Daughter of the Moon Goddess by Sue Lynn Tan | Book Review



“Some scars are carved into our bones - a part of who we are, shaping what we become.”

Daughter of the Moon Goddess by Sue Lynn Tan is a fantasy novel inspired by the legend of Chang’e, the Moon Goddess. It follows Xingyin, who has lived a quiet life on the moon with her mother, until the Celestial Emperor discovers her existence. Forced to flee, she finds herself in the Celestial Kingdom, determined to free her mother from exile. Along the way, she trains to become a warrior, gets caught up in palace politics, faces magical battles, and experiences a complicated romance.  

(Daughter of the Moon Goddess oleh Sue Lynn Tan adalah novel fantasi yang terinspirasi oleh legenda Chang'e, Dewi Bulan. Novel ini mengisahkan Xingyin, yang telah menjalani kehidupan yang tenang di bulan bersama ibunya, hingga Kaisar Langit menemukan keberadaannya. Terpaksa melarikan diri, ia menemukan dirinya di celestial kingdom, dan bertekad untuk membebaskan ibunya dari pengasingan. Sepanjang perjalanan, ia berlatih untuk menjadi seorang prajurit, terlibat dalam politik istana, menghadapi pertempuran ajaib, dan mengalami kisah cinta yang rumit.)


“Everyone has their own troubles; some lay them bare while others hide them better.”


BOOK REVIEW

Sue Lynn Tan’s Daughter of the Moon Goddess is a beautifully written fantasy novel inspired by Chinese mythology. This story follows Xingyin, the daughter of the Moon Goddess, who has spent her life hidden away, but when the Celestial Emperor discovers her existence, she is forced to flee and survive on her own. As she trains to become a warrior and fights to free her mother, she must also figure out who she is beyond being the daughter of a goddess. This struggle feels really relatable, especially for young adults trying to balance family expectations, societal pressures, and their own personal dreams.  

One of the things I love about this book is how Xingyin grows from a sheltered girl into a strong, independent warrior. She constantly challenges the expectations placed on her, and proves that women are just as capable as men. Her story reminds me of real-world conversations about gender equality and breaking free from outdated traditions. Many people today are still fighting against limiting expectations, just like Xingyin does in her journey.  

This book also talks about celestial politics, filled with power struggles, arranged marriages, and betrayals. The way ambition and political decisions affect not just the rulers but also the people around them feels very real. It mirrors how power works in our own world, whether in government, workplaces, or even social circles. The shifting alliances, hidden motives, and consequences of ambition make the story even more engaging, which shows that every decision comes with a cost.

(Daughter of the Moon Goddess oleh Sue Lynn Tan adalah novel fantasi yang ditulis dengan indah yang terinspirasi oleh mitologi Tiongkok. Kisah ini mengikuti Xingyin, putri Dewi Bulan, yang menghabiskan hidupnya bersembunyi, tetapi ketika Kaisar Langit mengetahui keberadaannya, ia terpaksa melarikan diri dan bertahan hidup sendiri. Saat ia berlatih untuk menjadi seorang prajurit dan berjuang untuk membebaskan ibunya, ia juga harus mencari tahu siapa dirinya selain menjadi putri seorang dewi. Perjuangan ini terasa sangat relevan, terutama bagi para young adult yang mencoba menyeimbangkan ekspektasi keluarga, tekanan masyarakat, dan impian pribadi mereka.

Salah satu hal yang aku sukai dari buku ini adalah bagaimana Xingyin tumbuh dari seorang gadis yang terlindungi menjadi seorang prajurit yang kuat dan mandiri. Ia terus-menerus menantang ekspektasi yang diberikan kepadanya, dan membuktikan bahwa perempuan sama mampunya dengan laki-laki. Kisahnya mengingatkan kita pada diskusi tentang kesetaraan gender dan melepaskan diri dari tradisi yang sudah ketinggalan zaman. Banyak orang saat ini masih berjuang melawan ekspektasi yang membatasi, seperti yang dilakukan Xingyin dalam perjalanannya.

Buku ini juga berbicara tentang politik celestial, yang penuh dengan perebutan kekuasaan, perjodohan, dan pengkhianatan. Cara ambisi dan keputusan politik memengaruhi tidak hanya para penguasa tetapi juga orang-orang di sekitar mereka terasa sangat nyata. Hal ini mencerminkan cara kerja kekuasaan di dunia kita sendiri, baik di pemerintahan, tempat kerja, atau bahkan lingkungan sosial. Aliansi yang terus berubah, motif tersembunyi, dan konsekuensi ambisi membuat cerita ini semakin menarik, yang menunjukkan bahwa setiap keputusan harus dibayar dengan harga tertentu.)


“My father slew the suns. My mother lights the moon.”


THE STRENGTHS

■ Sue Lynn Tan’s writing feels almost like poetry. Her descriptions are so vivid and magical that they make every scene come alive. Whether she’s describing the Celestial Kingdom, an intense battle, or a quiet emotional moment, her words paint a beautiful picture that pulls me right into the story.  

■ One of the best parts of this book is how deeply it’s inspired by Chinese mythology. The Celestial Kingdom, with its ancient traditions, powerful magic, and legendary creatures, feels like a place I could step into. The world-building is so detailed that it’s easy to get lost in the beauty of celestial palaces, mystical landscapes, and the rich history woven into the story.  

