Courting Samira by Amal Awad | Book Review

Courting Samira Amal Awad review


Courting Samira by Amal Awad is a contemporary romance that mixes Muslim cultural expectations with the journey of love and self-discovery. It follows Samira Abdel-Aziz, a Palestinian-Australian woman who is stuck between what her family expects from her, especially when it comes to marriage, and what she actually wants for herself. Samira works in the wedding industry, but ironically, she’s tired of hearing about marriage all the time, especially since her family keeps pushing her to settle down. Things get even more complicated when she meets Menem at a work retreat while also noticing her childhood friend, Hakeem, acting weird suddenly. Both men represent different possibilities, and as Samira navigates these relationships, she has to figure out what she truly wants in love and life.

(Courting Samira oleh Amal Awad adalah buku romance kontemporer yang memadukan ekspektasi budaya Muslim dengan perjalanan cinta dan pencarian jati diri. Novel ini mengisahkan Samira Abdel-Aziz, seorang wanita Palestina-Australia yang terjebak antara apa yang diharapkan keluarganya darinya, terutama dalam hal pernikahan, dan apa yang sebenarnya ia inginkan untuk dirinya sendiri. Samira bekerja di industri pernikahaan, tetapi ironisnya, ia bosan mendengar tentang pernikahan sepanjang waktu, terutama karena keluarganya terus mendesaknya untuk berumah tangga. Segalanya menjadi lebih rumit ketika ia bertemu Menem di saat outbound bersama rekan kerjanya di saat yang sama dia menyadari teman masa kecilnya, Hakeem, tiba-tiba bersikap aneh. Kedua laki-laki ini mewakili kemungkinan yang berbeda, dan saat Samira menjalani hubungan ini, ia harus mencari tahu apa yang sebenarnya ia inginkan dalam cinta dan kehidupan.)


BOOK REVIEW

Courting Samira does a great job of showing the pressure women face when it comes to marriage and cultural expectations. Samira is stuck between what she wants and what society expects from her, which makes her story feel really relatable. This book really highlights how complicated it can be to balance personal dreams with family traditions, especially for people living in multicultural societies. Through Samira’s journey, we get a closer look at the challenges of respecting cultural values while also trying to live life on our own terms.  

One of my favorite things about this book is how it portrays personal growth. At the start, Samira isn’t sure about her future and feels conflicted, but as the story moves forward, she starts making her own choices. Her journey shows how important it is to figure out what truly makes us happy whether it’s about love, career, or just understanding ourselves better. This book really emphasizes that growth comes from making difficult choices and learning from mistakes, which makes Samira’s character development inspiring to follow.  

Aside from romance, this book also talks about career goals and the challenges women face when trying to balance their professional ambitions with cultural expectations. Samira’s struggles with these issues feel very real, especially for women who deal with similar pressures in their own lives. It really makes you think about how we define success and whether we should let other people’s expectations control our choices.

Another thing I like about Courting Samira is how it explores relationships, not just romance, but also family and friendships. Samira’s interactions with the people in her life show how complicated relationships can be. Friendships can turn into something more, but fear of change can sometimes hold people back. This book makes it clear that honesty, communication, and respect are key in any relationship. It also shows that sometimes, setting boundaries or even walking away is the best choice. Samira’s experiences felt very real because a lot of people go through similar struggles when trying to balance emotions, expectations, and personal growth.  

This book also includes a love triangle, which adds more drama to Samira’s romantic journey. Her struggle to choose between two love interests reflects the bigger issue of balancing what she wants with what society expects from her. Nowadays, relationships are changing, and many people find themselves torn between following traditions or doing what feels right for them. Samira’s journey of figuring out what she truly wants in a partner is something a lot of us can relate to, especially if we've ever felt confused about love, societal pressure, or personal growth.  

One of the most interesting parts of the book is how it compares modern relationships to traditional expectations. As ideas about marriage and love continue to change, many people today are trying to find a balance between their personal choices and their family’s cultural values. This novel raises important questions about how to respect traditions while still staying true to yourself. Samira’s struggle between following her family’s wishes and making her own decisions is something that will definitely resonate with readers, especially those from different cultural backgrounds.  

