I Hope This Doesn't Find You by Ann Liang | Book Review


I Hope This Doesn’t Find You by Ann Liang is a young adult book that talks about academic pressure, needing validation, and what happens when your private thoughts accidentally go public. The main character, Sadie Wong, is a top student who deals with her stress by writing angry emails that she never plans to send. But when those emails are sent by mistake, she has to face the problem she’s been avoiding, including her academic rivalry with Julius Gong.

(I Hope This Doesn’t Find You oleh Ann Liang adalah buku untuk young adult yang membahas tentang tekanan akademis, kebutuhan akan validasi, dan apa yang terjadi ketika pikiran pribadi kita secara tidak sengaja terbongkar ke publik. Tokoh utamanya, Sadie Wong, adalah seorang siswi berprestasi yang meluapkan stresnya dengan menulis email-email kemarahan yang tidak pernah ia rencanakan untuk dikirim. Namun ketika email-email itu terkirim secara tidak sengaja, ia harus menghadapi masalah yang selama ini ia hindari, termasuk persaingan akademisnya dengan Julius Gong.)


BOOK REVIEW 

I Hope This Doesn’t Find You really captures the pressure that many students face, especially with school stress, social expectations, and difficult relationships. Sadie is an overachiever who’s always trying to be perfect and get approval. Her competition with Julius, her academic rival, shows how students often feel stuck in a constant race to be the best because of high expectations from family, teachers, and themselves. This pressure can lead to anxiety, perfectionism, and burnout, which many of us can relate to.

The book also highlights how the fear of failing can consume you, as seen with Sadie’s struggle to always succeed. For many students, not doing well academically can feel like a personal failure, making you feel inadequate. The rivalry between Sadie and Julius isn’t only about grades, but also about proving their worth. This constant pressure to excel can lead to burnout, especially when students are pushed to their limits without the right support for dealing with setbacks.

Besides school, the book dives into Sadie’s need to be liked and validated. She tries really hard to please everyone and get approval, which is something many of us from different ages experience when trying to fit in or impress others. This need for validation takes a toll on her mental and emotional health, as she sacrifices her own happiness just to meet others’ expectations.

A big moment in this book is when Sadie’s unsent hate emails accidentally get sent out. This shows how powerful words can be, even if they’re not meant to be shared. The emails, which Sadie wrote when she was really angry and frustrated, reveal how her hidden emotions can hurt her once they’re exposed. The book really shows the idea that even private thoughts can have big consequences. When her emails go public, Sadie has to deal with the fallout, which affects her relationships and her personal growth. She learns that avoiding problems and hiding behind her words can cause even more damage.

As Sadie’s story unfolds, it also shows how keeping emotions inside often points to bigger issues. Her anger and frustration are more than just small annoyances, but they come from the pressure to always succeed, be liked, and avoid failure. The emails being released forces Sadie to face these feelings and start learning about forgiveness, both from others and for herself.

In this book, Ann Liang does a great job showing how mental health struggles come with the pressure to succeed in tough academic environments. Sadie’s struggles with keeping her feelings hidden, trying too hard to please others, and needing constant validation really highlight the stress that many students face. Her story shows how this pressure can lead to anxiety, low self-esteem, and even burnout, which is something anyone who’s felt overwhelmed by high expectations can relate to.

When Sadie’s unsent hate emails are accidentally sent out, it’s a powerful example of how mistakes can grow bigger, especially online. Even private thoughts, if they get exposed, can have huge consequences. Sadie’s angry emails end up causing problems for both herself and those around her. This mirrors what many of us experience today, where a single online slip-up can lead to a lot of drama. Sadie’s journey through dealing with the fallout from her mistake and learning to ask for forgiveness shows how she is often still figuring out how to handle her emotions and take responsibility for her actions. This part of the book really highlights how we can grow from our mistakes and learn to make things right.

The book also dives into the complicated emotions students deal with in their relationships, like crushes, rivalries, and changing friendships. Sadie’s relationship with Julius, moving from rivals to something more, shows how intense and confusing feelings can be. The book does a great job of showing how misunderstandings and unspoken feelings can make relationships complicated.

