“All these will become our memories. Don’t you think, Jindol? No matter how wealthy you are, you can’t turn back time. Even a billionaire is only young once.”
Yeonnam-Dong's
Smiley Laundromat is a collection of short stories set in a small laundromat in
Seoul’s Yeonnam-Dong neighborhood. But this laundromat isn’t just for washing
clothes, it’s a place where people come to reflect, share their thoughts, and
even find comfort in unexpected ways. One special thing about this laundromat
is an olive green diary where visitors anonymously write about their struggles,
give advice, or just vent. Through different characters, the book shows how
everyone is dealing with their own problems, whether it’s money issues, family
expectations, or burnout.
(Yeonnam-Dong's
Smiley Laundromat adalah kumpulan cerita pendek yang berlatar di sebuah binatu
kecil di kawasan Yeonnam-Dong, Seoul. Namun, binatu ini bukan sekadar tempat
mencuci pakaian, melainkan tempat orang-orang datang untuk merenung, berbagi
pikiran, dan bahkan menemukan kenyamanan dengan cara yang tak terduga. Satu hal
yang istimewa tentang binatu ini adalah buku harian berwarna hijau zaitun
tempat para pengunjungnya secara anonim menulis tentang perjuangan mereka,
memberi nasihat, atau sekadar mencurahkan isi hati. Melalui berbagai karakter,
buku ini menunjukkan bagaimana setiap orang menghadapi masalah mereka,
entah itu masalah keuangan, ekspektasi keluarga, atau burnout.)
BOOK REVIEW
Yeonnam-Dong's
Smiley Laundromat is a heartwarming collection of short stories set in a small
laundromat in Yeonnam-Dong. But it becomes a space where strangers find
comfort, support, and unexpected connections. One of the most interesting parts
of the laundromat is an olive green diary, where visitors anonymously write
their thoughts, worries, or advice. Even though these people never meet, their
words create an invisible bond between them, which makes the laundromat feel
like a quiet refuge in a busy world.
One of the
things I love most about this book is how it shows the importance of human
connection. In a time when people feel more isolated than ever, this book is a
reminder that even in the most ordinary places, kindness can make a big
difference. The characters in these stories experience small but meaningful
moments where someone listening to them, leaving a few words of encouragement,
or just acknowledging their struggles. It made me realize that sometimes, a
stranger’s kindness can be just as comforting as support from people we
know.
The book
also makes you think about the difference between money and happiness. A lot of
the characters are stressed about work, struggling with financial problems, or
feeling pressure from their families to succeed. It raises an important
question: does money and status really bring happiness? While the world often
tells us that success is everything, this book gently reminds us that true
happiness comes from things like relationships and appreciating the little
moments in life. This message is really relatable because it's something many
people, especially younger generations, struggle with today.
Another
reason I really enjoyed this book is how it makes you see life from different
perspectives. Each story introduces a new character with their own challenges
whether it’s dealing with loss, financial struggles, or complicated family
relationships. It’s a reminder that everyone is going through something, even
if they don’t show it. I loved how the stories connect in small ways, which
shows that our lives are more intertwined than we realize. It made me think
about how even the smallest interactions with others can have an impact,
whether we notice it or not.
One of the
things that makes Yeonnam-Dong's Smiley Laundromat feel so relevant today is
how it explores stress, burnout, and emotional struggles. A lot of the
characters are overwhelmed by work, family expectations, or personal setbacks
which are problems that so many people deal with now. With anxiety and burnout
becoming more common, this book’s focus on emotional support and self-care
really stands out. The laundromat’s olive green diary acts like a safe space
where people can vent, ask for advice, or just let out their feelings. It
reminded me of how people today turn to therapy, support groups, or even online
communities to process their emotions. The book does a great job of showing how
sharing our struggles whether by writing, talking to someone, or expressing
ourselves creatively, can be healing.
