“I want to do something splendid...something heroic or wonderful that won't be forgotten after I'm dead. I don't know what, but I'm on the watch for it and mean to astonish you all someday.”
Little Women by Louisa May Alcott is a classic book that follows four sisters Meg, Jo, Beth, and Amy as they grow up during the American Civil War. This book shows their struggles with money, their dreams for the future, and the pressure to follow society’s expectations, while staying close as a family.
(Little Women oleh Louisa May Alcott adalah buku klasik yang mengisahkan empat saudara perempuan, Meg, Jo, Beth, dan Amy, saat mereka tumbuh dewasa selama Perang Saudara Amerika. Buku ini menunjukkan kesulitan keuangan mereka, impian mereka untuk masa depan, dan tekanan untuk mengikuti ekspektasi masyarakat, sambil tetap dekat sebagai sebuah keluarga.)
BOOK INFORMATION
Title :
Little Women
Author :
Louisa May Alcott
Publisher :
Language : English
Length :
Released :
Read :
GR Rating :
My rating :
3.00
BOOK REVIEW
Louisa May Alcott’s Little Women is a classic book that beautifully explores the ups and downs of family life and sisterhood. This story follows four very different sisters Meg, Jo, Beth, and Amy as they grow up, face challenges, and chase their dreams. One of the things I love most about this book is how real the sibling dynamics feel. The March sisters argue, make mistakes, and struggle with jealousy, but at the end of the day, their love for each other always wins. This book shows how family isn’t always perfect, but the bonds we share with our loved ones can help us through life’s hardest moments. Even today, when people often live far from their families or get caught up in their busy lives, Little Women is a reminder that family can be a source of strength and identity.
But Little Women isn’t just a story about family, it’s also a powerful book about breaking society’s rules, especially for women. Jo March, one of the most unforgettable characters in literature, refuses to settle for the life expected of her. She’s ambitious, independent, and determined to be a writer at a time when women were expected to focus on marriage and homemaking. I really admire how she stands up for herself and doesn’t let society’s expectations define her. Alcott’s portrayal of Jo and her sisters was groundbreaking for its time, and even today, Jo’s story continues to inspire readers to follow their dreams, no matter what others say.
The themes of empowerment and staying true to yourself in Little Women still feel relevant today. Jo’s struggle between her ambition and what society expects of her is something many people especially women still experience. This novel reminds us that women’s goals and dreams are just as important as men’s. Even though this book was written over a century ago, its message about chasing your dreams and defining your own future is something that will always matter.
One of the things that stood out to me in Little Women was how it explores social class and financial struggles. The March family used to be wealthy, but after losing their fortune, they have to adjust to a more modest lifestyle. Instead of relying on luxury, they learn to be resourceful and make do with what they have. Their interactions with wealthier people, like the Laurences, show the gap between the rich and the poor. What I found interesting was how this book shows that money affects people’s opportunities especially for women, who had fewer ways to improve their situations. Despite their struggles, the March family proves that happiness and success aren’t just about wealth. This theme still feels relevant today, since financial struggles and social inequality are still major issues people face.
Another thing I really appreciated about Little Women was its focus on kindness, generosity, and empathy. The March sisters, influenced by their mother, Marmee, always try to help others, even when they don’t have much themselves. One of the most memorable moments in the book is when they give up their Christmas breakfast to help a family in need. But what I love most is that their kindness isn’t just about big, dramatic gestures, it’s about showing care and support in everyday life. This book shows the idea that real wealth comes from compassion and human connection, not material things. This message still matters today, especially with conversations around social justice and economic inequality. It’s a reminder that even the smallest acts of kindness can have a big impact on the people around us.
“Women, they have minds, and they have souls, as well as just hearts. And they’ve got ambition, and they’ve got talent, as well as just beauty. I’m so sick of people saying that love is all a woman is fit for.”
