I read Na Willa dan Rumah Dalam Gang for the Wintery Hollow Readathon by Neverland Bookclub. The prompt was to pick a book written by an Asian or Indonesian author, and this one fit perfectly. I actually bought this book last year along with the first one, which I had already read and reviewed for a previous Neverland Bookclub read-along.
The story still shows Na Willa’s joyful daily life. She spends her days playing with her friends, enjoying new books from Bu Juwita, and even getting the chance to sing on the local radio. What’s different this time is that her dad, Pak, is much more involved in her life. He takes her to school, buys her ice cream without telling her mom, teaches her to type at his office, and even draws on their walls with her. Willa feels content living in their small home in the alley. But things take a turn when Pak shares news that shakes up her little world.
(Aku membaca Na Willa dan Rumah Dalam Gang untuk Wintery Hollow Readathon oleh Neverland Bookclub. Prompt kali ini adalah memilih buku yang ditulis oleh penulis Asia atau Indonesia, dan buku ini sangat cocok. Aku sebenarnya membeli buku ini tahun lalu bersamaan dengan buku pertama, yang sudah aku baca dan review untuk read-along Neverland Bookclub sebelumnya.
Ceritanya masih menunjukkan kehidupan sehari-hari Na Willa yang penuh kegembiraan. Ia menghabiskan hari-harinya bermain dengan teman-temannya, menikmati buku-buku baru dari Bu Juwita, dan bahkan mendapat kesempatan untuk bernyanyi di radio lokal. Yang berbeda kali ini adalah ayahnya, Pak, jauh lebih terlibat dalam kehidupannya. Ia mengantarnya ke sekolah, membelikannya es krim tanpa sepengetahuan ibunya, mengajarinya mengetik di kantornya, dan bahkan menggambar di dinding rumah mereka bersamanya. Willa merasa nyaman tinggal di rumah kecil mereka di gang. Namun, keadaan berubah ketika Pak membagikan berita yang mengguncang dunia kecilnya.)
BOOK REVIEW
Na Willa dan Rumah Dalam Gang continues the heartfelt vibe of the Na Willa series, which shows us the joys and challenges of Willa’s everyday life. This time, the story focuses more on her relationships, especially with her dad, Pak. In the first book, Pak was barely around because of his work, which left an emotional gap between them, Willa didn’t even recognize him when he came home. But in this book, Pak plays a much bigger role. He’s more present in Willa’s life, whether it’s biking together, singing songs, or just spending time with her. These moments show how important a father’s presence is in making a child feel secure and loved.
Pak’s return also brings more complexity to the family. While Willa loves having him around, we also see the strain it puts on her parents’ relationship. There’s a quiet argument about moving to Jakarta, and while Willa doesn’t fully understand what’s going on, she notices the tension, like when Mak’s eyes are red from crying. This part really shows how children pick up on emotions and changes in their environment, even if they don’t have the full picture. The book does a great job of highlighting how small actions, like Pak spending time with Willa or Mak explaining things to her, help maintain trust and connection, even during difficult times.
Pak’s bigger role in this book is a reminder of how balancing work and family is so important and how every family member affects the others. Seeing this through Willa’s innocent perspective makes it even more powerful. As Willa starts to notice and process more complex emotions, like her parents’ struggles and the move to Jakarta, this book captures what it’s like to grow up and realize that life isn’t always simple.
One of the most touching parts for me was Willa saying goodbye to Mbok and her friends. It was such a bittersweet moment, which shows how children experience loss and change in their own way. It reminded me of how hard goodbyes can be, especially as a child, and how those moments stick with you as you grow up. The book really captures those feelings of change and growing up in a memorable way.
This book made me think about how Willa’s actions reflect her stage of growing up which is figuring out who she is and what she's good at. Willa’s wish for a straight nose, her interest in makeup, and even trying to draw with her right hand show how she’s comparing herself to others, which is totally normal at her age. But it also made me realize how important it is to help children feel good about being themselves. This story really shows how children need support to accept their uniqueness and see the beauty in diversity, whether that’s in looks, talents, or interests.
What stood out to me was how much Willa looks up to her mom and mirrors her behavior. She wants to sing the same songs her mom listens to and even starts drawing with her left hand because her mom joins her. It’s such a reminder of how big an impact parents and caregivers have on a child’s confidence and curiosity. Children often follow what they see at home, and this book shows how important it is for adults to guide them in a way that encourages exploration while also helping them feel safe and supported.