I also appreciate how the book portrays faith in a realistic way. It doesn’t act like there’s only one way to be religious because everyone experiences faith differently, and that’s what makes the Muslim representation feel so authentic. It reminds us that religion is a personal journey, and people have their own ways of practicing and understanding it. In today’s world, where many are figuring out their own spiritual paths, Courting Samira offers an honest look at how faith can mean different things to different people. It leads to a bigger discussion about religious identity, personal beliefs, and how tradition and individuality can coexist.

(Buku Courting Samira berhasil menggambarkan tekanan yang dihadapi wanita dalam hal pernikahan dan ekspektasi budaya. Samira terjebak antara apa yang diinginkannya dan apa yang diharapkan masyarakat darinya, yang membuat kisahnya terasa sangat relevan. Buku ini benar-benar menyoroti betapa rumitnya menyeimbangkan impian pribadi dengan tradisi keluarga, terutama bagi orang-orang yang tinggal di masyarakat multikultural. Melalui perjalanan Samira, kita dapat melihat lebih dekat tantangan dalam menghormati nilai-nilai budaya sambil juga mencoba menjalani hidup dengan cara kita sendiri. 

Salah satu hal favorit aku tentang buku ini adalah bagaimana buku ini menggambarkan pertumbuhan pribadi. Pada awalnya, Samira tidak yakin tentang masa depannya dan merasa bimbang, tetapi seiring berjalannya cerita, ia mulai membuat pilihannya sendiri. Perjalanannya menunjukkan betapa pentingnya mencari tahu apa yang benar-benar membuat kita bahagia, entah itu tentang cinta, karier, atau sekadar memahami diri kita sendiri dengan lebih baik. Buku ini benar-benar menekankan bahwa pertumbuhan datang dari membuat pilihan yang sulit dan belajar dari kesalahan, yang membuat perkembangan karakter Samira menginspirasi untuk diikuti. 

Selain romance, buku ini juga membahas tentang tujuan karier dan tantangan yang dihadapi perempuan saat mencoba menyeimbangkan ambisi profesional mereka dengan ekspektasi budaya. Perjuangan Samira dengan isu-isu ini terasa sangat nyata, terutama bagi perempuan yang menghadapi tekanan serupa dalam hidup mereka sendiri. Buku ini benar-benar membuat kita berpikir tentang bagaimana kita mendefinisikan kesuksesan dan apakah kita harus membiarkan ekspektasi orang lain mengendalikan pilihan kita.

Hal lain yang aku sukai dari Courting Samira adalah bagaimana buku ini mengeksplorasi hubungan, tidak hanya romance, tetapi juga keluarga dan persahabatan. Interaksi Samira dengan orang-orang dalam hidupnya menunjukkan betapa rumitnya hubungan. Persahabatan dapat berubah menjadi sesuatu yang lebih, tetapi rasa takut akan perubahan terkadang dapat menahan orang untuk maju. Buku ini memperjelas bahwa kejujuran, komunikasi, dan rasa hormat adalah kunci dalam hubungan apa pun. Buku ini juga menunjukkan bahwa terkadang, menetapkan batasan atau bahkan menjauh adalah pilihan terbaik. Pengalaman Samira terasa sangat nyata karena banyak orang mengalami kesulitan yang sama ketika mencoba menyeimbangkan emosi, ekspektasi, dan pertumbuhan pribadi. 

Buku ini juga menyertakan cinta segitiga, yang menambah lebih banyak drama dalam perjalanan kisah cinta Samira. Perjuangannya untuk memilih antara dua kemungkinan cinta mencerminkan masalah yang lebih besar tentang menyeimbangkan apa yang diinginkannya dengan apa yang diharapkan masyarakat darinya. Saat ini, hubungan berubah, dan banyak orang merasa terpecah antara mengikuti tradisi atau melakukan apa yang terasa benar bagi mereka. Perjalanan Samira dalam mencari tahu apa yang benar-benar ia inginkan dari seorang pasangan adalah sesuatu yang dapat dipahami oleh banyak dari kita, terutama jika kita pernah merasa bingung tentang cinta, tekanan masyarakat, atau pertumbuhan pribadi.

