Legenda Perompak Naga: Seni Membangunkan Naga dari Laut by Wisnu Suryaning Adji | Book Review

 


“Kita semua adalah ikan di lautan, dan selalu hidup dalam pertarungan. Kita berenang-renang, lalu tanpa disadari hidup kita berakhir dalam sebuah mangkuk sup ikan.”


Legenda Perompak Naga: Seni Membangunkan Naga dari Laut by Wisnu Suryaning Adji is about a young man who’s supposed to be a pirate, but instead, he discovers his love for cooking. He becomes the ship’s cook on a well-known pirate ship, Kapal Naga Hijau. Even though the pirates love his food, they don’t really understand or appreciate the effort he puts into it. Juru Masak, the main character, dreams of cooking for people who actually care about food and know how to appreciate it. This creates a big internal struggle for him, torn between his passion for cooking and his loyalty to his pirate crew.

(Legenda Perompak Naga: Seni Membangunkan Naga dari Laut oleh Wisnu Suryaning Adji berkisah tentang seorang pemuda yang seharusnya menjadi perompak, tetapi justru menemukan kecintaannya pada memasak. Ia menjadi juru masak di kapal perompak terkenal, Kapal Naga Hijau. Meskipun para perompak menyukai masakannya, mereka tidak benar-benar memahami atau menghargai usaha yang ia lakukan untuk membuat masakannya. Juru Masak, tokoh utamanya, bermimpi memasak untuk orang-orang yang benar-benar peduli dengan makanan dan tahu cara menghargainya. Hal ini menimbulkan peperangan batin baginya, yang terpecah antara kecintaannya pada memasak dan kesetiaannya kepada kru perompaknya.)

 

BOOK INFORMATION

Title                       : Legenda Perompak Naga: Seni Membangunkan Naga dari Laut

Author                  : Wisnu Suryaning Adji

Language             : Indonesian

Length                  : 296 pages

Released             : April 12, 2021

Read                    : July 27-28, 2023

GR Rating            : 3.98

My rating             : 4.00

 

BOOK REVIEW

Legenda Perompak Naga: Seni Membangunkan Naga dari Laut oleh Wisnu Suryaning Adji is about Juru Masak, a young ma who’s meant to be a pirate but discovers that his passion is cooking. Instead of becoming a regular pirate, he becomes the ship’s cook on the famous Kapal Naga Hijau pirate ship. As he sails with the crew and faces pirate life, Juru Masak forms a strong bond with them, but he struggles with one big issue that he wants to cook in a real restaurant, for people who actually know and appreciate food, not just pirates who have no idea about cooking or ingredients.  

Even though the pirates love Juru Masak’s food, they don’t really get what goes into it. They don’t understand how much effort, care, and skill it takes, which frustrates him. This shows one of the main themes of the book: how hard it can be when you put a lot of work into something, but it goes unappreciated. Juru Masak’s story reminds us that our passions and the things we create have value, even if others don’t always recognize them.  

On top of his cooking passion, Juru Masak’s story also deals with the struggle of balancing what he really wants to do with the responsibilities he has now. Being a pirate’s cook gives him security and a place to belong, but it doesn’t fulfill him. This is something a lot of people can relate to, which is doing a job just to get by, even though it’s not what they dream of doing. Juru Masak’s conflict shows how hard it can be to follow your passion when your current situation holds you back.  

What I love about this book is the bond between Juru Masak and the rest of the crew, especially his relationship with Kelana. Their interactions bring so much warmth and humor to the story, and their friendship really shows how “family” doesn’t always mean blood. The pirates stick together because they trust each other and have each other’s backs, which is something a lot of us experience in our own lives with close friends, co-workers, or even online communities. 

One interesting part of this book is how Juru Masak doesn't know anything about menstruation, which shows how being isolated can limit someone's understanding of the world. Since he's surrounded only by men on the pirate ship, he’s never had any discussions about women's experiences. So, when Kelana has her first period, Juru Masak is completely confused. This small detail really emphasizes how much our upbringing influences the way we see things. It’s also a reminder that we can only fill in knowledge gaps by learning from different people and experiences, especially ones that we’ve never been exposed to before.  

