal-hal yang tidak aku suka, dan buku ini paling cocok untuk siapa.)
BOOK INFORMATION
Audiobook length : 6 hours 33 minutes
Narrator : Jessy Milianti
Read : July 5-7, 2023
GR rating : 4.14
My rating : 2.00
BOOK REVIEW
The Alpha Girl’s Guide by Henry Manampiring is a book that encourages young women to be confident, independent, and successful. It describes an "alpha girl" as a strong leader, someone smart, capable, and influential. While this book is supposed to help readers become alpha girls, it mostly just lists traits and behaviors instead of giving clear steps on how to develop these qualities.
One thing I like about this book is how it emphasizes the importance of education and personal growth. It talks about whether grades or organizational experience matter more and encourages young women to focus on learning and improving themselves. However, when discussing careers, the book only briefly touches on how alpha girls navigate the workplace. I think it could have gone deeper into the challenges women face at work and how to deal with them.
Thid book also covers relationships and friendships, giving advice on spotting toxic friends and manipulative romantic partners. It even has tips on dealing with heartbreak. While these parts offer helpful reminders, they don’t go very deep, so the advice feels more like general life lessons rather than a step-by-step guide on how to handle these situations.
One thing that didn’t sit well with me was how this book connects self-worth to outside validation. It makes it seem like you can only be an alpha girl if other people see you as one, which might make readers feel frustrated or unworthy if they don’t get that recognition. I believe confidence and leadership should come from within, not from how others see you.
Another issue is this book’s push for an anti-galau mindset. Staying positive is important, but acting like negative emotions should just be avoided isn’t realistic. Everyone feels sad or confused sometimes, and ignoring those feelings doesn’t make them go away, instead it just makes it harder to deal with them later.
This book also includes sections like Alpha Sister Says and Alpha Exercise. The first features advice from successful women like Najwa Shihab and Alanda Kariza, while the second encourages readers to observe others and decide whether they are alpha girls or not. Personally, I didn’t find these sections very helpful since they focus more on outside examples instead of actually helping readers build their own confidence and leadership skills.
(The Alpha Girl’s Guide oleh Henry Manampiring adalah buku yang mendorong para perempuan muda untuk menjadi percaya diri, mandiri, dan sukses. Buku ini menggambarkan seorang "alpha girl" sebagai pemimpin yang kuat, seseorang yang cerdas, cakap, dan berpengaruh. Meskipun buku ini seharusnya membantu para pembaca menjadi gadis alpha, buku ini kebanyakan hanya mencantumkan sifat dan perilaku, tapi tidak memberikan langkah-langkah yang jelas tentang cara mengembangkan kualitas-kualitas ini.
Satu hal yang aku suka dari buku ini adalah bagaimana buku ini menekankan pentingnya pendidikan dan pengembangan diri. Buku ini membahas apakah nilai atau pengalaman berorganisasi lebih penting dan mendorong para perempuan muda untuk fokus pada pembelajaran dan pengembangan diri. Namun, ketika membahas karier, buku ini hanya menyentuh secara singkat tentang bagaimana perempuan alpha mengeksplorasi tempat kerja. Menurutku buku ini bisa membahas lebih dalam tentang tantangan yang dihadapi para perempuan di tempat kerja dan cara mengatasinya.
Buku ini juga membahas hubungan dan persahabatan, dengan memberikan saran tentang mengenali teman-teman yang toksik dan pasangan romantis yang manipulatif. Buku ini bahkan memiliki kiat-kiat tentang cara menghadapi patah hati. Meskipun bagian-bagian ini menawarkan pengingat yang bermanfaat, bagian-bagian tersebut tidak terlalu mendalam, sehingga nasihatnya lebih terasa seperti pelajaran hidup umum daripada panduan langkah demi langkah tentang cara menangani situasi-situasi ini.
