Imagine a secret market that only accepts visitors with special invitations in first rainfall of the season, a place where you can trade your misfortunes for a brand-new life. That’s the premise of The Rainfall Market by You Yeong-Gwang, and it’s as magical as it sounds. Serin, a lonely girl drowning in financial struggles and self-doubt, receives an invitation to this mysterious marketplace. Guided by Issha, an oddly charming magical cat who acts like a puppy, she wanders through its stalls, restaurant where its sauce made of human's forgotten memories, perfumery bottling the essence of human words, casino that steals the desires of human to sleep at night and many more. But there’s a rule: she has only one week to choose her new life. If she hesitates too long, she’ll vanish along with the market, lost forever.
(Bayangkan ada sebuah pasar ajaib yang cuma menerima pengunjung yang membawa undangan khusus saat hujan pertama turun di musim itu, sebuah tempat di mana kamu bisa menukar kesialanmu untuk menjadi hidup yang baru. Itulah premis The Rainfall Market oleh You Yeong-Gwang, dan buku ini memang seajaib kedengarannya. Serin, anak perempuan yang kesepian dan sedang kesulitan keuangan, tiba-tiba mendapat undangan ke sebuah pasar misterius ini. Dia tidak sendirian, ada Issha, kucing ajaib yang tingkahnya lebih mirip anak anjing, yang menemaninya menjelajahi berbagai sudut pasar yang penuh keanehan. Ada restoran yang sausnya terbuat dari ingatan manusia yang terlupakan, toko parfum yang meracik esensi kata-kata manusia, kasino yang mencuri keinginan orang buat tidur di malam hari dan masih banyak lagi. Tapi ada satu aturan penting yaitu Serin cuma punya waktu seminggu untuk memilih kehidupan barunya. Kalau kelamaan ragu, dia bakal ikut menghilang bersama pasar itu selamanya.)
BOOK REVIEW
The Rainfall Market has a concept that immediately catches your interest, it’s The Midnight Library meets a Studio Ghibli film, blending deep, reflective themes with a dreamlike, magical world. A hidden market where you can trade your misfortunes for a new life? That premise alone is packed with potential. But while the setup is fantastic, the execution misses some of its potential.
This book explores deep themes like dissatisfaction, second chances, and the realization that no life is perfect. It’s about that universal urge to start over when things feel hopeless. The Rainfall Market itself is a powerful metaphor for choice where Serin, like so many of us, doesn’t know what she truly wants. The magical Dokkaebi Orbs show her glimpses of different futures, and that’s where this book’s strongest point, it taps into that fear we all have when facing life which is changing decisions. Whether it’s school, careers, or relationships, this story reminds us that happiness isn’t about landing in a perfect life but in how we choose to see our own.
It also touches on self-worth and perseverance. Serin starts off convinced she doesn’t deserve happiness, a feeling that many of us will understand. This book does a solid job of showing how struggles shape confidence and how pushing through them can lead to progress. Even though these themes are interesting, they don’t go as deep as they could. Serin’s journey feels a little surface-level, and I found myself wanting more from her character. I wanted to feel her emotions, to feel invested in her challenges, but she never quite came alive the way I hoped she would.
(The Rainfall Market punya konsep yang langsung bikin penasaran, bayangin The Midnight Library ketemu film-film Studio Ghibli. Perpaduan antara tema-tema reflektif yang penuh makna dengan dunia penuh keajaiban yang terasa seperti mimpi. Pasar tersembunyi di mana orang bisa menukar kesialan mereka dengan kehidupan baru? Premisnya saja sudah penuh potensi. Sayangnya, penyampaiannya belum sepenuhnya mencapai potensinya.
Buku ini mengangkat tema-tema yang dalam dan berkesan seperti ketidakpuasan, kesempatan kedua, dan kesadaran bahwa tidak ada kehidupan yang benar-benar sempurna. Siapa sih yang nggak pernah kepikiran untuk memulai dari nol lagi saat hidup terasa berat? The Rainfall Market sendiri berfungsi sebagai metafora tentang pilihan. Serin, seperti banyak dari kita, tidak benar-benar tahu apa yang dia inginkan. Dokkaebi Orbs yang ajaib memperlihatkan berbagai kemungkinan masa depan untuknya, dan di sinilah kekuatan utama buku ini yaitu menyentuh ketakutan yang kita semua rasakan saat menghadapi perubahan besar dalam hidup. Mau itu sekolah, karier, atau hubungan, cerita ini mengingatkan kita kalau kebahagiaan bukan soal menemukan hidup yang sempurna, tapi bagaimana kita memilih untuk melihat hidup kita sendiri.
Selain itu, buku ini juga menyentuh soal keyakinan pada diri sendiri dan kegigihan dalam menghadapi masalah. Dari awal, Serin merasa dia tidak pantas bahagia, sesuatu yang mungkin banyak dari kita bisa relate. Buku ini cukup bagus dalam menunjukkan bagaimana kesulitan membentuk rasa percaya diri dan bagaimana melewati rintangan bisa membuat kita berkembang. Tapi sayangnya, eksplorasi tema-tema ini tidak digali sedalam yang seharusnya. Perjalanan Serin terasa masih di permukaan saja, dan aku jadi ingin lebih banyak merasakan emosinya. Aku ingin ikut terhanyut dalam tantangannya, tapi sayangnya, dia tidak terasa benar-benar ‘hidup’ seperti yang aku harapkan)
THINGS I LOVE
✅ One of the best things about this book is its magical and immersive world. A hidden market that only appears on the first day of the rainy season, where people can literally trade their misfortunes for a brand-new life? The moment I read the premise, I knew I had to pick this up. It taps into something we’ve all thought about at some point, what if we could just start over? The market itself is described in such a vivid, almost cinematic way, with vendors offering futures wrapped up in a dokkaebi orb. It’s the kind of setting that makes you wish you could walk into the world yourself.