(Little Women oleh Louisa May Alcott adalah buku klasik yang dengan indah mengeksplorasi pasang surut kehidupan keluarga dan persaudaraan. Kisah ini mengikuti empat saudara perempuan yang sangat berbeda, Meg, Jo, Beth, dan Amy, saat mereka tumbuh dewasa, menghadapi tantangan, dan mengejar impian mereka. Salah satu hal yang paling aku sukai dari buku ini adalah betapa nyata dinamika persaudaraan itu terasa. Para gadis March bertengkar, membuat kesalahan, dan berjuang melawan kecemburuan, tetapi pada akhirnya, cinta mereka satu sama lain selalu menang. Buku ini menunjukkan bagaimana keluarga tidak selalu sempurna, tetapi ikatan yang kita miliki dengan orang-orang terkasih dapat membantu kita melewati saat-saat tersulit dalam hidup. Bahkan saat ini, ketika orang-orang sering tinggal jauh dari keluarga mereka atau terjebak dalam kehidupan mereka yang sibuk, Little Women adalah pengingat bahwa keluarga dapat menjadi sumber kekuatan dan identitas.
Namun, Little Women bukan hanya cerita tentang keluarga, tetapi juga buku yang kuat tentang mendobrak aturan masyarakat, terutama bagi perempuan. Jo March, salah satu karakter paling tak terlupakan dalam literatur, menolak untuk menerima kehidupan yang diharapkan darinya. Dia ambisius, mandiri, dan bertekad menjadi penulis di masa ketika perempuan diharapkan untuk fokus pada pernikahan dan mengurus rumah tangga. Aku sangat mengagumi bagaimana dia membela dirinya sendiri dan tidak membiarkan ekspektasi masyarakat menentukan dirinya. Penggambaran Alcott tentang Jo dan saudara perempuannya merupakan hal yang lebih modern dari pada masanya, dan bahkan hingga saat ini, kisah Jo terus menginspirasi para pembaca untuk mengejar impian mereka, apa pun yang dikatakan orang lain.
Tema tentang pemberdayaan dan tetap jujur pada diri sendiri dalam Little Women masih terasa relevan saat ini. Perjuangan Jo antara ambisinya dan apa yang diharapkan masyarakat darinya adalah sesuatu yang masih dialami banyak orang, terutama perempuan. Novel ini mengingatkan kita bahwa tujuan dan impian perempuan sama pentingnya dengan laki-laki. Meskipun buku ini ditulis lebih dari satu abad yang lalu, pesannya tentang mengejar impian dan menentukan masa depan kita sendiri adalah sesuatu yang akan selalu penting.
Salah satu hal yang menonjol dalam Little Women adalah bagaimana buku ini mengeksplorasi kelas sosial dan kesulitan keuangan. Keluarga March dulunya kaya, tetapi setelah kehilangan kekayaan mereka, mereka harus menyesuaikan diri dengan gaya hidup yang lebih sederhana. Alih-alih bergantung pada kemewahan, mereka belajar untuk menjadi lebih cerdik dan memanfaatkan apa yang mereka miliki. Interaksi mereka dengan orang-orang yang lebih kaya, seperti keluarga Laurence, menunjukkan kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin. Yang menurutku menarik adalah bagaimana buku ini menunjukkan bahwa uang memengaruhi peluang orang, terutama bagi perempuan, yang memiliki lebih sedikit cara untuk memperbaiki situasi mereka. Terlepas dari kesulitan mereka, keluarga March membuktikan bahwa kebahagiaan dan kesuksesan bukan hanya tentang kekayaan. Tema ini masih terasa relevan saat ini, karena kesulitan keuangan dan kesenjangan sosial masih menjadi masalah utama yang dihadapi banyak orang.
Hal lain yang sangat aku hargai dari Little Women adalah fokusnya pada kebaikan, kemurahan hati, dan empati. Para gadis March, yang dipengaruhi oleh ibu mereka, Marmee, selalu berusaha membantu orang lain, bahkan ketika mereka sendiri tidak memiliki banyak hal. Salah satu momen yang paling berkesan dalam buku ini adalah ketika mereka menyumbangkan sarapan Natal mereka untuk membantu keluarga yang membutuhkan. Namun yang paling aku sukai adalah bahwa kebaikan mereka bukan hanya tentang tindakan yang besar dan dramatis, melainkan tentang menunjukkan kepedulian dan dukungan dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini menunjukkan gagasan bahwa kekayaan sejati berasal dari kasih sayang dan hubungan antarmanusia, bukan hal-hal yang bersifat materi. Pesan ini masih penting hingga saat ini, terutama dalam perbincangan seputar keadilan sosial dan kesenjangan ekonomi. Buku ini mengingatkan kita bahwa bahkan tindakan kebaikan yang terkecil pun dapat berdampak besar pada orang-orang di sekitar kita.)
