The Disaster Tourist by Yun Ko Eun | Book Review

 



"They didn't want to accept that they'd gone on a trip to a disaster zone only to create a disaster of sorts on their own, by disrupting the lives of the locals."


The Disaster Tourist by Yun Ko-eun is an interesting yet unsettling novel that made me think a lot about the dark side of tourism and corporate greed. This story follows Yona, who works for a travel company called Jungle. But this isn’t a normal travel agency, Jungle specializes in disaster tourism, and offers trips to places devastated by natural and man-made disasters. When Yona faces workplace harassment and is suddenly seen as disposable by her company, she gets sent on a trip to inspect a struggling disaster tour destination. What starts as a routine work assignment quickly turns into something much darker when she uncovers Jungle’s horrifying plan. As Yona gets pulled deeper into the company’s schemes, she has to question her role in an industry that profits from suffering.

(The Disaster Tourist oleh Yun Ko-eun adalah novel yang menarik sekaligus meresahkan yang membuat aku merenungkan sisi gelap industri pariwisata dan keserakahan korporasi. Ceritanya mengisahkan Yona, seorang karyawan di perusahaan perjalanan bernama Jungle. Namun, Jungle bukanlah agen perjalanan biasa. Mereka berspesialisasi dalam pariwisata bencana, yang menawarkan paket wisata ke lokasi-lokasi yang hancur akibat bencana alam maupun ulah manusia. Ketika Yona mengalami pelecehan di tempat kerja dan tiba-tiba dianggap tidak lagi berguna oleh perusahaannya, ia dikirim untuk melakukan inspeksi ke sebuah destinasi wisata bencana yang sedang bermasalah. Hal yang awalnya terlihat seperti tugas rutin, perlahan berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih suram saat Yona mulai menyadari rencana mengerikan di balik operasi Jungle. Semakin dalam Yona terlibat dalam skema perusahaan, ia pun dipaksa untuk mempertanyakan perannya dalam industri yang mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain.)


BOOK INFORMATION

Title                       : The Disaster Tourist 

Original title       : 밤의 여행자들

Author                  : Yun Ko Eun 

Translator            : Lizzie Buehler

Publisher             : Counterpoint 

Language             : English 

Length                  : 200 pages

Released               : August 4, 2020

Read                     : September 18-26, 2023

GR Rating            : 3.38

My rating            : 4.25


"Disaster and catastrophe aren't just within the realm of the gods. Us humans, we can manipulate nature, too."


BOOK REVIEW

The Disaster Tourist by Yun Ko-eun is a chilling and thought-provoking book that made me question the world we live in. It dives into capitalism, corporate greed, and the way people become numb to unethical practices. This story follows Yona, who works for Jungle, a company that sells vacations to places hit by disasters whether natural or man-made. Through her journey, the book asks questions: Is it okay to make money off other people’s suffering? Do disaster tours actually help local communities, or are they just another way for big companies to profit?  

At the center of it all is Jungle, a company that feels scarily real. It represents how businesses will do anything for money, even if it means exploiting workers, taking advantage of struggling communities, or faking a disaster just to sell more trips. Jungle reminds me of real-world companies that hide their harmful actions behind fake promises of helping the environment or supporting ethical practices. This book does a great job of exposing how corporations often see people as nothing more than a way to make money.  

One memorable thing ftom this book is how easily people become desensitized to suffering when it’s treated as "just business." At first, Yona doesn’t question Jungle’s shady practices, she’s just doing her job. But the more she gets involved, the more she realizes how messed up it all is. This made me think about how we, too, are constantly exposed to bad news but often feel powerless to do anything about it. This book is a warning that if we stop caring, we let these systems continue without question.  

Another important issue this book shows is how tourism can harm the environment. Jungle’s plan to create a fake disaster just to attract tourists is extreme, but not that far from reality. In real life, companies destroy forests, pollute oceans, and harm wildlife, all in the name of business. Instead of protecting nature, they use environmental crises as an excuse to make more money. This book opens our eyes to the dark side of tourism and how important it is to be aware of what we support as consumers.

One of interesting things in this book is how it shows the huge gap between privileged tourists and the struggling local communities they visit. The tourists in The Disaster Tourist, mostly wealthy people, treat disasters like entertainment, while the people actually living in these places get little to no benefit from it. This reminds us of how, in real life, big travel companies and luxury resorts make huge profits, but the local workers and small businesses barely see any of that money. This book made us think about the impact of tourism and how important it is to be aware of the privilege that comes with it. 