Satu hal yang rasanya kurang cocok dengan aku adalah bagaimana buku ini menghubungkan harga diri dengan validasi dari luar. Buku ini membuatnya tampak seperti kita hanya bisa menjadi gadis alpha jika orang lain melihat kita seperti itu, yang mungkin membuat pembaca merasa frustrasi atau tidak berharga jika mereka tidak mendapatkan pengakuan itu. Aku yakin kepercayaan diri dan kepemimpinan harus datang dari dalam, bukan dari bagaimana orang lain melihat kita.
Masalah lainnya adalah buku ini mengutamakan pola pikir anti-galau. Tetap positif itu penting, tetapi bertindak seolah-olah emosi negatif harus dihindari tidaklah realistis. Setiap orang terkadang merasa sedih atau bingung, dan mengabaikan perasaan-perasaan itu tidak akan membuatnya hilang, malah hanya membuat kita lebih sulit untuk menghadapinya nanti.
Buku ini juga mencakup bagian-bagian seperti Alpha Sister Says dan Alpha Exercise. Yang pertama berisi nasihat dari wanita-wanita sukses seperti Najwa Shihab dan Alanda Kariza, sedangkan yang kedua mengajak pembaca untuk mengamati orang lain dan memutuskan apakah mereka gadis alpha atau bukan. Secara pribadi, aku tidak merasa bagian-bagian ini sangat membantu karena lebih berfokus pada contoh-contoh dari luar daripada benar-benar membantu pembaca membangun kepercayaan diri dan kemampuan kepemimpinan mereka sendiri.)
STRENGTH
■One thing I appreciate about this book is its goal, to encourage young women to break free from traditional expectations. Instead of pushing the idea that women should only focus on becoming wives and mothers, this book motivates readers to chase their dreams and ambitions. It reminds us that we have the right to define success in our own way.
■I also like that this book covers a wide range of topics. It doesn’t just talk about confidence or leadership but also touches on education, careers, health, appearance, and relationships. This variety makes it useful for different types of readers, whether they’re focused on school, work, or personal growth.
■Another thing I found important is its focus on education. This book shows how important it is to gain knowledge and build skills, not just to get good grades, but to grow as a person and prepare for future opportunities. It encourages young women to invest in their education, by showing that learning plays a huge role in becoming strong and capable.
(■Satu hal yang aku apresiasi dari buku ini adalah tujuannya, yaitu untuk mendorong para perempuan muda agar terbebas dari ekspektasi tradisional. Dengan tidak menekankan gagasan bahwa perempuan seharusnya hanya fokus menjadi istri dan ibu, buku ini memotivasi para pembaca untuk mengejar impian dan ambisi mereka. Buku ini mengingatkan kita bahwa kita berhak mendefinisikan kesuksesan dengan cara kita sendiri.
■Aku juga suka bahwa buku ini membahas berbagai topik. Buku ini tidak hanya membahas tentang kepercayaan diri atau kepemimpinan, tetapi juga menyentuh pendidikan, karier, kesehatan, penampilan, dan hubungan. Keragaman ini membuatnya bermanfaat bagi berbagai jenis pembaca, baik yang fokus pada sekolah, pekerjaan, atau pengembangan diri.
■Hal lain yang menurutku penting adalah fokusnya pada pendidikan. Buku ini menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan dan membangun keterampilan, tidak hanya untuk mendapatkan nilai bagus, tetapi juga untuk tumbuh sebagai pribadi dan mempersiapkan diri untuk peluang masa depan. Buku ini mendorong para perempuan muda untuk berinvestasi dalam pendidikan mereka, dengan menunjukkan bahwa belajar memainkan peran besar dalam menjadi kuat dan cakap.)
WEAKNESS
■One of the things that bothered me about The Alpha Girl’s Guide is how it sets strict rules for what an "alpha girl" should or shouldn’t do. Instead of giving real advice on how to grow as a person, this book makes it seem like being an alpha girl is something that only matters if others recognize you as one. This focus on outside approval can be frustrating because it makes it feel like your confidence and success depend on what other people think, rather than how you see yourself. I think it would have been much better if this book encouraged self-acceptance and inner confidence instead of seeking validation from others.