Family
pressure, especially the gap between generations, is another theme that is
really interesting. This book really made me think about how younger
generations often want different things than their parents did, and how hard it
can be to balance personal dreams with family responsibilities. At the same
time, it also helps you see things from the older generation’s perspective,
which makes it clear that understanding and compromise are important for maintaining
good relationships.
I also love
how the laundromat itself plays a big role in the story. In a time when so much
of our communication happens online whether it’s socializing, shopping, or even
looking for emotional support, this book reminds us how valuable real,
in-person connections can be. The laundromat becomes a space where people can
take a break from their problems, reflect on things, and find comfort in the
presence of others. In today’s world, where spending too much time online can sometimes
make us feel even more disconnected, this book makes a great point about how
physical spaces where people can just be together are still important.
Even though
the book focuses a lot on community, it also shows that solitude and
self-reflection are just as important. Not every character finds peace by
talking to others, some of them grow through quiet moments of introspection. I
like that the book recognizes that while human connection is essential,
sometimes taking time alone to process emotions is just as necessary for
healing and personal growth.
(Yeonnam-Dong's Smiley
Laundromat adalah kumpulan cerita pendek yang heartwarming yang berlatar di sebuah binatu kecil di Yeonnam-Dong. Namun, tempat itu berubah
menjadi tempat para orang asing menemukan kenyamanan, dukungan, dan hubungan yang tak
terduga. Salah satu bagian paling menarik dari binatu ini adalah buku harian berwarna
hijau zaitun, tempat para pengunjung menuliskan pikiran, kekhawatiran, atau
nasihat mereka secara anonim. Meskipun orang-orang ini tidak pernah bertemu,
kata-kata mereka menciptakan ikatan tak kasat mata di antara mereka, yang
membuat binatu itu terasa seperti tempat berlindung yang tenang di dunia yang
sibuk.
Salah satu hal yang paling aku sukai dari buku ini adalah bagaimana buku ini menunjukkan pentingnya hubungan antarmanusia. Di saat orang-orang merasa terisolasi, buku ini menjadi pengingat bahwa bahkan di tempat yang paling biasa, kebaikan dapat membuat perbedaan besar. Tokoh-tokoh dalam cerita ini mengalami momen-momen kecil namun bermakna ketika seseorang mendengarkan mereka, meninggalkan beberapa kata penyemangat, atau sekadar mengakui perjuangan mereka. Hal itu membuat kita menyadari bahwa terkadang, kebaikan orang asing bisa sama menenangkannya dengan dukungan dari orang yang kita kenal.
Buku ini juga membuat kita berpikir tentang perbedaan antara uang dan
kebahagiaan. Banyak tokohnya yang stres karena pekerjaan, berjuang dengan
masalah keuangan, atau merasakan tekanan dari keluarga mereka untuk sukses.
Buku ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah uang dan status benar-benar
mendatangkan kebahagiaan? Meskipun dunia sering memberi tahu kita bahwa
kesuksesan adalah segalanya, buku ini dengan lembut mengingatkan kita bahwa
kebahagiaan sejati datang dari hal-hal seperti hubungan dan menghargai
momen-momen kecil dalam hidup. Pesan ini benar-benar relevan karena ini adalah
sesuatu yang banyak orang, terutama generasi muda, perjuangkan saat ini.
Alasan lain
aku sangat menikmati buku ini adalah bagaimana buku ini membuat kita melihat
kehidupan dari perspektif yang berbeda. Setiap cerita memperkenalkan karakter
baru dengan tantangan mereka sendiri, baik itu menghadapi kehilangan, kesulitan
keuangan, atau hubungan keluarga yang kompleks. Buku ini mengingatkan kita bahwa
setiap orang sedang mengalami sesuatu, bahkan jika mereka tidak menunjukkannya.
Aku menyukai bagaimana cerita-cerita ini terhubung dalam hal-hal kecil, yang
menunjukkan bahwa hidup kita lebih saling terkait daripada yang kita sadari.
