“I don't think love can be bought or earned or even prayed for. It must be freely given.”
The Girl Who Fell Beneath the Sea is a YA fantasy book by Axie Oh. It's about Mina, who jumps into the sea to save her brother's girlfriend, Shim Cheong, from marrying the Sea God. Mina gets taken to the Spirit Realm, where she tries to break the Sea God's curse.
(The Girl Who Fell Beneath the Sea adalah buku fantasi YA karya Axie Oh. Buku ini tentang Mina, yang melompat ke laut untuk menyelamatkan pacar kakaknya, Shim Cheong, dari pernikahan dengan Dewa Laut. Mina dibawa ke Spirit Realm, tempat dia mencoba mematahkan kutukan Dewa Laut.)
BOOK REVIEW
The Girl Who Fell Beneath the Sea by Axie Oh mixes Korean folklore with a vibe similar to the movie Spirited Away. It starts with Mina jumping into the sea, starting a wild adventure in the Spirit Realm. At first, it feels a lot like Spirited Away, with crazy adventures and tricky characters. But then the story gets more serious, leaning into traditional folklore vibes.
Love is an important theme in this book, it explores all kinds of love: family, friends, and romance. It shows that love can't be forced or earned, it's something you give freely. Through Mina's relationships in the Spirit Realm, we see how love connects people and what they're willing to sacrifice for it.
The book also talks a lot about the power of stories. It suggests that stories can shape the world and influence how people act and decide things.
Fate and destiny are important themes too. Characters struggle with the idea of having their paths already set for them. They explore the idea of fate and how choices fit into it, kind of like the Red String of Fate idea.
In the Spirit Realm, there's a power struggle because the highest ruler, the Sea God can't do his job. This leads to chaos and people trying to take over, adding a lot of tension to the story.
(The Girl Who Fell Beneath the Sea karya Axie Oh memadukan cerita rakyat Korea dengan vibe yang mirip dengan film Spirited Away. Dimulai dengan Mina melompat ke laut, memulai petualangan liar di Spirit Realm. Pada awalnya, rasanya sangat mirip dengan Spirited Away, dengan petualangan seru dan karakter yang licik. Namun kemudian ceritanya menjadi lebih serius, dengan vibe cerita rakyat tradisional.
Cinta adalah hal besar dalam buku ini, yang mengeksplorasi semua jenis cinta: keluarga, teman, dan romansa. Ini menunjukkan bahwa cinta tidak bisa dipaksakan atau diperoleh, melainkan sesuatu yang kita berikan secara cuma-cuma. Melalui hubungan Mina di Spirit Realm, kita melihat bagaimana cinta menghubungkan orang-orang dan apa yang mereka rela korbankan untuk itu.
Buku ini juga berbicara banyak tentang kekuatan cerita. Hal ini menunjukkan bahwa cerita dapat membentuk dunia dan memengaruhi cara orang bertindak dan memutuskan sesuatu.
Nasib dan takdir juga merupakan tema besar dalam buku ini. Para karakter bergumul dengan gagasan bahwa jalan mereka sudah ditentukan untuk mereka. Mereka mengeksplorasi gagasan tentang takdir dan bagaimana pilihan-pilihan sesuai dengannya, seperti gagasan mengenai Red String of Fate.
Di Spirit Realm, terjadi perebutan kekuasaan karena penguasa tertinggi, Dewa Laut tidak dapat melakukan tugasnya. Hal ini menyebabkan kekacauan dan orang-orang mencoba mengambil alih kekuasaan, yang menambah banyak ketegangan pada cerita.)
“a wish is a piece of your soul. Because a true wish is something that if it never came true, it might break your heart.”
THE FAVORITES
■ This book has a beautiful and poetic style of writing that really stands out. The author's descriptions make you feel like you're right there in the Spirit Realm. The way it compare emotions to the sea adds an extra layer of poetry to the story. They pay close attention to every little detail when describing the Spirit Realm, which makes it easy for readers to picture the magical world.
■ If you're a fan of Studio Ghibli movies like Spirited Away, you'll love this book. It has that similar magical and enchanting feeling that Studio Ghibli films are known for. This comparison makes the story feel even more special, especially for people who enjoy the charm and wonder of Studio Ghibli movies.
■ One of the best parts of the book is how the characters interact in the Spirit Realm. They form their own little family, showing that connections can be just as important as blood ties.
■ The writing style of the book is easy to understand, and each chapter is quick to read. This makes it a great choice for readers who want an enjoyable and straightforward experience.