(Legenda Perompak Naga: Seni Membangunkan Naga dari Laut oleh Wisnu Suryaning Adji berkisah tentang Juru Masak, seorang perompak muda yang ditakdirkan menjadi perompak tetapi menemukan passionnya dalam memasak. Alih-alih menjadi perompak biasa, ia menjadi juru masak kapal di kapal perompak terkenal Kapal Naga Hijau. Saat ia berlayar bersama para awak kapal dan menghadapi kehidupan perompak, Juru Masak menjalin ikatan yang kuat dengan mereka, tetapi ia berjuang dengan satu masalah besar yaitu ia ingin memasak di restoran sungguhan, untuk orang-orang yang benar-benar tahu dan menghargai makanan, bukan hanya perompak yang tidak tahu tentang memasak atau bahan-bahan.

Meskipun para perompak menyukai makanan Juru Masak, mereka tidak benar-benar mengerti apa yang terkandung di dalamnya. Mereka tidak mengerti betapa besar usaha, perhatian, dan keterampilan yang dibutuhkan, yang membuatnya frustrasi. Ini menunjukkan salah satu tema utama buku ini: betapa sulitnya ketika kita melakukan banyak pekerjaan untuk sesuatu, tetapi hasilnya tidak dihargai. Kisah Juru Masak mengingatkan kita bahwa passion kita dan hal-hal yang kita ciptakan memiliki nilai, bahkan jika orang lain tidak selalu menyadarinya. 

Selain kecintaannya pada memasak, kisah Juru Masak juga berkutat pada perjuangan menyeimbangkan antara apa yang benar-benar ingin ia lakukan dengan tanggung jawab yang kini diembannya. Menjadi juru masak perompak memberinya rasa aman dan tempat untuk tinggal, tetapi hal itu tidak memuaskannya. Ini adalah sesuatu yang dapat dipahami banyak orang, yaitu melakukan pekerjaan hanya untuk bertahan hidup, meskipun itu bukan yang mereka impikan. Konflik Juru Masak menunjukkan betapa sulitnya mengikuti passion kita ketika situasi saat ini menghalangi kita.

Yang aku sukai dari buku ini adalah ikatan antara Juru Masak dan kru lainnya, terutama hubungannya dengan Kelana. Interaksi mereka menghadirkan begitu banyak kehangatan dan humor pada cerita, dan persahabatan mereka benar-benar menunjukkan bagaimana "keluarga" tidak selalu berarti darah. Para perompak bersatu karena mereka saling percaya dan saling mendukung, yang merupakan sesuatu yang banyak dari kita alami dalam kehidupan kita sendiri dengan teman dekat, rekan kerja, atau bahkan komunitas daring.

Satu bagian menarik dari buku ini adalah bagaimana Juru Masak tidak tahu apa pun tentang menstruasi, yang menunjukkan bagaimana keterasingan dapat membatasi pemahaman seseorang tentang dunia. Karena ia hanya dikelilingi oleh laki-laki di kapal bajak laut, ia tidak pernah berdiskusi tentang pengalaman perempuan. Jadi, ketika Kelana mengalami menstruasi pertamanya, Juru Masak benar-benar bingung. Detail kecil ini benar-benar menekankan seberapa besar cara kita memandang sesuatu dipengaruhi oleh pola asuh kita. Ini juga merupakan pengingat bahwa kita hanya dapat mengisi kesenjangan pengetahuan dengan belajar dari orang dan pengalaman yang berbeda, terutama yang belum pernah kita alami sebelumnya.)

 

THINGS I LOVE

■One of the first things that caught my attention in this bok is how the characters are named based on their roles on the ship. Instead of traditional names, we get names like Juru Masak (Ship’s Cook), Perompak Naga (Dragon Pirate), Kelasi Tua (Old Sailor), Juru Layar (Navigator), and Tabib (Doctor). I really like this because it makes their roles clear right away it's a fun way to make the characters stand out and makes it easier to remember who does what.  

■The characters themselves are just as interesting. Perompak Naga, for example, is a mysterious, charismatic figure that I couldn’t help but want to learn more about. He’s got such a strong presence, and I really wish there were more parts where we could dive into his backstory and personality. Juru Masak, the main character, is great because he’s not your typical pirate. He’s clever, loyal, and loves cooking, which makes him different from the other pirates. He avoids violence and stays out of unnecessary conflicts, but when it comes to his beliefs, he’s really stubborn. That made him an enjoyable protagonist to follow.  

■Another thing I love is the cooking and eating parts. Juru Masak’s love for food is so clear, and I enjoyed reading about the dishes he made. It was so fun to read about the meals on the ship! However, I wish there were more moments where Juru Masak could experiment with different ingredients and try new recipes.