THINGS I LIKE
■One of the things I love most about Little Women is how it challenges the idea of what women were "supposed" to be in the 19th century, especially through Jo March. Jo is strong-willed, independent, and refuses to accept that marriage is the only path for a woman. Instead, she follows her passion for writing and works hard to make a name for herself. I really admire how determined she is to live life on her own terms, despite the pressure to fit into society’s expectations. Even today, Jo’s story feels inspiring because it encourages readers to embrace their individuality and challenge outdated gender norms. Alcott’s message about women’s independence and ambition still feels powerful, especially in conversations about gender equality.
■Another thing that makes this book special is how well-developed and unique the characters are. Each of the March sisters Meg, Jo, Beth, and Amy has her own personality, struggles, and dreams. Meg is torn between wanting a comfortable life and staying true to her values, Jo fights for her independence and creative dreams, Beth is the quiet, kind-hearted soul of the family, and Amy grows from a spoiled child into a mature and ambitious woman. Their relationships are full of love, sibling rivalry, and personal growth, which makes them feel like real people.
■I love how Little Women touches on so many timeless themes like love, friendship, loss, ambition, and self-discovery. This story balances happy and sad moments so well, which shows both the joys and struggles of life. The sisters experience love and heartbreak, chase their dreams, and try to figure out who they are, which are things people still go through today.
(■Salah satu hal yang paling aku sukai dari Little Women adalah bagaimana buku ini menantang gagasan tentang apa yang "seharusnya" dilakukan wanita pada abad ke-19, khususnya melalui Jo March. Jo berkemauan keras, mandiri, dan menolak untuk menerima bahwa pernikahan adalah satu-satunya jalan bagi seorang perempuan. Sebaliknya, ia mengikuti keinginannya untuk menulis dan bekerja keras untuk membuat namanya dikenal. Aku sangat mengagumi betapa bertekadnya ia untuk menjalani hidup dengan caranya sendiri, meskipun ada tekanan untuk menyesuaikan diri dengan ekspektasi masyarakat. Bahkan hingga saat ini, kisah Jo terasa inspiratif karena mendorong pembaca untuk menerima individualitas mereka dan menantang norma gender yang sudah ketinggalan zaman. Pesan Alcott tentang kemandirian dan ambisi perempuan masih terasa kuat, khususnya dalam percakapan tentang kesetaraan gender.
■Hal lain yang membuat buku ini istimewa adalah seberapa berkembang dan uniknya karakter-karakternya. Masing-masing saudara perempuan March, Meg, Jo, Beth, dan Amy, memiliki kepribadian, perjuangan, dan impiannya sendiri. Meg terombang-ambing antara menginginkan kehidupan yang nyaman dan tetap setia pada nilai-nilai yang dianutnya, Jo berjuang demi kemandirian dan impian kreatifnya, Beth adalah jiwa keluarga yang pendiam dan baik hati, dan Amy tumbuh dari anak manja menjadi perempuan dewasa dan ambisius. Hubungan mereka penuh dengan cinta, persaingan antarsaudara, dan pertumbuhan pribadi, yang membuat mereka merasa seperti manusia nyata.
■Aku suka bagaimana Little Women menyentuh begitu banyak tema seperti cinta, persahabatan, kehilangan, ambisi, dan pencarian jati diri. Kisah ini menyeimbangkan momen bahagia dan sedih dengan sangat baik, yang menunjukkan kegembiraan dan perjuangan hidup. Para saudari ini mengalami cinta dan patah hati, mengejar impian mereka, dan mencoba mencari tahu siapa mereka, yang merupakan hal-hal yang masih dialami orang-orang hingga saat ini.)
“If we are all alive ten years hence, let's meet, and see how many of us have got our wishes, or how much nearer we are then than now.”
THINGS I DISLIKE
■Since the book was written in the 1800s, the way people spoke and wrote back then is very different from today. Some sentences feel overly complicated, and there are cultural references that don’t always make sense without extra context. The formal way the characters talk can also feel stiff and unnatural compared to modern books.
