Books, stories, and poems can really change how we see things. They show us different people and situations, which can affect how we think about ourselves and other people. This blog post talks about how literature can shape our ideas about gender, using a chat between two characters, Rui and Kazuya, from Maru Ayase's book, The Forest Brims Over, as an example.
(Buku, cerita, dan puisi benar-benar dapat mengubah cara kita memandang sesuatu. Mereka menunjukkan kepada kita orang-orang dan situasi yang berbeda, yang dapat mempengaruhi cara kita berpikir tentang diri kita sendiri dan orang lain. Postingan blog ini membahas tentang bagaimana sastra dapat membentuk gagasan kita tentang gender, dengan menggunakan obrolan antara dua karakter, Rui dan Kazuya, dari buku karya Maru Ayase, The Forest Brims Over, sebagai contoh.)
A. The Influence of Male-Authored Narratives
Male authors have had a big role in how we see gender. Their stories, often sticking to old ideas about what men and women should be like, can really affect how we view ourselves and each other. Maru Ayase's book, The Forest Brims Over, digs into how male authors have portrayed female characters.
In lots of classic books, female characters are put into small boxes. They're often shown as quiet, caring, and focused on making male characters happy. This makes it seem like women are only there to help men, which can mess with how people see real-life gender roles. People might start thinking that women should always act like these characters in real life.
Sometimes, male authors make things worse by showing women as weak and forgiving, even when bad stuff happens to them. They're often shown as just putting up with whatever men do to them, which makes it seem like it's okay for women to suffer quietly and put men's needs before their own.
In The Forest Brims Over, the talk between Rui and Kazuya shines a light on this issue. Rui realizes she's been buying into these old, unrealistic ideas about women in books without even knowing it. Her journey to question these ideas shows how much male authors' stories can affect how we see things.
It's important for male authors to show all genders in a fair and realistic way. While some stories may stick to old stereotypes, others try to break them and show a more balanced view of gender. As readers, we need to spot the difference between stories that keep old ideas alive and ones that try to change them for the better.
(Penulis laki-laki mempunyai peran besar dalam cara kita memandang gender. Kisah-kisah mereka, yang sering kali berpegang pada gagasan lama tentang bagaimana seharusnya pria dan wanita, dapat sangat memengaruhi cara kita memandang diri sendiri dan orang lain. Buku karya Maru Ayase, The Forest Brims Over, menggali bagaimana penulis laki-laki menggambarkan karakter perempuan.
Di banyak buku klasik, karakter wanita sangat dibatasi. Mereka sering kali ditampilkan sebagai sosok yang pendiam, perhatian, dan fokus untuk membuat karakter pria bahagia. Hal ini membuat perempuan seolah-olah hanya ada untuk membantu laki-laki, sehingga dapat mengacaukan cara pandang orang terhadap peran gender dalam kehidupan nyata. Orang mungkin mulai berpikir bahwa wanita harus selalu bertingkah seperti karakter ini di kehidupan nyata.
Terkadang, penulis laki-laki memperburuk keadaan dengan menunjukkan perempuan sebagai sosok yang lemah dan pemaaf, bahkan ketika hal buruk menimpa mereka. Mereka sering ditampilkan sebagai orang yang hanya menerima apa pun yang dilakukan laki-laki terhadap mereka, yang membuatnya tampak seperti tidak masalah bagi perempuan untuk menderita secara diam-diam dan mendahulukan kebutuhan laki-laki di atas kepentingannya sendiri.
Dalam The Forest Brims Over, pembicaraan antara Rui dan Kazuya menyoroti masalah ini. Rui menyadari bahwa dia telah mempercayai ide-ide lama dan tidak realistis tentang wanita dalam buku tanpa menyadarinya. Perjalanannya mempertanyakan ide-ide ini menunjukkan seberapa besar pengaruh cerita penulis laki-laki terhadap cara kita memandang sesuatu.
Penting bagi penulis laki-laki untuk menampilkan semua gender dengan cara yang adil dan realistis. Meskipun beberapa cerita mungkin masih berpegang pada stereotip lama, ada pula yang mencoba mendobraknya dan menunjukkan pandangan yang lebih seimbang mengenai gender. Sebagai pembaca, kita perlu membedakan antara cerita yang menghidupkan ide-ide lama dan cerita yang mencoba mengubahnya menjadi lebih baik.)
B. Mutual Accountability
In The Forest Brims Over, Rui and Kazuya talk about how everyone who writes books should take some responsibility for what they show about gender. Kazuya reminds Rui that lots of different people write books, not just men. Even though male authors often have a big role in how we see gender, female authors can also write stuff that doesn't match up with real life.
Kazuya suggests that Rui should check out books written by women. This shows how important it is to read a mix of stuff. Women authors, just like men, have different views on gender. Some might stick to old ideas, while others might challenge them. Reading a mix helps you see different sides of the story.
In literature, everyone who writes books, whether they're male or female, should think about how they're showing gender. They should question their own ideas and think about how their stories affect what people think about men and women. And readers, like Rui, should think carefully about what they read and try to find books written by all kinds of people.