Another part of the book that feels relatable is how it explores the choices people make within corrupt systems. Yona, like so many workers in real life, goes along with Jungle’s unethical practices because she needs her job. This is something a lot of people can relate to because sometimes, just to survive, we ignore the bad things happening around us. This book does a great job of showing how difficult it is to fight back against these massive systems, but it also reminds us that questioning and resisting unethical practices is important, no matter how powerless we might feel.  

Another issue The Disaster Tourist exposes is corporate greenwashing, when companies pretend to care about the environment while still doing harmful things behind the scenes. This happens all the time in real life, especially in industries like fast fashion, oil, and tourism. Companies market themselves as “eco-friendly” to attract customers, but in reality, they’re still causing pollution and exploiting workers. This book made me realize how often businesses use sustainability as a marketing trick instead of actually making a difference.

On top of everything else, this book also touches on gender inequality, especially in the workplace. Yona’s experience with sexual harassment isn’t just something that happens once because it’s part of a bigger issue with corporate culture. This book shows how companies often protect harassers and silence victims, by forcing women to put up with toxic work environments just to keep their jobs. This is still a huge problem in the real world, and reading about Yona’s struggles made us think about how much needs to change.

(The Disaster Tourist karya Yun Ko-eun adalah buku yang menegangkan dan menggugah pikiran yang membuat kita mempertanyakan dunia tempat kita tinggal. Buku ini mengangkat tema kapitalisme, keserakahan korporasi, dan bagaimana orang menjadi kebal terhadap praktik yang tidak etis. Kisah ini mengikuti Yona, yang bekerja untuk Jungle, sebuah perusahaan yang menawarkan paket liburan ke lokasi-lokasi yang dilanda bencana, baik bencana alam maupun buatan manusia. Melalui perjalanan Yona, buku ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis: Apakah etis menghasilkan uang dari penderitaan orang lain? Apakah wisata bencana benar-benar membantu masyarakat setempat, atau hanya sekadar alat bagi perusahaan besar untuk meraup keuntungan?

Inti dari semua ini adalah Jungle, sebuah perusahaan yang terasa sangat nyata. Buku ini menggambarkan bagaimana bisnis akan melakukan apa saja demi uang, bahkan jika itu berarti mengeksploitasi pekerja, mengambil keuntungan dari masyarakat yang sedang kesusahan, atau memalsukan bencana hanya untuk menjual lebih banyak paket wisata. Jungle mengingatkan kita pada perusahaan-perusahaan dunia nyata yang menyembunyikan tindakan berbahaya mereka di balik janji-janji palsu untuk membantu lingkungan atau mendukung praktik etis. Buku ini berhasil mengungkap bagaimana korporasi sering kali memandang manusia hanya sebagai alat untuk menghasilkan keuntungan.

Salah satu hal yang tak terlupakan dari buku ini adalah betapa mudahnya orang menjadi tidak peka terhadap penderitaan ketika hal itu dianggap sebagai "hanya bisnis." Awalnya, Yona tidak mempertanyakan praktik-praktik curang Jungle, dia hanya menjalankan tugasnya. Namun, semakin dalam dia terlibat, semakin dia menyadari betapa bobroknya sistem tersebut. Hal ini membuat kita merenungkan bagaimana kita, dalam kehidupan nyata, terus-menerus dibombardir dengan berita-berita buruk, tetapi sering kali merasa tidak berdaya untuk melakukan sesuatu. Novel ini menjadi pengingat bahwa jika kita berhenti peduli, kita membiarkan sistem yang korup ini terus berjalan tanpa pertanyaan.

Masalah penting lain yang diangkat dalam buku ini adalah bagaimana pariwisata dapat merusak lingkungan. Rencana Jungle untuk menciptakan bencana palsu hanya untuk menarik wisatawan terdengar ekstrem, tetapi tidak jauh dari kenyataan. Dalam kehidupan nyata, perusahaan-perusahaan merusak hutan, mencemari lautan, dan mengancam kelestarian satwa liar, semuanya atas nama bisnis. Alih-alih melindungi alam, mereka justru memanfaatkan krisis lingkungan sebagai cara untuk meraup lebih banyak keuntungan. Buku ini membuka mata kita terhadap sisi gelap industri pariwisata dan betapa pentingnya menyadari apa yang kita dukung sebagai konsumen.