Buku ini membuat kita berpikir tentang bagaimana interaksi terkecil dengan
orang lain dapat memberi dampak, baik kita menyadarinya atau tidak.
Salah satu hal yang membuat Yeonnamdong's Smiley Laundromat terasa begitu relevan saat ini adalah bagaimana buku ini mengeksplorasi stres, kelelahan, dan pergumulan emosional. Banyak tokoh yang kewalahan oleh pekerjaan, ekspektasi keluarga, atau kegagalan yang merupakan masalah yang dihadapi banyak orang saat ini. Dengan semakin banyaknya orang yang mengalami kecemasan dan kelelahan, fokus buku ini pada dukungan emosional dan self-care benar-benar terlihat. Buku harian berwarna hijau zaitun di tempat binatu ini bertindak seperti ruang aman tempat orang dapat melampiaskan, meminta nasihat, atau sekadar mengeluarkan perasaan mereka. Buku ini mengingatkan kita tentang bagaimana orang-orang saat ini beralih ke terapi, support group, atau bahkan komunitas daring untuk memproses emosi mereka. Buku ini menunjukkan dengan sangat baik bagaimana berbagi kesulitan kita, baik dengan menulis, berbicara dengan seseorang, atau mengekspresikan diri kita secara kreatif, dapat menyembuhkan.
Tekanan keluarga, terutama kesenjangan antargenerasi, adalah tema
lain yang sangat menarik. Buku ini membuat kita berpikir tentang
bagaimana generasi muda sering kali menginginkan hal yang berbeda dari orang
tua mereka, dan betapa sulitnya menyeimbangkan impian pribadi dengan tanggung
jawab keluarga. Pada saat yang sama, buku ini juga membantu kita melihat
berbagai hal dari sudut pandang generasi yang lebih tua, yang memperjelas bahwa
pemahaman dan kompromi penting untuk menjaga hubungan yang baik.
Aku juga
menyukai bagaimana binatu ini sendiri memainkan peran besar dalam
cerita. Di saat sebagian besar komunikasi kita terjadi secara daring, baik itu
bersosialisasi, berbelanja, atau bahkan mencari dukungan emosional, buku ini
mengingatkan kita betapa berharganya hubungan langsung yang nyata. Binatu menjadi tempat orang dapat beristirahat dari masalah mereka, merenungkan
berbagai hal, dan menemukan kenyamanan di hadapan orang lain. Di dunia saat
ini, di mana menghabiskan terlalu banyak waktu daring terkadang dapat membuat
kita merasa semakin sendirian, buku ini mengemukakan poin penting tentang
bagaimana ruang fisik tempat orang dapat berkumpul tetap penting.
Meskipun
buku ini banyak berfokus pada komunitas, buku ini juga menunjukkan bahwa
kesunyian dan refleksi diri sama pentingnya. Tidak semua karakter menemukan
kedamaian dengan berbicara kepada orang lain, beberapa dari mereka berkembang melalui momen introspeksi yang tenang. Aku suka bahwa buku ini mengakui bahwa
meskipun hubungan antarmanusia itu penting, terkadang meluangkan waktu sendiri
untuk memproses emosi juga penting untuk penyembuhan dan pengembangan diri.)
“Jindol, must we throw away our precious memories just because they don’t make us money?”
THINGS I LOVE
2. The
characters feel real, and it’s easy to relate to their struggles. Whether it’s
dealing with money problems, the pressures of being a parent, mental health
challenges, or difficult relationships, their experiences feel genuine.
3. I also
love how the book makes you think about things like money, success, and
happiness. In today’s world, there’s so much pressure to achieve certain goals
like getting a good job, making a lot of money, meeting society’s expectations,
but this book questions whether those things truly bring happiness. It makes
you reflect on what really matters, because true joy often comes from
meaningful relationships and simple everyday moments rather than material
success.