In the end, the book is more than just about school competition and romance. It’s about Sadie discovering who she really is beyond what others think of her. As she works through her emotions, lets go of her need for perfection, and accepts her flaws, Sadie’s story reflects what many students go through as they figure out who they are. I Hope This Doesn’t Find You is a look at the struggles of growing up but also offers hope, showing that making mistakes can help us grow and that being true to ourselves is just as important as achieving success.

(I Hope This Doesn’t Find You benar-benar menggambarkan tekanan yang dihadapi banyak siswa, terutama dengan tekanan dari sekolah, ekspektasi sosial, dan hubungan yang sulit. Sadie adalah seseorang yang berprestasi yang selalu berusaha menjadi sempurna dan mendapatkan validasi. Persaingannya dengan Julius, saingan akademisnya, menunjukkan bagaimana siswa sering merasa terjebak dalam perlombaan terus-menerus untuk menjadi yang terbaik karena ekspektasi yang tinggi dari keluarga, guru, dan diri mereka sendiri. Tekanan ini dapat menyebabkan kecemasan, perfeksionisme, dan kelelahan, yang dapat dialami banyak dari kita.

Buku ini juga menyoroti bagaimana rasa takut gagal dapat menguasai diri kita, seperti yang terlihat pada perjuangan Sadie untuk selalu berhasil. Bagi banyak siswa, tidak berprestasi secara akademis dapat terasa seperti kegagalan pribadi, membuat kita merasa tidak mampu. Persaingan antara Sadie dan Julius tidak hanya tentang nilai akademis, tetapi juga tentang membuktikan diri mereka. Tekanan terus-menerus untuk berprestasi ini dapat menyebabkan kelelahan, terutama ketika siswa didorong hingga batas kemampuan mereka tanpa dukungan yang tepat untuk menghadapi kegagalan.

Selain sekolah, buku ini membahas kebutuhan Sadie untuk disukai dan divalidasi. Dia berusaha keras untuk menyenangkan semua orang dan mendapatkan persetujuan, yang merupakan sesuatu yang dialami banyak dari kita dari berbagai usia ketika mencoba untuk menyesuaikan diri atau membuat orang lain terkesan. Kebutuhan akan validasi ini berdampak buruk pada kesehatan mental dan emosionalnya, karena dia mengorbankan kebahagiaannya sendiri hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain.

Momen penting dalam buku ini adalah ketika email Sadie yang penuh kebencian yang tidak seharusnya dikirim secara tidak sengaja terkirim. Ini menunjukkan betapa kuatnya kata-kata, meskipun tidak dimaksudkan untuk dibagikan. Email yang ditulis Sadie saat ia benar-benar marah dan frustrasi itu mengungkapkan bagaimana emosinya yang terpendam dapat menyakitinya begitu terungkap. Buku ini benar-benar menegaskan gagasan bahwa pikiran pribadi pun dapat memiliki konsekuensi besar. Ketika emailnya dipublikasikan, Sadie harus menghadapi dampaknya, yang memengaruhi hubungan dan diri pribadinya. Ia belajar bahwa menghindari masalah dan bersembunyi di balik kata-katanya dapat menyebabkan masalah yang lebih parah. 

Seiring berjalannya cerita Sadie, kisah ini juga menunjukkan bagaimana menyimpan emosi di dalam diri sering kali mengarah pada masalah yang lebih besar. Kemarahan dan frustrasinya lebih dari sekadar gangguan kecil, tetapi berasal dari tekanan untuk selalu berhasil, disukai, dan menghindari kegagalan. Email yang terkirim tersebut memaksa Sadie untuk menghadapi perasaan ini dan mulai belajar tentang memaafkan, baik dari orang lain maupun untuk dirinya sendiri.