Salah satu hal menarik dalam buku ini adalah bagaimana buku ini menunjukkan kesenjangan besar antara wisatawan yang beruntung dan masyarakat lokal yang kesulitan yang mereka kunjungi. Para wisatawan dalam The Disaster Tourist, yang sebagian besar adalah orang kaya, memperlakukan bencana seperti hiburan, sementara orang-orang yang benar-benar tinggal di tempat-tempat tersebut tidak mendapatkan manfaat apa pun darinya. Hal ini mengingatkan kita tentang bagaimana, dalam kehidupan nyata, perusahaan perjalanan besar dan resor mewah menghasilkan keuntungan besar, tetapi pekerja lokal dan usaha kecil hampir tidak mendapatkan uang tersebut. Buku ini membuat kita berpikir tentang dampak pariwisata dan betapa pentingnya menyadari hak istimewa yang menyertainya.

Bagian lain dari buku ini yang terasa relevan adalah bagaimana buku ini mengeksplorasi pilihan yang dibuat orang-orang dalam sistem yang korup. Yona, seperti banyak pekerja dalam kehidupan nyata, mengikuti praktik tidak etis Jungle karena dia membutuhkan pekerjaannya. Ini adalah sesuatu yang dapat dipahami banyak orang karena terkadang, hanya untuk bertahan hidup, kita mengabaikan hal-hal buruk yang terjadi di sekitar kita. Buku ini menunjukkan dengan sangat baik betapa sulitnya melawan sistem yang sangat besar ini, tetapi juga mengingatkan kita bahwa mempertanyakan dan menolak praktik yang tidak etis itu penting, tidak peduli seberapa tidak berdayanya kita.

Isu lain yang diungkap The Disaster Tourist adalah greenwashing perusahaan, yaitu ketika perusahaan berpura-pura peduli terhadap lingkungan tetapi tetap melakukan hal-hal yang merugikan di balik layar. Hal ini terjadi sepanjang waktu dalam kehidupan nyata, terutama dalam industri seperti fast fashion, minyak, dan pariwisata. Para perusahaan memasarkan diri mereka sebagai "ramah lingkungan" untuk menarik pelanggan, tetapi pada kenyataannya, mereka masih menyebabkan polusi dan mengeksploitasi pekerja. Buku ini membuat kita menyadari seberapa sering bisnis menggunakan keberlanjutan sebagai trik pemasaran alih-alih benar-benar membuat perbedaan.

Di atas segalanya, buku ini juga menyentuh tentang ketidaksetaraan gender, terutama di tempat kerja. Pengalaman Yona dengan pelecehan seksual bukan hanya sesuatu yang terjadi sekali karena ini adalah bagian dari masalah yang lebih besar dengan budaya perusahaan. Buku ini menunjukkan bagaimana perusahaan sering melindungi pelaku pelecehan dan membungkam korban, dengan memaksa perempuan untuk bertahan di lingkungan kerja yang toksik hanya untuk mempertahankan pekerjaan mereka. Ini masih menjadi masalah besar di dunia nyata, dan membaca tentang perjuangan Yona membuat kita berpikir tentang seberapa banyak hal yang perlu diubah.)


"The real tragedy, though, hadn't been photographed at all."


THE FAVORITES

■One of the things I love most about The Disaster Tourist is its unique and thought-provoking concept. The idea of disaster tourism where people travel to places hit by tragedy for entertainment feels shocking, but it also feels real. This book made us think about whether tourism in these places actually helps the locals or just takes advantage of their suffering. 

■I also enjoy this book’s sharp social commentary. It critiques modern issues like unethical tourism, corporate greed, and environmental destruction. The way this novel shows disasters being turned into money-making opportunities felt disturbingly realistic. Beyond that, it also touches on gender inequality and how cultures are sometimes turned into commodities for profit. This book made us reflect on how these things happen in real life and how easy it is to ignore them when they don’t affect us directly.  

■Even though The Disaster Tourist covers deep and complex topics, it’s actually a pretty short book. I like how the story was fast-paced but still left a big impact. It doesn’t waste time on unnecessary details, which makes everything feel more urgent and gripping.

■The pacing was another thing that I like from this book. The way the tension builds throughout the story makes it hard to put down. As things start going wrong for Yona, the sense of unease grows, and I found myself eager to see what would happen next.

■I like how the characters, especially Yona, were written. She’s not a typical heroine, she’s flawed, makes questionable choices, and struggles with her own morals. That made her feel real to me. Instead of being someone who immediately fights against the system, she starts off as part of it. The way this book portrays corporate structures, where employees can feel powerless and lost, also felt very realistic. Yona’s transformation throughout this novel made us think about how difficult it is to stand up against something so much bigger than yourself but also how important it is to try.