■Another issue for me was the writing style. This book tries to be funny, but a lot of the jokes didn’t really land. Instead of making this book more interesting, they sometimes felt like unnecessary distractions. In some parts, the humor even clashed with this book’s main messages, which made it harder to take seriously.
■I also didn’t like how this book pushes the idea of being "anti-galau". It’s good to have a positive mindset, but completely ignoring negative emotions isn’t realistic. Everyone feels down sometimes, and that’s normal. Instead of just telling readers to move on and stay positive, this book should have talked more about how to process emotions in a healthy way.
■Even though this book covers topics like education, relationships, and career growth, it doesn’t really give enough practical advice. It tells you what an alpha girl is supposed to be like, but it doesn’t explain how to actually develop those qualities. Without real, actionable steps, it feels more like a list of ideals rather than a useful guide for self-improvement.
■The extra sections like Alpha Sister Says, Alpha Exercise, and the interviews with successful women didn’t really work for me. The interviews and Alpha Sister Says parts felt a bit disconnected and didn’t provide much helpful advice. The Alpha Exercise section also wasn’t useful since it just asks readers to judge whether other people fit the "alpha girl" image instead of helping them work on themselves. I think this book would have been more helpful if it focused more on personal growth rather than comparing yourself to others.
(■Salah satu hal yang mengganggu tentang The Alpha Girl’s Guide adalah bagaimana buku ini menetapkan aturan tentang apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh seorang "alpha girl". Bukannya memberikan advice tentang cara tumbuh sebagai pribadi, buku ini membuatnya seolah-olah menjadi gadis alpha adalah sesuatu yang hanya penting jika orang lain mengakui kita sebagai seorang gadis alpha. Fokus pada validasi dari luar ini bisa membuat frustrasi karena membuat kita merasa bahwa kepercayaan diri dan kesuksesan bergantung pada apa yang dipikirkan orang lain, bukan bagaimana kita memandang diri sendiri. Menurutku akan jauh lebih baik jika buku ini mengajarkan penerimaan diri dan kepercayaan diri daripada mencari validasi dari orang lain.
■Masalah lainnya adalah gaya penulisannya. Buku ini mencoba untuk menjadi lucu, tetapi banyak lelucon yang tidak benar-benar mengena. Bukannya membuat buku ini lebih menarik, lelucon ini terkadang terasa seperti distraksi yang tidak perlu. Di beberapa bagian, humornya bahkan berbenturan dengan pesan utama buku ini, yang membuatnya lebih sulit untuk menganggap serius buku ini.
■Aku juga tidak suka bagaimana buku ini mendorong gagasan untuk menjadi "anti-galau". Memiliki pola pikir positif itu bagus, tetapi mengabaikan emosi negatif sama sekali tidaklah realistis. Setiap orang terkadang merasa sedih, dan itu wajar. Tidak hanya memberi tahu pembaca untuk terus maju dan tetap positif, buku ini seharusnya lebih banyak membahas tentang cara memproses emosi dengan cara yang sehat.
■Meskipun buku ini membahas topik-topik seperti pendidikan, hubungan, dan pertumbuhan karier, buku ini tidak benar-benar memberikan cukup banyak saran praktikal. Buku ini memberi tahu kita seperti apa seharusnya seorang gadis alpha, tetapi tidak menjelaskan cara mengembangkan kualitas-kualitas tersebut. Tanpa langkah-langkah yang dapat ditindaklanjuti, buku ini lebih terasa seperti daftar daripada panduan yang berguna untuk pengembangan diri.
■Bagian tambahan seperti Alpha Sister Says, Alpha Exercise, dan wawancara dengan para perempuan sukses tidak begitu cocok untuk aku. Wawancara dan bagian Alpha Sister Says terasa agak kurang nyambung dan kurang memberikan banyak nasihat yang bermanfaat. Bagian Alpha Exercise juga kurang penting karena hanya meminta pembaca untuk menilai apakah orang lain cocok dengan ciri-ciri gadis alpha daripada membantu mereka memperbaiki diri. Aku pikir buku ini akan lebih bermanfaat jika lebih fokus pada pengembangan diri daripada membandingkan diri dengan orang lain.)