(■ Buku ini memiliki gaya penulisan yang indah dan puitis yang sangat menonjol. Deskripsi penulis membuat kita merasa seperti berada di Spirit Realm. Caranya membandingkan emosi dengan lautan menambah lapisan puitis ekstra pada cerita. Penulis sangat memperhatikan setiap detail kecil saat mendeskripsikan Spirit Realm, sehingga memudahkan pembaca membayangkannya.
■ Jika kamu penggemar film Studio Ghibli seperti Spirited Away, kamu akan menyukai buku ini. Buku ini memiliki vibe ajaib dan mempesona yang mirip dengan film-film Studio Ghibli. Perbandingan ini membuat cerita terasa lebih spesial, terutama bagi orang-orang yang menikmati pesona dan keajaiban film-film Studio Ghibli.
■ Salah satu bagian terbaik dari buku ini adalah bagaimana karakter berinteraksi di Spirit Realm. Mereka membentuk keluarga kecil mereka sendiri, yang menunjukkan bahwa koneksi sama pentingnya dengan ikatan darah.
■ Gaya penulisan buku ini mudah dipahami, dan setiap babnya cepat dibaca. Hal ini menjadikannya pilihan tepat bagi pembaca yang menginginkan pengalaman yang menyenangkan dan lugas.)
THE DRAWBACKS
■ Sometimes, the story gets a bit off track, with characters moving around without clear reasons why. This can leave readers wondering how these wanderings fit into the bigger picture.
■ It's hard to figure out what the villains in the story are really up to. Their actions aren't always explained well, which makes it tricky to understand why they do what they do. It feels like they're more there to move the plot along than to be fully developed characters with their own reasons.
■ The story jumps right in without explaining some important stuff, like how the gods and goddesses work or what happens when someone dies. This can leave readers feeling lost, especially when Mina's role as a storyteller isn't made clear from the start.
■ The world of the Spirit Realm isn't explained very well, especially the different Houses and what they do. Understanding this stuff is important for following the characters and what's going on, but it's not spelled out clearly enough.
(■ Kadang-kadang, cerita menjadi sedikit keluar jalur, dengan karakter yang berpindah-pindah tanpa alasan yang jelas. Hal ini dapat membuat pembaca bertanya-tanya bagaimana pergerakan ini bisa masuk ke dalam cerita keseluruhan.
■ Sulit untuk mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan oleh tokoh jahat dalam cerita ini. Tindakan mereka tidak selalu dijelaskan dengan baik, sehingga sulit untuk memahami alasan mereka melakukan tindakan tersebut. Rasanya mereka lebih berada di sana untuk menggerakkan alur cerita daripada mengembangkan karakter sepenuhnya dengan alasan mereka sendiri.
■ Ceritanya langsung masuk tanpa menjelaskan beberapa hal penting, seperti cara kerja para dewa dan dewi atau apa yang terjadi ketika seseorang meninggal. Hal ini bisa membuat pembaca merasa tersesat, apalagi peran Mina sebagai pendongeng tidak dijelaskan sejak awal.
■ Dunia Spirit Realm tidak dijelaskan dengan baik, khususnya berbagai House dan apa yang mereka lakukan. Memahami hal ini penting untuk mengikuti karakter dan apa yang terjadi, tetapi hal ini tidak dijelaskan dengan cukup jelas.)
CONCLUSION
The Girl Who Fell Beneath the Sea mixes Korean folklore with a vibe similar to Studio Ghibli movies. The writing style is really pretty, painting vivid pictures of the Spirit Realm. The characters form a a group that feels like a family, which adds to the story's charm. But sometimes, the plot wanders off track, and it's not always clear why characters do what they do. Still, the book is easy to get into and has lots of cool stuff that makes it a fun read. It's about love, destiny, and the magic of storytelling. While it could use a bit more polish in the plot and world-building, it's still a really enjoyable book.
(The Girl Who Fell Beneath the Sea memadukan cerita rakyat Korea dengan vibe yang mirip dengan film Studio Ghibli. Gaya penulisannya sangat cantik, melukiskan gambaran Spirit Realm yang jelas. Karakter-karakternya membentuk hubungan erat yang terasa seperti sebuah keluarga, sehingga menambah pesona cerita. Namun terkadang, alur ceritanya keluar jalur, dan tidak selalu jelas mengapa karakter melakukan suatu hal. Meski begitu, buku ini mudah untuk dipahami dan memiliki banyak hal keren yang membuatnya menyenangkan untuk dibaca. Kisah ini tentang cinta, takdir, dan keajaiban bercerita. Meskipun mungkin memerlukan sedikit lebih banyak penyempurnaan dalam plot dan world building, buku ini tetap merupakan buku yang sangat menyenangkan.)
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.