(■Salah satu hal yang paling aku sukai dari The Disaster Tourist adalah konsepnya yang unik dan menggugah pikiran. Ide tentang wisata bencana di mana orang-orang berlibur ke tempat-tempat yang dilanda tragedi untuk hiburan terasa mengejutkan, tetapi sekaligus terasa sangat nyata. Buku ini membuat kita berpikir tentang apakah pariwisata di tempat-tempat ini benar-benar membantu penduduk setempat atau hanya memanfaatkan penderitaan mereka.

■Aku juga menikmati kritik sosial yang tajam dalam buku ini. Buku ini mengangkat isu-isu modern seperti pariwisata yang tidak etis, keserakahan perusahaan, dan kerusakan lingkungan. Cara novel ini menggambarkan bagaimana bencana diubah menjadi peluang untuk menghasilkan uang terasa sangat realistis. Selain itu, buku ini juga menyentuh topik ketidaksetaraan gender dan bagaimana budaya terkadang diubah menjadi komoditas untuk mendapatkan keuntungan. Buku ini membuat kita merenungkan bagaimana hal-hal ini terjadi dalam kehidupan nyata dan betapa mudahnya mengabaikannya ketika dampaknya tidak langsung kita rasakan.

■Meskipun The Disaster Tourist membahas topik-topik yang berat dan kompleks, sebenarnya buku ini cukup pendek. Aku suka bagaimana ceritanya bertempo cepat tetapi tetap memberikan dampak yang besar. Buku ini tidak membuang-buang waktu untuk detail yang tidak perlu, sehingga membuat alurnya terasa lebih mendesak dan mencekam. 

■Hal lain yang aku suka dari buku ini adalah alurnya. Cara ketegangan terbentuk sepanjang cerita membuatnya sulit untuk berhenti membacanya. Saat situasi mulai memburuk bagi Yona, rasa tidak nyaman pun semakin terasa, dan aku jadi ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. 

■Aku suka bagaimana karakter-karakternya, terutama Yona, ditulis. Dia bukan tokoh utama perempuan yang sempurna, dia punya kekurangan, membuat keputusan yang patut dipertanyakan, dan berjuang dengan dilema moralnya sendiri. Hal itu membuatnya terasa nyata buatku. Alih-alih menjadi seseorang yang langsung melawan sistem, dia justru memulai cerita sebagai bagian dari sistem itu sendiri. Cara buku ini menggambarkan struktur perusahaan, tempat karyawan bisa merasa tidak berdaya dan hilang arah, juga terasa sangat realistis. Transformasi Yona sepanjang novel ini membuat kita berpikir tentang betapa sulitnya melawan sesuatu yang jauh lebih besar dari diri kita, tetapi juga betapa pentingnya untuk mencoba.)


CONCLUSION

The Disaster Tourist is a haunting and eye-opening book that made us think about the hidden side of tourism, corporate greed, and how people are often exploited for profit. Through Yona’s journey, this story shows how capitalism can strip away humanity, how people get trapped in unethical systems, and how companies put money above everything even the environment. It raises questions about privilege, responsibility, and whether we’re unknowingly part of the problem. This book’s sharp critique of society feels especially relevant today, with issues like economic inequality, climate change, and corporate corruption affecting the world around us. The Disaster Tourist is both a warning and a wake-up call, which reminds us to pay attention to the industries we support and to think about the real impact of our choices.

(The Disaster Tourist adalah buku yang menghantui dan membuka mata yang membuat kita berpikir tentang sisi gelap dari pariwisata, keserakahan perusahaan, dan bagaimana manusia sering dieksploitasi demi keuntungan. Melalui perjalanan Yona, kisah ini menunjukkan bagaimana kapitalisme dapat merenggut nilai-nilai kemanusiaan, bagaimana orang terjebak dalam sistem yang tidak etis, dan bagaimana perusahaan mengutamakan uang di atas segalanya, bahkan lingkungan. Buku ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan tentang hak istimewa, tanggung jawab, dan apakah kita tanpa sadar turut menjadi bagian dari masalah. Kritik tajam yang disampaikan buku ini terhadap masyarakat terasa sangat relevan di masa kini, terutama dengan isu-isu seperti kesenjangan ekonomi, perubahan iklim, dan korupsi perusahaan yang memengaruhi dunia di sekitar kita. The Disaster Tourist adalah peringatan sekaligus seruan untuk bangkit, yang mengingatkan kita untuk lebih sadar terhadap industri yang kita dukung dan memikirkan dampak nyata dari setiap pilihan yang kita ambil.)

0 Comments

don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!

Note: only a member of this blog may post a comment.