■One of the best things about this book is the found family dynamic between the Kapal Naga Hijau crew. The way they all look out for each other is really heartwarming, and the interactions between Juru Masak and Kelana are especially funny. Their playful banter had me laughing out loud several times, and it really added a fun, lighthearted vibe to the book. You can feel the strong bond and loyalty the crew shares, and it made their friendship feel real and relatable.  

■The storytelling style in this book is also something I really enjoy. It has fairy-tale quality to it, almost like you’re listening to a narrator tell you the story. At the same time, the tone is light and funny, which fits perfectly with Juru Masak’s perspective as a 17-year-old.

■Visually, this book is beautiful. The cover design is eye-catching, and I love the small details like the dragon illustrations that mark the chapters. The chapters themselves are short, so the book doesn’t feel intimidating at all. 

■My favorite part of this book is definitely the last chapter. Without giving too much away, I love seeing what the characters did after everything calmed down.

(■Salah satu hal pertama yang menarik perhatian dalam buku ini adalah bagaimana karakter-karakter tersebut diberi nama berdasarkan peran mereka di kapal. Alih-alih nama-nama tradisional, kita mendapatkan nama-nama seperti Juru Masak, Perompak Naga, Kelasi Tua, Juru Layar, dan Tabib. Aku sangat menyukai nama-nama ini karena nama-nama ini membuat peran mereka langsung jelas, ini adalah cara yang menyenangkan untuk membuat karakter-karakter tersebut menonjol dan memudahkan untuk mengingat siapa yang melakukan apa.

■Karakter-karakternya sendiri juga sama menariknya. Perompak Naga, misalnya, adalah sosok misterius dan karismatik yang membuat aku ingin mempelajari lebih lanjut tentangnya. Ia memiliki aura yang kuat, dan aku sangat berharap ada lebih banyak bagian di mana kita dapat mengetahui latar belakang dan kepribadiannya. Juru Masak, karakter utamanya, hebat karena ia bukan perompak biasa. Ia pintar, setia, dan suka memasak, yang membuatnya berbeda dari perompak lainnya. Ia menghindari kekerasan dan menghindari konflik yang tidak perlu, tetapi jika menyangkut keyakinannya, ia sangat keras kepala. Hal itu membuatnya menjadi tokoh utama yang menyenangkan untuk diikuti.

■Hal lain yang aku sukai adalah bagian memasak dan makan. Kecintaan Juru Masak terhadap makanan sangat jelas, dan aku senang membaca tentang hidangan yang ia buat. Sangat menyenangkan membaca tentang hidangan yang disajikan di kapal! Namun, aku berharap ada lebih banyak momen di mana Juru Masak dapat bereksperimen dengan bahan-bahan yang berbeda dan mencoba resep baru.

■Salah satu hal terbaik tentang buku ini adalah dinamika kekeluargaan yang ditemukan di antara awak Kapal Naga Hijau. Cara mereka saling menjaga satu sama lain benar-benar heartwarming, dan interaksi antara Juru Masak dan Kelana sangat lucu. Candaan mereka yang lucu membuat aku tertawa terbahak-bahak beberapa kali, dan itu benar-benar menambah suasana yang menyenangkan dan ringan pada buku ini. Kita dapat merasakan ikatan dan kesetiaan yang kuat yang dimiliki oleh awak kapal, dan itu membuat persahabatan mereka terasa nyata dan dapat dipahami.

■Gaya bercerita dalam buku ini juga merupakan sesuatu yang sangat aku nikmati. Buku ini memiliki kualitas seperti dongeng, hampir seperti kita mendengarkan narator yang menceritakan kisahnya. Pada saat yang sama, nadanya ringan dan lucu, yang sangat cocok dengan perspektif Juru Masak sebagai seorang remaja berusia 17 tahun.

■Secara visual, buku ini indah. Desain sampulnya menarik perhatian, dan aku suka detail-detail kecil seperti ilustrasi naga yang menandai setiap bab. Setiap babnya sendiri pendek, jadi buku ini sama sekali tidak terasa menakutkan.

■Bagian favorit aku dari buku ini adalah bab terakhirnya. Tanpa memberikan terlalu banyak spoiler, aku suka melihat apa yang dilakukan para tokoh setelah semuanya tenang.)

 

THINGS THAT COULD'VE BEEN IMPROVED

■The setting sometimes felt a bit unclear, and I had trouble picturing where things were happening or where objects were located. There were moments when I had to reread parts of the story to figure out what was going on.  