WHO WOULD ENJOY THE ALPHA GIRL’S GUIDE?
■Teen girls: This book talks a lot about education, relationships, and self-improvement in a way that’s easy to understand. If you're between 14 and 20 and trying to navigate school, friendships, and your future, you might find some useful insights here.
■Readers looking for a simple introduction: If you’re curious about what it means to be an “alpha girl” but don’t want anything too deep or complex, this book gives a basic overview. It explains the idea without talking too much about details or practical steps.
■Fans of fun, light nonfiction: If you like books that mix advice with humor and don’t take things too seriously, you might enjoy this one.
■People interested in Najwa Shihab and Alanda Kariza: This book includes interviews with two well-known Indonesian women, Najwa Shihab and Alanda Kariza. If you're a fan of either of them or just curious about their thoughts on confidence and success, this might be worth checking out.
(■Remaja perempuan: Buku ini banyak membahas tentang pendidikan, hubungan, dan pengembangan diri dengan cara yang mudah dipahami. Jika kamu berusia antara 14 dan 20 tahun dan mencoba menjalani sekolah, persahabatan, dan masa depan, kamu mungkin akan menemukan beberapa wawasan bermanfaat di sini.
■Pembaca yang mencari pengantar sederhana: Jika kamu ingin tahu tentang apa artinya menjadi gadis alpha tetapi tidak ingin sesuatu yang terlalu dalam atau rumit, buku ini memberikan gambaran umum dasar. Buku ini menjelaskan gagasan ini tanpa terlalu banyak membahas detail atau langkah-langkah praktikal.
■Penggemar nonfiksi yang menyenangkan dan ringan: Jika kamu suka buku yang memadukan nasihat dengan humor dan tidak menganggap sesuatu terlalu serius, kamu mungkin akan menyukai buku ini.
■Orang-orang yang tertarik dengan Najwa Shihab dan Alanda Kariza: Buku ini berisi wawancara dengan dua perempuan Indonesia yang terkenal, Najwa Shihab dan Alanda Kariza. Jika kamu penggemar salah satu di antara mereka atau hanya ingin tahu pemikiran mereka tentang kepercayaan diri dan kesuksesan, mungkin ini patut untuk disimak.)
CONCLUSION
The Alpha Girl’s Guide is aimed to encourage young women to be confident, independent, and ambitious, by pushing back against old-fashioned ideas about what women should or shouldn’t do. It talks about important topics like education, careers, and relationships. However, despite its positive message, this book has some flaws. Instead of giving real, practical advice, it mostly just lists do’s and don’ts, which makes it seem like being an alpha girl depends on how others see you. The humor sometimes feels out of place, and the idea of avoiding negative emotions doesn’t really help with personal growth. I think this book might be a good introduction for younger readers who need a confidence boost, and some basic ideas about alpha girl.
(Alpha Girl’s Guide ditujukan untuk mendorong para perempuan muda agar percaya diri, mandiri, dan ambisius, dengan melawan gagasan kuno tentang apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan perempuan. Buku ini membahas topik-topik penting seperti pendidikan, karier, dan hubungan. Namun, terlepas dari pesan positifnya, buku ini memiliki beberapa kekurangan. Bukannya memberikan nasihat yang bisa diterapkan, buku ini kebanyakan hanya mencantumkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, yang membuatnya tampak seperti menjadi gadis alpha tergantung pada bagaimana orang lain melihat kita. Humornya terkadang terasa tidak pada tempatnya, dan gagasan untuk menghindari emosi negatif tidak benar-benar membantu pengembangan diri. Menurutku buku ini mungkin menjadi pengantar yang bagus bagi para pembaca yang lebih muda yang membutuhkan dorongan kepercayaan diri, dan beberapa gagasan dasar tentang gadis alpha.)
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.