■ I love seeing Xingyin’s transformation throughout this book. She starts off as someone who has been protected her whole life, but as the story unfolds, she grows into a strong and capable warrior. Her determination and resilience make her such an inspiring character, which proves that you can take control of your own destiny no matter what challenges you face.  

■ This story moves quickly, with plenty of twists and surprises that keep things exciting. The mix of magic, action, and emotional moments makes this book hard to put down.

(■ Gaya penulisan Sue Lynn Tan terasa hampir seperti puisi. Deskripsinya begitu hidup dan ajaib sehingga membuat setiap adegan terasa hidup. Baik saat ia menggambarkan Celestial Kingdom, pertempuran yang intens, atau momen emosional yang tenang, kata-katanya melukiskan gambaran indah yang menarik kita langsung ke dalam cerita.

■ Salah satu bagian terbaik dari buku ini adalah seberapa dalam buku ini terinspirasi oleh mitologi Tiongkok. Celestial Kingdom, dengan tradisi kuno, sihir yang kuat, dan makhluk legendarisnya, terasa seperti tempat yang bisa kita kunjungi. World buildingnya begitu terperinci sehingga mudah untuk tenggelam ke dalam keindahan istana surgawi, pemandangan mistis, dan sejarah yang kaya yang terjalin dalam cerita.

■ Aku suka melihat transformasi Xingyin di seluruh buku ini. Ia awalnya adalah seseorang yang telah dilindungi sepanjang hidupnya, tetapi seiring berjalannya cerita, ia tumbuh menjadi seorang prajurit yang kuat dan cakap. Tekad dan keteguhannya menjadikannya karakter yang sangat menginspirasi, yang membuktikan bahwa kita dapat mengendalikan takdir kita sendiri, apa pun tantangan yang kita hadapi. 

■ Cerita ini punya pacing cepat, dengan banyak alur cerita yang berliku-liku dan mengejutkan yang membuat cerita ini tetap menarik. Campuran antara keajaiban, aksi, dan momen emosional membuat buku ini sulit untuk dihentikan.)


“Some knowledge beats in our hearts, while others are learned by the body and mind.”


THE DRAWBACKS

■ I know some readers enjoy love triangles, but personally, I’m not a fan. The romance in this book felt a bit too complicated for my taste, and at times, it distracted from the main story. I would have preferred a more straightforward relationship dynamic rather than all the back-and-forth drama. It just wasn’t my favorite part of the book.

■ One thing I wish for in this book is stronger friendships between female characters. Most of the focus is on Xingyin’s personal journey and romance, but I think adding meaningful female friendships would have made the story even better.

(■ Aku tahu beberapa pembaca menyukai trope cinta segitiga, tetapi secara pribadi, aku bukan penggemarnya. Kisah cinta dalam buku ini terasa agak terlalu rumit untuk seleraku, dan terkadang, mengalihkan perhatian dari cerita utamanya. Aku lebih suka dinamika hubungan yang lebih to the point daripada semua drama bolak-balik ini. Jadi ini bukan bagian favorit aku dari buku ini.

■ Satu hal yang aku harapkan dalam buku ini adalah persahabatan yang lebih kuat antara karakter perempuannya. Sebagian besar fokusnya adalah pada perjalanan pribadi dan kisah cinta Xingyin, tetapi menurutku dengan menambahkan persahabatan perempuan yang bermakna akan membuat ceritanya lebih baik.)


CONCLUSION

Daughter of the Moon Goddess is a beautifully written fantasy novel that mixes Chinese mythology with a powerful story about self-discovery and resilience. Xingyin’s journey, from a sheltered girl to a strong warrior, is both inspiring and relatable, especially for anyone trying to figure out their own path in life. The world-building is rich, the writing is poetic, and the fast-paced plot keeps things exciting. That said, the love triangle isn't really for me, and I wish there were stronger female friendships in this story. But overall, it’s an interesting read, and I think fans of fantasy, mythology, and strong heroines will really enjoy it. And, the ending definitely makes me want to pick up the sequel!

(Daughter of the Moon Goddess adalah novel fantasi yang ditulis dengan indah yang memadukan mitologi Tiongkok dengan kisah yang kuat tentang penemuan jati diri dan keteguhan. Perjalanan Xingyin, dari seorang gadis yang terlindungi menjadi seorang prajurit yang kuat, sangat menginspirasi dan relevan, terutama bagi siapa pun yang mencoba mencari jalan hidup mereka sendiri. World buildingnya kaya, tulisannya puitis, dan alur ceritanya yang cepat membuat semuanya tetap menarik. Meski begitu, cinta segitiga tidak terlalu cocok untuk aku, dan aku harap ada persahabatan perempuan yang lebih kuat dalam cerita ini. Namun secara keseluruhan, ini adalah bacaan yang menarik, dan menurutku para penggemar fantasi, mitologi, dan karakter pahlawan perempuan yang kuat akan sangat menikmatinya. Dan, akhir ceritanya benar-benar membuat aku ingin membaca sekuelnya!)

0 Comments

don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!

Note: only a member of this blog may post a comment.