■Another thing that made this book a bit hard to enjoy at times was the writing style, especially the slow pacing and long-winded descriptions. Alcott spends a lot of time describing everyday life, characters’ thoughts, and moral lessons, which can make certain sections drag on. If you’re used to fast-moving plots, some parts might feel repetitive or unnecessarily long. Sometimes, instead of showing a character’s emotions through action, this book tells you how they feel in long, sentimental passages.
■The didactic tone or the way this book constantly tries to teach moral lessons felt a bit heavy-handed for me. Alcott clearly wanted Little Women to guide young women on how to be kind, patient, and selfless, which isn’t a bad thing. But at times, it feels more like a lecture than a novel. The story often rewards or punishes characters based on their choices, and the narrator frequently comments on what is "right" or "wrong." While the themes of kindness and self-improvement are still relevant, I prefer books that let readers figure out their own takeaways rather than spelling everything out.
(■Karena buku ini ditulis pada tahun 1800-an, cara orang berbicara dan menulis pada masa itu sangat berbeda dengan masa kini. Beberapa kalimat terasa terlalu rumit, dan ada referensi budaya yang tidak selalu masuk akal tanpa konteks tambahan. Cara formal para tokoh berbicara juga terasa kaku dan tidak alami dibandingkan dengan buku-buku modern.
■Hal lain yang membuat buku ini agak sulit dinikmati kadang-kadang adalah gaya penulisannya, terutama alur yang lambat dan deskripsi yang bertele-tele. Alcott menghabiskan banyak waktu untuk menggambarkan kehidupan sehari-hari, pemikiran tokoh, dan pelajaran moral, yang dapat membuat bagian-bagian tertentu berlarut-larut. Jika kalian terbiasa dengan alur yang bergerak cepat, beberapa bagian mungkin terasa berulang atau terlalu panjang. Terkadang, alih-alih menunjukkan emosi tokoh melalui tindakan, buku ini memberi tahu kita bagaimana perasaan mereka dalam bagian-bagian yang panjang dan sentimental.
■Nada didaktik atau cara buku ini terus-menerus mencoba mengajarkan pelajaran moral terasa agak berat buat aku. Alcott jelas ingin Little Women membimbing para perempuan muda tentang cara bersikap baik, sabar, dan tidak mementingkan diri sendiri, yang bukanlah hal yang buruk. Namun terkadang, buku ini lebih terasa seperti ceramah daripada novel. Ceritanya sering kali memberi penghargaan atau hukuman kepada karakter berdasarkan pilihan mereka, dan narator sering mengomentari apa yang "benar" atau "salah." Meskipun tema kebaikan dan pengembangan diri masih relevan, aku lebih suka buku yang memungkinkan pembaca menemukan sendiri hal-hal yang dapat mereka pelajari daripada menjelaskan semuanya.)
CONCLUSION
Little Women is a classic book that beautifully explores family, ambition, and the pressures society places on women. The bond between the March sisters, their struggles, and their personal growth make the story both inspiring and relatable. Jo’s determination to live life on her own terms is especially powerful, and this book’s themes of kindness, resilience, and self-discovery still feel meaningful today. That said, I won’t deny that the old-fashioned language, slow pacing, and moral lessons can make it a bit difficult to get through at times. Even so, Little Women continues to spark important conversations about family, personal dreams, and the changing role of women in society.
(Little Women adalah buku klasik yang mengeksplorasi keluarga, ambisi, dan tekanan masyarakat terhadap perempuan dengan indah. Ikatan antara saudara perempuan March, perjuangan mereka, dan pertumbuhan pribadi mereka membuat cerita ini menginspirasi dan relevan. Tekad Jo untuk menjalani hidup dengan caranya sendiri sangat kuat, dan tema-tema buku ini tentang kebaikan, keteguhan, dan penemuan jati diri masih terasa bermakna hingga saat ini. Meski begitu, aku tidak akan menyangkal bahwa bahasanya yang kuno, alur yang lambat, dan pelajaran moral terkadang membuat buku ini agak sulit untuk dipahami. Meski begitu, Little Women terus memicu percakapan penting tentang keluarga, impian pribadi, dan perubahan peran wanita dalam masyarakat.)
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.