Salah satu bagian paling menarik dari buku ini adalah bagaimana ia membandingkan hubungan modern dengan ekspektasi tradisional. Karena gagasan tentang pernikahan dan cinta terus berubah, banyak orang saat ini mencoba menemukan keseimbangan antara pilihan pribadi mereka dan nilai-nilai budaya keluarga mereka. Novel ini mengangkat pertanyaan penting tentang bagaimana menghormati tradisi sambil tetap setia pada nilai-nilai yang kita yakini. Perjuangan Samira antara mengikuti keinginan keluarganya dan membuat keputusannya sendiri adalah sesuatu yang pasti akan relevan dengan pembaca, terutama mereka yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda.

Aku juga suka bagaimana buku ini menggambarkan iman dengan cara yang realistis. Buku ini tidak bertindak seolah-olah hanya ada satu cara untuk beragama karena setiap orang memiliki iman secara berbeda, dan itulah yang membuat representasi Muslim di buku ini terasa begitu autentik. Buku ini mengingatkan kita bahwa agama adalah perjalanan pribadi, dan orang-orang memiliki cara mereka sendiri untuk mempraktikkan dan memahaminya. Di dunia saat ini, di mana banyak orang mencari jalan spiritual mereka sendiri, Courting Samira menawarkan pandangan jujur tentang bagaimana iman dapat memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda. Buku ini mengarah pada diskusi yang lebih besar tentang identitas agama, keyakinan pribadi, dan bagaimana tradisi dan individualitas dapat hidup berdampingan.)


THINGS I LOVE

■One of the things I appreciate about Courting Samira is how it gives a deeper look into Arabic culture, Muslim traditions, and the challenges of growing up in a family with strong expectations. This book doesn’t just mention these things in passing but they’re an important part of Samira’s story. I love how the cultural aspects feel natural and not forced, which makes it easy to understand how Samira’s background shapes her choices. 

■I also like how this book handles faith. Instead of treating religion as something simple or one-dimensional, it shows that being Muslim can look different for each person. Some characters are more religious, while others have a more personal or flexible approach to their faith. This makes the story feel more real and relatable, especially for readers who have their own personal experiences with faith and identity. It’s refreshing to see a book that respects the diversity within a religion rather than trying to fit everyone into one mold.  

■Another thing I love is the focus on relationships, especially within Samira’s family. Her bond with her cousin Lara felt very real because there’s both pressure and love in their relationship, which is something a lot of people can relate to. This book also does a great job showing how friendships change over time.

(■Salah satu hal yang aku suka dari Courting Samira adalah bagaimana buku ini memberikan pandangan yang lebih mendalam tentang budaya Arab, tradisi Muslim, dan tantangan hidup dalam keluarga dengan ekspektasi yang kuat. Buku ini tidak hanya menyebutkan hal-hal ini secara sepintas, tetapi juga merupakan bagian penting dari kisah Samira. Aki suka bagaimana aspek budayanya terasa alami dan tidak dipaksakan, yang memudahkan untuk memahami bagaimana latar belakang Samira membentuk pilihannya.

■Aku juga suka bagaimana buku ini membahas tentang iman. Alih-alih memperlakukan agama sebagai sesuatu yang sederhana atau satu dimensi, buku ini menunjukkan bahwa menjadi Muslim dapat terlihat berbeda bagi setiap orang. Beberapa karakter lebih religius, sementara yang lain memiliki pendekatan yang lebih personal atau fleksibel terhadap iman mereka. Hal ini membuat cerita terasa lebih nyata dan relevan, terutama bagi pembaca yang memiliki pengalaman pribadi mereka sendiri dengan iman dan identitas. Sangat menyegarkan melihat buku yang menghargai keberagaman dalam suatu agama daripada mencoba memasukkan semua orang ke dalam satu kategori yang sama.