(1. Salah
satu hal yang paling aku nikmati dari buku ini adalah betapa hangat dan
nyamannya suasana binatu ini. Tempat ini adalah tempat yang aman di mana
orang-orang dapat beristirahat dari kekhawatiran mereka, berbagi pikiran, dan
merasakan keterhubungan. Buku harian bersama menjadi salah satu bagian
favorit aku. Buku harian ini memungkinkan orang-orang mengekspresikan diri mereka
secara anonim, entah mereka membutuhkan nasihat, dorongan, atau sekadar tempat
untuk melampiaskan kekesalan. Aku suka bagaimana ide sederhana ini menyatukan
orang-orang yang tidak saling kenal dan mengingatkan kita bahwa bahkan di dunia
tempat orang-orang sering merasa kesepian, momen-momen kecil kebaikan dapat
membuat perbedaan besar.
2.
Tokoh-tokohnya terasa nyata, dan mudah untuk memahami perjuangan mereka. Baik
itu menghadapi masalah keuangan, tekanan menjadi orang tua, tantangan kesehatan
mental, atau hubungan yang sulit, pengalaman mereka terasa nyata.
3. Aku juga suka bagaimana buku ini membuat kita berpikir tentang hal-hal seperti
uang, kesuksesan, dan kebahagiaan. Di dunia saat ini, ada begitu banyak tekanan
untuk mencapai tujuan tertentu seperti mendapatkan pekerjaan yang bagus,
menghasilkan banyak uang, memenuhi ekspektasi masyarakat, tetapi buku ini
mempertanyakan apakah hal-hal tersebut benar-benar membawa kebahagiaan. Hal itu
membuat kita merenungkan apa yang benar-benar penting, karena kebahagiaan
sejati sering kali datang dari hubungan yang bermakna dan momen sehari-hari
yang sederhana, bukan dari kesuksesan materi.)
THINGS I DON'T LIKE
I wasn’t a
fan of one of the short stories here. Compared to the others, it felt out of place and didn’t
tie into the main themes of community and emotional connection as well. The tone was a bit different
from the rest of the book, which made the ending less satisfying. The story
itself wasn’t necessarily bad, but I wish the book had ended on a stronger
note.
(Aku kurang suka cerita salah satu cerita di dalamnya. Dibandingkan dengan cerita-cerita lainnya, cerita ini
terasa tidak pada tempatnya dan kurang terkait dengan tema utama komunitas dan
hubungan emosional. Nada ceritanya sedikit berbeda dari bagian buku
lainnya, yang membuat akhir ceritanya kurang memuaskan. Ceritanya sendiri tidak
terlalu buruk, tetapi aku berharap buku ini berakhir dengan lebih baik.)
CONCLUSION
Yeonnam-Dong's
Smiley Laundromat is a touching and meaningful read that reminds me how small
moments of kindness can make a big difference. Through its characters and their
everyday struggles, whether it’s money problems, family expectations, or feeling
emotionally drained, this book shows how human connection can bring comfort and
support. Overall, it was a warm and relatable read. The
laundromat becomes a symbol of how people, even strangers, can help each other
in unexpected ways.
(Yeonnam-Dong's Smiley
Laundromat adalah bacaan yang menyentuh dan bermakna yang
mengingatkan kita pada bagaimana momen-momen kecil kebaikan dapat membuat perbedaan
besar. Melalui karakter-karakternya dan perjuangan mereka sehari-hari, entah itu
masalah keuangan, ekspektasi keluarga, atau perasaan lelah secara emosional,
buku ini menunjukkan bagaimana hubungan antarmanusia dapat memberikan
kenyamanan dan dukungan. Secara
keseluruhan, buku ini merupakan bacaan yang hangat dan relevan. Laundromat
menjadi simbol bagaimana orang-orang, bahkan orang asing, dapat saling membantu
dengan cara yang tak terduga.)
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.