Dalam buku ini, Ann Liang berhasil menunjukkan dengan baik bagaimana masalah kesehatan mental muncul bersamaan dengan tekanan untuk berhasil dalam lingkungan akademis yang sulit. Perjuangan Sadie untuk menyembunyikan perasaannya, berusaha terlalu keras untuk menyenangkan orang lain, dan membutuhkan validasi terus-menerus benar-benar menyoroti stres yang dihadapi banyak siswa. Kisahnya menunjukkan bagaimana tekanan ini dapat menyebabkan kecemasan, harga diri rendah, dan bahkan kelelahan, yang dapat dialami oleh siapa pun yang merasa kewalahan oleh ekspektasi tinggi.

Email kebencian Sadie secara tidak sengaja terkirim adalah contoh kuat tentang bagaimana kesalahan dapat menjadi lebih besar, terutama secara daring. Bahkan pikiran pribadi, jika terungkap, dapat menimbulkan konsekuensi besar. Email kemarahan Sadie akhirnya menyebabkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Ini mencerminkan apa yang dialami banyak dari kita saat ini, di mana satu kesalahan daring dapat menyebabkan banyak drama. Perjalanan Sadie dalam menghadapi dampak dari kesalahannya dan belajar untuk meminta maaf menunjukkan bagaimana dia sering kali masih mencari cara untuk menangani emosinya dan bertanggung jawab atas tindakannya. Bagian buku ini benar-benar menyoroti bagaimana kita dapat tumbuh dari kesalahan kita dan belajar untuk memperbaiki keadaan.

Buku ini juga menyelami emosi rumit yang dihadapi siswa dalam hubungan mereka, seperti cinta monyet, persaingan, dan perubahan persahabatan. Hubungan Sadie dengan Julius, yang berubah dari saingan menjadi sesuatu yang lebih, menunjukkan betapa intens dan membingungkannya perasaan itu. Buku ini berhasil menunjukkan bagaimana kesalahpahaman dan perasaan yang tak terucapkan dapat membuat hubungan menjadi rumit.

Pada akhirnya, buku ini lebih dari sekadar kompetisi dan kisah cinta di sekolah. Buku ini tentang Sadie yang menemukan siapa dirinya sebenarnya di luar apa yang orang lain pikirkan tentangnya. Saat ia menghadapi emosinya, melepaskan keinginannya untuk menjadi sempurna, dan menerima kekurangannya, kisah Sadie mencerminkan apa yang dialami banyak siswa saat mereka mencari tahu siapa diri mereka. I Hope This Doesn’t Find You adalah kisah tentang perjuangan dalam proses untuk tumbuh dewasa yang juga menawarkan harapan, yang menunjukkan bahwa membuat kesalahan dapat membantu kita tumbuh dan bahwa menjadi jujur pada diri sendiri sama pentingnya dengan meraih kesuksesan.)


THE FAVORITES

■I can feel Sadie’s struggles around academic pressure, people-pleasing, and needing validation. It reminded me of what I went through as a student. Her flaws and insecurities felt real to me, and it was interesting to see her grow throughout the story. It made her more relatable.

■The chemistry between Sadie and Julius especially the tension and rivalry between them made their relationship exciting to follow. I like how their dynamic slowly shifted from being competitors in school to romantic partners, it kept things interesting and gave the story some emotional complexity.

■Another thing I appreciated was how easy and quick the book was to read. It’s great for anyone who just wants an enjoyable story without having to deal with complex plots or difficult language. Plus, it’s perfect if you're looking for a fun English book that’s not too hard to follow.

(■Aku bisa merasakan kesulitan Sadie menghadapi tekanan akademis, keinginan untuk menyenangkan orang lain, dan kebutuhan akan validasi. Hal itu mengingatkan aku pada apa yang aku alami sebagai seorang siswa. Kekurangan dan rasa tidak amannya terasa nyata, dan menarik untuk melihatnya tumbuh sepanjang cerita. Hal itu membuatnya lebih mudah dipahami.