Another thing I found interesting was how the book shows that children have different ways of learning. Willa’s friend Bud, for example, prefers listening to books being read aloud when studying for an exam. It made me think about how everyone learns differently, some by reading, others by listening or doing hands-on activities. Bud asking for Willa’s help also shows that learning isn’t just about the material, but also about feeling supported too. Sometimes children need a little encouragement to feel confident in what they’re doing, and this story does a great job of showing how emotional support is just as important as academic help.
(Na Willa dan Rumah Dalam Gang melanjutkan kisah yang menyentuh dari seri Na Willa, yang menunjukkan suka duka kehidupan sehari-hari Willa. Kali ini, cerita lebih berfokus pada hubungan-hubungannya, terutama dengan ayahnya, Pak. Di buku pertama, Pak hampir tidak ada karena pekerjaannya, yang menciptakan jarak emosional di antara mereka, Willa bahkan tidak mengenalinya saat dia pulang. Namun, di buku ini, Pak memainkan peran yang jauh lebih besar. Dia lebih hadir dalam kehidupan Willa, entah itu bersepeda bersama, menyanyikan lagu, atau sekadar menghabiskan waktu bersamanya. Momen-momen ini menunjukkan betapa pentingnya kehadiran seorang ayah dalam membuat seorang anak merasa aman dan dicintai.
Kepulangan Pak juga membawa lebih banyak kompleksitas bagi keluarga itu. Meskipun Willa senang dengan kehadiran Pak, kita juga melihat ketegangan yang ditimbulkannya pada hubungan orang tuanya. Ada pertengkaran kecil tentang kepindahan ke Jakarta, dan meskipun Willa tidak sepenuhnya mengerti apa yang sedang terjadi, dia menyadari ketegangan itu, seperti ketika mata Mak memerah karena menangis. Bagian ini benar-benar menunjukkan bagaimana anak-anak menangkap emosi dan perubahan di lingkungan mereka, bahkan jika mereka tidak memiliki gambaran yang utuh. Buku ini berhasil menunjukkan bagaimana tindakan-tindakan kecil, seperti Pak yang menghabiskan waktu dengan Willa atau Mak yang menjelaskan banyak hal kepadanya, membantu menjaga kepercayaan dan hubungan, bahkan di masa-masa sulit.
Peran Pak yang lebih besar dalam buku ini adalah pengingat tentang betapa pentingnya menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga dan bagaimana setiap anggota keluarga memengaruhi yang lain. Melihat hal ini melalui sudut pandang Willa yang polos membuatnya semakin kuat. Saat Willa mulai memperhatikan dan memproses emosi yang lebih kompleks, seperti kesulitan yang dihadapi orang tuanya dan kepindahannya ke Jakarta, buku ini menangkap bagaimana rasanya tumbuh dewasa dan menyadari bahwa hidup tidak selalu sederhana.
Salah satu bagian yang paling menyentuh buat aku adalah saat Willa mengucapkan selamat tinggal kepada Mbok dan teman-temannya. Itu adalah momen yang sangat pahit, yang menunjukkan bagaimana anak-anak mengalami kehilangan dan perubahan dengan cara mereka sendiri. Itu mengingatkan aku tentang betapa sulitnya perpisahan, terutama sebagai seorang anak, dan bagaimana momen-momen itu melekat dalam ingatan saat tumbuh dewasa. Buku ini benar-benar menangkap perasaan yang muncul dalam perubahan dan tumbuh dewasa dengan cara yang berkesan.
Buku ini membuat aku berpikir tentang bagaimana tindakan Willa mencerminkan tahap pertumbuhannya, yaitu mencari tahu siapa dirinya dan apa yang menjadi kelebihannya. Keinginan Willa untuk memiliki hidung mancung, ketertarikannya pada makeup, dan bahkan mencoba menggambar dengan tangan kanannya menunjukkan bagaimana ia membandingkan dirinya dengan orang lain, yang merupakan hal yang wajar untuk usianya. Namun, buku ini juga membuat aku menyadari betapa pentingnya membantu anak-anak merasa senang menjadi diri mereka sendiri. Kisah ini benar-benar menunjukkan bagaimana anak-anak membutuhkan dukungan untuk menerima keunikan mereka dan melihat keindahan dalam keberagaman, baik itu dalam penampilan, bakat, atau minat.