■Hal lain yang aku sukai adalah fokus pada hubungan, terutama dalam keluarga Samira. Ikatannya dengan sepupunya Lara terasa sangat nyata karena ada tekanan dan cinta dalam hubungan mereka, yang merupakan sesuatu yang dapat dipahami banyak orang. Buku ini juga menunjukkan dengan baik bagaimana persahabatan berubah seiring waktu.)


THINGS I DON'T LIKE 

■One of my problems with the book was the love triangle. While love triangles are pretty common in romance books, I felt like this one wasn’t done very well. Hakeem, the second love interest, didn’t have enough of a role in the story to really create tension. Because of that, the romance didn’t feel balanced, and the supposed drama around Samira’s choices wasn’t as interesting as it could’ve been. 

■The humor in this book was also hit-or-miss for me. It often relied on modern references and slang, which made it feel really specific to a certain time or place. At times, the humor actually distracted me from the story instead of making it better. On top of that, the writing style sometimes felt too young for an adult romance. Some parts of the book seemed more suited for a young adult novel than a story about adults dealing with relationships and careers.

(■Salah satu hal yang kurang aku suka dari buku ini adalah cinta segitiga. Meskipun cinta segitiga adalah trope yang cukup umum dalam buku romance, aku merasa buku ini tidak ditulis dengan baik. Hakeem, salah satu kandidatnya, tidak memiliki peran yang cukup dalam cerita untuk benar-benar menciptakan ketegangan. Karena itu, romance di buku terasa tidak seimbang, dan drama yang seharusnya ada di sekitar pilihan Samira tidak semenarik yang diharapkan.

■Humor dalam buku ini juga kadang-kadang kurang cocok buatku. Buku ini sering kali memunculkan referensi dan bahasa gaul modern, yang membuatnya terasa sangat spesifik untuk waktu atau tempat tertentu. Terkadang, humornya justru mengalihkan perhatian dari cerita alih-alih membuatnya lebih baik. Selain itu, gaya penulisannya terkadang terasa terlalu muda untuk romance dewasa. Beberapa bagian buku ini tampak lebih cocok untuk novel young adult daripada cerita tentang orang dewasa yang menghadapi hubungan dan karier.)


CONCLUSION 

Courting Samira by Amal Awad is an interesting and engaging read that dives into love, cultural expectations, and understanding yourself. Through Samira’s story, this book shows the struggles of balancing what you want with what your family expects, the ups and downs of modern relationships, and how people deal with faith and identity in different ways. This book does a great job of representing culture and family dynamics, but there are some things that could have been better, like the love triangle that didn’t feel fully developed and the humor that might not click with everyone. Even with these flaws, this book gives a lot of insight into the challenges people face in multicultural societies, which makes it a relatable and meaningful read. If you like stories about culture, faith, or personal growth, Courting Samira offers an interesting take on the journey of figuring out who you are and what you want in life.

(Courting Samira oleh Amal Awad adalah bacaan menarik dan memikat yang menyelami cinta, ekspektasi budaya, dan memahami diri sendiri. Melalui kisah Samira, buku ini menunjukkan perjuangan menyeimbangkan apa yang kita inginkan dengan apa yang diharapkan keluarga, pasang surut hubungan modern, dan bagaimana orang memiliki iman dan identitas dengan cara yang berbeda. Buku ini berhasil menggambarkan budaya dan dinamika keluarga dengan baik, tetapi ada beberapa hal yang bisa lebih baik, seperti cinta segitiga yang tidak terasa berkembang sepenuhnya dan humor yang mungkin tidak cocok untuk semua orang. Bahkan dengan kekurangan ini, buku ini memberikan banyak wawasan tentang tantangan yang dihadapi orang-orang dalam masyarakat multikultural, yang membuatnya menjadi bacaan yang relevan dan bermakna. Jika kalian menyukai cerita tentang budaya, iman, atau pertumbuhan pribadi, Courting Samira menawarkan pandangan menarik tentang perjalanan mencari tahu siapa kita dan apa yang kita inginkan dalam hidup.)

0 Comments

don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!

Note: only a member of this blog may post a comment.