■Hubungan antara Sadie dan Julius, terutama ketegangan dan persaingan di antara mereka, membuat hubungan mereka menarik untuk diikuti. Aku suka bagaimana dinamika mereka perlahan berubah dari pesaing di sekolah menjadi pasangan romantis, hal itu membuat semuanya tetap menarik dan memberikan kompleksitas emosional pada cerita ini.

■Hal lain yang aku suka adalah betapa mudah dan cepatnya buku ini dibaca. Buku ini cocok untuk siapa saja yang menginginkan cerita yang menyenangkan tanpa harus berurusan dengan plot yang rumit atau bahasa yang sulit. Ditambah lagi, buku ini sempurna jika kamu mencari buku bahasa Inggris yang menyenangkan dan tidak terlalu sulit untuk diikuti.)


THE DRAWBACKS 

■For me, the way Sadie handles the unsent emails felt a bit unrealistic. Considering how careful and detail-oriented she is, plus the fact that she knows her laptop is old and slow, it’s weird that she’d risk putting real recipients in those emails, even if she didn’t plan to send them. If I were in her position, I’d probably write those thoughts in a private document, like on Google Docs, just to be safe. In a world where tech problems happen all the time, this part felt a bit forced and took away from the story's believability.

■Another thing that didn’t quite hit for me was the scene between Sadie and Julius in the last part. The way it was described made it hard to picture, which made the moment less impactful. It kind of took me out of what should’ve been a really important moment in the story.

(■Buat aku, cara Sadie menggunakan email untuk meluapkan kekesalannya terasa agak tidak realistis. Mengingat betapa cermat dan berorientasi pada detailnya dia, ditambah fakta bahwa dia tahu laptopnya sudah tua dan lambat, aneh rasanya dia berani mencantumkan penerima asli dalam email tersebut, meskipun dia tidak berencana untuk mengirimkannya. Jika aku berada di posisinya, aku mungkin akan menuliskan pemikiran tersebut dalam dokumen pribadi, seperti di Google Docs, hanya untuk berjaga-jaga. Di dunia di mana masalah teknologi terjadi sepanjang waktu, bagian ini terasa agak dipaksakan dan mengurangi kredibilitas cerita.

■Hal lain yang kurang berkesan adalah adegan antara Sadie dan Julius di bagian terakhir. Cara penggambarannya membuatnya sulit dibayangkan, yang membuat momen tersebut kurang berkesan. Hal itu seperti menjauhkan dari apa yang seharusnya menjadi momen yang sangat penting dalam cerita.)


CONCLUSION 

I Hope This Doesn’t Find You is a really relatable story, especially if you’ve felt the pressure of school or the need to please people, like Sadie does. I liked how the story showed her journey of figuring herself out, and the chemistry between her and Julius was fun to read, especially as their rivalry turned into something more. The book is also easy to get through, which makes it a good pick if you’re looking for a simple and light read. That said, I did find a few things that didn’t quite work for me. Even with the issues, the book still does a good job of showing how tough it can be to deal with school pressure and expectations. If you like stories about academic rivals falling for each other or characters growing throughout the book, it’s definitely worth checking out.

(I Hope This Doesn’t Find You adalah kisah yang benar-benar relevan, terutama jika kita pernah merasakan tekanan sekolah atau kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, seperti yang dialami Sadie. Aku suka bagaimana cerita ini menunjukkan perjalanannya untuk menemukan jati dirinya, dan chemistry antara dirinya dan Julius menyenangkan untuk dibaca, terutama saat persaingan mereka berubah menjadi sesuatu yang lebih. Buku ini juga mudah dibaca, yang menjadikannya pilihan yang bagus jika kita mencari bacaan yang sederhana dan ringan. Meski begitu, aku menemukan beberapa hal yang tidak begitu cocok buatku. Meski ada beberapa masalah tersebut, buku ini tetap berhasil menunjukkan betapa sulitnya menghadapi tekanan dan ekspektasi sekolah. Jika kamu menyukai cerita tentang rival akademis yang saling jatuh cinta atau karakter yang berkembang sepanjang buku, buku ini layak untuk dibaca.)

0 Comments

don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!

Note: only a member of this blog may post a comment.