Yang menarik lagi buatku adalah betapa Willa sangat mengagumi ibunya dan meniru perilakunya. Ia ingin menyanyikan lagu-lagu yang sama dengan yang didengarkan ibunya dan bahkan mulai menggambar dengan tangan kirinya karena ibunya juga mengikutinya. Buku ini mengingatkan kita akan betapa besarnya pengaruh orang tua dan pengasuh terhadap kepercayaan diri dan rasa ingin tahu anak. Anak-anak sering kali mengikuti apa yang mereka lihat di rumah, dan buku ini menunjukkan betapa pentingnya bagi orang dewasa untuk membimbing mereka dengan cara yang mendorong eksplorasi sekaligus membantu mereka merasa aman dan didukung.
Hal lain yang menurutku menarik adalah bagaimana buku ini menunjukkan bahwa anak-anak memiliki cara belajar yang berbeda. Teman Willa, Bud, misalnya, lebih suka mendengarkan buku dibacakan dengan suara keras saat belajar untuk ujian. Hal itu membuat aku berpikir tentang bagaimana setiap orang belajar dengan cara yang berbeda, sebagian dengan membaca, yang lain dengan mendengarkan atau melakukan kegiatan langsung. Bud yang meminta bantuan Willa juga menunjukkan bahwa belajar bukan hanya tentang materi, tetapi juga tentang merasa didukung. Terkadang anak-anak membutuhkan sedikit dorongan untuk merasa percaya diri dengan apa yang mereka lakukan, dan cerita ini menunjukkan dengan baik bagaimana dukungan emosional sama pentingnya dengan bantuan akademis.)
THINGS I LOVE
■One of the things I love about this book is how it explores themes that everyone can relate to, like growing up, figuring out who you are, and family dynamics. Willa’s experiences, such as feeling different from her friends and dealing with change, reflect challenges we all go through when we’re growing up. The book shows how bittersweet it is to grow up, where there are moments of innocence, but also moments when you start to realize that life is more complicated than it seems. Willa’s journey to accept herself feels real, and her struggles and successes are something a lot of us can relate to, which makes it feel nostalgic and emotional.
■Another thing I like is seeing Willa’s growth as a character. In this book, we get to see her mature compared to the first one. Her father, Pak, becomes more involved in her life, and their relationship deepens. I love seeing how their bond grows and how her relationships with her parents and friends change. It feels really natural and heartwarming, which shows how Willa is learning more about herself and the world around her. It also reflects the messiness of family life, which makes it feel so authentic.
■This book also touches on cultural topics in a way that’s easy for children to understand. It encourages us to think about our identity and how it’s important to accept differences. It gently teaches us about diversity and how everyone’s unique traits should be appreciated.
■ I love how this book realistically portrays childhood. It doesn’t shy away from the ups and downs of growing up. It captures the complexity of being a child like navigating things like self-image, curiosity, and change. This makes the book feel rich and relatable, and I think that’s what makes it such a heartwarming and enjoyable read.
(■Salah satu hal yang aku sukai dari buku ini adalah bagaimana buku ini mengeksplorasi tema-tema yang dapat dipahami semua orang, seperti tumbuh dewasa, mencari tahu siapa diri kita, dan dinamika keluarga. Pengalaman Willa, seperti merasa berbeda dari teman-temannya dan menghadapi perubahan, mencerminkan tantangan yang kita semua alami saat tumbuh dewasa. Buku ini menunjukkan betapa pahit manisnya tumbuh dewasa, di mana ada saat-saat polos, tetapi juga saat-saat ketika kita mulai menyadari bahwa hidup lebih rumit daripada yang terlihat. Perjalanan Willa untuk menerima dirinya sendiri terasa nyata, dan perjuangan serta keberhasilannya adalah sesuatu yang dapat dipahami banyak dari kita, yang membuatnya kita bernostalgia dan emosional.