Talking about how both male and female authors sometimes show unrealistic depiction when it comes to showing gender helps us see that it's not just one group's fault. It reminds us to be smart about what we read and to look for books that show gender in fair and balanced ways. This can start some important conversations and make the world of books more equal for everyone.
(Dalam The Forest Brims Over, Rui dan Kazuya berbicara tentang bagaimana setiap orang yang menulis buku harus bertanggung jawab atas apa yang mereka tunjukkan tentang gender. Kazuya mengingatkan Rui bahwa banyak orang berbeda yang menulis buku, bukan hanya laki-laki. Meskipun penulis laki-laki sering kali punya peran besar pada cara kita memandang gender, penulis perempuan juga bisa menulis hal-hal yang tidak sesuai dengan kehidupan nyata.
Kazuya menyarankan agar Rui membaca buku yang ditulis oleh wanita. Ini menunjukkan betapa pentingnya membaca berbagai hal. Penulis perempuan, sama seperti laki-laki, memiliki pandangan berbeda mengenai gender. Beberapa orang mungkin tetap berpegang pada ide-ide lama, sementara yang lain mungkin menentangnya. Membaca membantu kita melihat sisi cerita yang berbeda.
Dalam sastra, setiap orang yang menulis buku, baik laki-laki maupun perempuan, harus memikirkan bagaimana buku tersebut menampilkan gender. Mereka harus mempertanyakan gagasan mereka sendiri dan memikirkan bagaimana cerita mereka mempengaruhi pendapat orang tentang laki-laki dan perempuan. Dan pembaca, seperti Rui, harus memikirkan baik-baik apa yang mereka baca dan mencoba mencari buku yang ditulis oleh semua jenis orang.
Berbicara tentang bagaimana penulis laki-laki dan perempuan terkadang menunjukkan gambaran yang tidak realistis dalam menampilkan gender membantu kita melihat bahwa ini bukan kesalahan satu kelompok saja. Hal ini mengingatkan kita untuk cerdas dalam membaca dan mencari buku yang menampilkan gender secara adil dan seimbang. Hal ini dapat memulai beberapa percakapan penting dan menjadikan dunia buku lebih setara bagi semua orang.)
C. Conclusion
In The Forest Brims Over, Rui and Kazuya have a chat that makes us think about how books shape what we think about men and women. Books have a big impact on how we see gender. The ones written by men, especially, have often shown women in ways that aren't very realistic. This can make us believe things about women that aren't true and can even be harmful.
But it's not all bad news. Books can also help change how we see gender. Rui realizes this during her talk with Kazuya. They show that we have the power to pick what we read and that can change how we think about gender.
Rui and Kazuya also remind us that both men and women who write books have a responsibility. They should write about gender in ways that are fair and real. Gender isn't just a problem for one gender, it affects everyone. Luckily, more and more books these days are showing gender in all its different forms, which is a step in the right direction.
The Forest Brims Over makes us think about how books and society influence each other when it comes to gender. While books have sometimes helped keep unfair ideas about gender, they can also be part of making things better. By choosing books that challenge stereotypes and talking about these issues, we can help make the world a fairer place for everyone. That's the real power of books, it's not just the stories they tell, but the conversations and changes they inspire.
(Dalam The Forest Brims Over, obrolan Rui dan Kazuya membuat kita berpikir tentang bagaimana buku membentuk pemikiran kita tentang pria dan wanita. Buku berdampak besar pada cara kita memandang gender. Yang ditulis oleh laki-laki, khususnya, sering kali menampilkan perempuan dengan cara yang tidak terlalu realistis. Hal ini dapat membuat kita mempercayai hal-hal tentang wanita yang tidak benar dan bahkan dapat merugikan.
Tapi tidak semuanya buruk. Buku juga dapat membantu mengubah cara kita memandang gender. Rui menyadari hal ini selama pembicaraannya dengan Kazuya. Mereka menunjukkan bahwa kita mempunyai kekuatan untuk memilih apa yang kita baca dan hal itu dapat mengubah cara kita berpikir tentang gender.
Rui dan Kazuya juga mengingatkan kita bahwa baik pria maupun wanita yang menulis buku memiliki tanggung jawab. Mereka harus menulis tentang gender dengan cara yang adil dan nyata. Gender bukan hanya masalah satu gender saja, namun berdampak pada semua orang. Untungnya, saat ini semakin banyak buku yang menampilkan gender dalam berbagai bentuknya, dan ini merupakan sebuah langkah menuju arah yang benar.
The Forest Brims Over membuat kita berpikir tentang bagaimana buku dan masyarakat saling mempengaruhi dalam hal gender. Meskipun buku terkadang membantu menghilangkan gagasan tidak adil tentang gender, buku juga dapat menjadi bagian untuk memperbaiki keadaan. Dengan memilih buku yang menantang stereotip dan membicarakan isu-isu ini, kita dapat membantu menjadikan dunia tempat yang lebih adil bagi semua orang. Itulah kekuatan sebenarnya dari buku, bukan hanya kisah yang diceritakannya, namun juga percakapan dan perubahan yang menginspirasinya.)
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.