■The pacing also felt a bit off at times. Some parts of the story moved too fast, jumping from one scene to the next without wrapping up the current one properly. This left me with a lot of questions. On the other hand, there were parts where the pacing was perfect and the story flowed well. 

■Another issue I had was with the betrayal in the story. While the betrayal itself had a big impact, the reasons behind it weren’t explained well. I felt like there should have been more hints dropped throughout the story leading up to it, so the reveal felt more natural and satisfying. 

■Since this is a fantasy story, I was expecting more magic and supernatural stuff. The pirate characters do have special powers, like how Perompak Naga and Juru Masak can control nature elements, but these powers weren’t explored as much as I wanted them to be. I thought there would be more moments where the characters actively used their abilities whether in battles, to survive, or just in their everyday pirate life.  

■The shifts between the past and present were sometimes confusing. The timeline jumps made it hard to keep track of how much time had passed since the last flashback. 

(■Latar cerita terkadang terasa agak tidak jelas, dan aku kesulitan membayangkan di mana sesuatu terjadi atau di mana benda-benda berada. Ada saat-saat ketika aku harus membaca ulang bagian-bagian cerita untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.

■Pacing cerita juga terkadang terasa agak tidak pas. Beberapa bagian cerita bergerak terlalu cepat, melompat dari satu adegan ke adegan berikutnya tanpa menyelesaikan adegan saat itu dengan pas. Hal ini membuat aku punya beberapa pertanyaan. Di sisi lain, ada bagian-bagian yang pacingnya sempurna dan ceritanya mengalir dengan baik.

■Masalah lain yang aku alami adalah pengkhianatan dalam cerita. Meskipun pengkhianatan itu sendiri berdampak besar, alasan di baliknya tidak dijelaskan dengan baik. Aku merasa seharusnya ada lebih banyak petunjuk yang diberikan di sepanjang cerita sebelum pengkhianatan itu terjadi, sehingga pengungkapannya terasa lebih alami dan memuaskan.

■Karena ini adalah cerita fantasi, aku mengharapkan lebih banyak keajaiban dan hal-hal supernatural. Karakter perompak di buku ini memiliki kekuatan khusus, seperti bagaimana Perompak Naga dan Juru Masak dapat mengendalikan elemen alam, tetapi kekuatan ini tidak dieksplorasi sebanyak yang aku inginkan. Aku pikir akan ada lebih banyak momen di mana karakter secara aktif menggunakan kemampuan mereka baik dalam pertempuran, untuk bertahan hidup, atau hanya dalam kehidupan perompak sehari-hari mereka.

■Peralihan antara masa lalu dan masa kini terkadang membingungkan. Perubahan alur waktu membuat sulit untuk melacak berapa banyak waktu yang telah berlalu sejak flashback terakhir.)

 

CONCLUSION

Legenda Perompak Naga: Seni Membangunkan Naga dari Laut is a fun and heartwarming story that mixes adventure, humor, and human relationships. It follows Juru Masak’s journey as he chases his passion for cooking while balancing his loyalty to the pirate crew. This book touches on important themes like personal dreams, finding your place in the world, and the value of chosen family. While the unique storytelling and strong characters made this book enjoyable, there are some areas that could have been better like the unclear descriptions, the uneven pacing, and not enough focus on the magical elements. Even with those issues, the story is still really engaging. The ending leaves some exciting possibilities, and I’m definitely curious to see where Juru Masak’s story goes next.

(Legenda Perompak Naga: Seni Membangunkan Naga dari Laut adalah kisah seru dan heartwarming yang memadukan petualangan, humor, dan hubungan manusia. Buku ini mengikuti perjalanan Juru Masak saat ia mengejar passionnya untuk memasak sambil menyeimbangkan kesetiaannya kepada kru perompak. Buku ini menyentuh tema-tema penting seperti impian pribadi, menemukan tempat di dunia, dan found family. Meskipun penceritaan yang unik dan karakter yang kuat membuat buku ini menyenangkan, ada beberapa area yang bisa lebih baik seperti deskripsi yang kurang jelas, alur yang tidak merata, dan kurangnya fokus pada elemen magic. Meski dengan kekurangan ini, ceritanya masih sangat menarik. Akhir ceritanya meninggalkan beberapa kemungkinan yang menarik, dan aku penasaran untuk melihat ke mana cerita Juru Masak akan berlanjut selanjutnya.)

0 Comments

don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!

Note: only a member of this blog may post a comment.