■Hal lain yang aku suka adalah melihat pertumbuhan Willa sebagai karakter. Dalam buku ini, kita bisa melihatnya tumbuh dewasa dibandingkan dengan buku pertama. Ayahnya, Pak, menjadi lebih terlibat dalam hidupnya, dan hubungan mereka semakin dalam. Aku suka melihat bagaimana ikatan mereka tumbuh dan bagaimana hubungannya dengan orang tua dan teman-temannya berubah. Rasanya sangat alami dan menyentuh hati, yang menunjukkan bagaimana Willa belajar lebih banyak tentang dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya. Buku ini juga mencerminkan kerumitan kehidupan keluarga, yang membuatnya terasa begitu autentik.
■Buku ini juga menyentuh topik budaya dengan cara yang mudah dipahami anak-anak. Buku ini mendorong kita untuk berpikir tentang identitas kita dan betapa pentingnya menerima perbedaan. Buku ini dengan lembut mengajarkan kita tentang keberagaman dan bagaimana sifat unik setiap orang harus dihargai.
■Aku suka bagaimana buku ini menggambarkan masa kanak-kanak secara realistis. Buku ini tidak menyembunyikan pahit manis dalam tumbuh dewasa. Buku ini menangkap kompleksitas menjadi seorang anak seperti menavigasi hal-hal seperti citra diri, rasa ingin tahu, dan perubahan. Hal ini membuat buku ini terasa kaya dan relevan, dan aku pikir itulah yang membuatnya menjadi bacaan yang menyentuh hati dan menyenangkan.)
THINGS I DON'T LIKE
■One thing that bothers me in the book was the smoking scenes, where Pak and other characters smoke in front of Willa. I understand that this might have been normal at that time and might be included to add realistic aspect to the book, it still raises concerns about the message it sends to younger readers. It would have been nice if the book had used those moments to show the dangers of smoking or how characters like Willa or Mak might react to it, maybe even encouraging healthier habits.
■Another issue I have was with the book's binding. It’s pretty stiff, which makes it hard to open the book all the way, especially if you’re trying to read with just one hand. It’s also impossible to lay the book flat on a table.
(■Satu hal yang kurang nyaman menurutku dalam buku ini adalah adegan merokok, di mana Pak dan karakter lain merokok di depan Willa. Hal ini mungkin normal pada saat itu dan mungkin disertakan untuk menambah aspek realistis pada buku, tetapi tetap saja menimbulkan kekhawatiran tentang pesan yang disampaikannya kepada pembaca yang lebih muda. Akan lebih baik jika buku ini menggunakan momen-momen itu untuk menunjukkan bahaya merokok atau bagaimana karakter seperti Willa atau Mak mungkin bereaksi terhadapnya, atau mungkin mendorong kebiasaan yang lebih sehat.
■Masalah lain yang aku alami adalah dengan penjilidan bukunya. Buku ini cukup kaku, yang membuatnya sulit untuk membuka buku sepenuhnya, terutama jika kita mencoba membaca hanya dengan satu tangan. Buku juga tidak mungkin untuk diletakkan flat di atas meja.)
CONCLUSION
Na Willa dan Rumah Dalam Gang by Reda Gaudiamo does a great job of showing the ups and downs of childhood, mixing themes like family, identity, and self-acceptance with Willa’s personal and cultural experiences. The way Willa’s relationships, especially with her dad, change and grow really shows how a child sees the world, with all the joys and challenges that come with growing up. Although there are a few issues, like the smoking scenes and the stiff book binding, they don’t take away from how strong the story is. Overall, this book is a heartwarming follow-up to Willa’s journey, which gives a nostalgic and relatable look at what it’s like to be a child and go through all those changes.
(Na Willa dan Rumah Dalam Gang oleh Reda Gaudiamo berhasil menunjukkan pasang surut masa kanak-kanak dengan sangat baik, memadukan tema-tema seperti keluarga, identitas, dan penerimaan diri dengan pengalaman pribadi Willa. Bagaimana hubungan Willa, terutama dengan ayahnya, berubah dan berkembang benar-benar menunjukkan bagaimana seorang anak melihat dunia, dengan semua suka duka yang menyertai pertumbuhannya. Meskipun ada beberapa hal yang kurang aku suka, seperti adegan merokok dan penjilidan buku yang kaku, hal itu tidak mengurangi betapa kuatnya cerita ini. Secara keseluruhan, buku ini merupakan kelanjutan yang menyentuh hati dari perjalanan Willa, yang memberikan pandangan yang nostalgic dan relevan tentang bagaimana rasanya menjadi seorang anak dan melalui semua perubahan tersebut.)
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.