✅ Another thing I loved? This book gave me total Studio Ghibli vibes. Think Spirited Away or When Marnie Was There, that dreamy, slightly surreal atmosphere where magic feels both wondrous and deeply emotional. The story isn’t just about exploring a fantastical place, it’s also about self-discovery, regret, and figuring out what truly matters. It has that quiet, bittersweet feeling Ghibli movies do so well, where every little moment feels meaningful. If you love the story that leaves an impression that’s hard to shake, then this book might be right up your alley.
✅ And then there’s Issha, the magical cat, easily one of my favorite parts of the book. He’s not just a cute sidekick for the sake of it, because he has a real presence in the story. He eats like there’s no tomorrow, acts more like an overgrown puppy than a graceful feline, and can even grow into a massive, towering cat when needed. He doesn’t talk, but his actions say plenty whether it’s nudging Serin in the right direction, offering silent comfort, or stubbornly refusing to leave her side. His companionship makes Serin’s journey feel less lonely, and adds just the right amount of warmth to balance out this book’s heavier themes.
(✅ Salah satu hal paling keren dari buku ini adalah dunianya yang terasa ajaib dan imersif. Bayangkan, ada pasar tersembunyi yang cuma muncul di hari pertama musim hujan, di mana orang bisa menukar kesialan mereka dengan hidup yang benar-benar baru. Begitu baca premisnya, aku langsung penasaran. Siapa sih yang nggak pernah kepikiran, "Gimana kalau aku bisa mulai semuanya dari awal?" Pasarnya sendiri digambarkan dengan detail yang begitu hidup, hampir seperti adegan dalam film. Pedagang-pedagang di sana menawarkan masa depan yang dibungkus dalam bola dokkaebi, dan hanya membaca deskripsinya sudah bikin aku ingin masuk ke dunia itu.
✅ Hal lain yang aku suka? Buku ini punya vibes Studio Ghibli. Mirip kayak Spirited Away atau When Marnie Was There, dengan atmosfer yang dreamy, agak surealis, tapi juga penuh emosi. Ceritanya bukan cuma tentang menjelajahi tempat ajaib, tapi juga soal menemukan diri sendiri, menghadapi penyesalan, dan mencari tahu apa yang benar-benar penting dalam hidup. Ada rasa tenang tapi juga sedikit melankolis yang khas banget dari film-film Ghibli di mana momen-momen kecil dalam cerita ini terasa bermakna. Kalau kamu suka cerita yang meninggalkan kesan yang sulit dilupakan, buku ini bisa jadi pilihan yang pas.
✅ Dan tentu saja, ada Issha, si kucing ajaib yang jadi salah satu favoritku. Dia bukan sekadar sidekick yang ada cuma buat pemanis, karena dia benar-benar punya peran penting dalam cerita. Makannya banyak banget, lebih mirip anak anjing yang kegedean daripada kucing yang elegan, dan dia bahkan bisa berubah jadi kucing raksasa kalau dibutuhkan. Dia nggak bisa ngomong, tapi gerak-geriknya sudah cukup untuk menyampaikan maksudnya, entah itu dengan mendorong Serin ke arah yang seharusnya, diam-diam memberikan kenyamanan, atau ngeyel banget nggak mau ninggalin dia sendirian. Kehadirannya membuat perjalanan Serin terasa lebih hangat dan nggak terlalu sepi, pas banget buat menyeimbangkan tema-tema berat di buku ini.)
THINGS I DON'T LIKE
❌ Serin, as a main character, felt a little underdeveloped. Her character feels more defined by her circumstances, she’s poor, lonely, and practices taekwondo, but outside of these struggles, I didn’t get a strong sense of who she is. She rarely reflects on herself beyond her immediate problems, which is hard to form an emotional connection with her. The side characters especially the dokkaebi also didn’t leave much of an impression. They were introduced almost all at once, and since none of them had distinct personalities, their interactions with Serin felt more like background noise than meaningful relationships.
❌ The story started off strong, but after a while, it became repetitive. At first, following Serin as she explored the market was exciting, but once she had to complete a series of tasks to obtain different dokkaebi orbs, the plot settled into a predictable rhythm. This made the middle section drag, and since this book’s main lesson, gratitude and self-acceptance, was already clear early on, the ending didn’t leave as much of an impact as I expected. I had a pretty good idea of how things would play out from the start, so there weren’t many surprises to keep me fully engaged.
❌ The villain in this book felt unnecessary. The heart of this story is Serin’s personal journey, so adding an external antagonist felt like more of a plot device to create extra tension rather than a crucial part of the plot. This book would have worked just as well, if not better, without a traditional villain, by focusing instead on Serin’s internal struggles and choices.
❌ I also found myself unsure of who this book was meant for. The writing is very simple, almost middle-grade in style, but the themes lean toward an older audience. Serin’s age is another point of confusion, her voice feels young, yet she casually mentions things like college, which made it hard to pin down her perspective. It's hard to fully relate to her character because I wasn’t sure whether I was supposed to view her as a teenager just starting to understand the world or a young adult with more life experience.
(❌ Serin sebagai tokoh utama terasa kurang berkembang. Karakternya lebih banyak dipengaruhi oleh kondisinya seperti miskin, kesepian, dan berlatih taekwondo, tapi di luar itu, aku nggak benar-benar menangkap siapa dia sebenarnya. Dia jarang merenung atau melihat dirinya lebih dalam selain dari masalah-masalah yang lagi dia hadapi, jadi aku susah buat punya keterikatan emosional dengannya. Karakter sampingannya, terutama para dokkaebi, juga nggak terlalu meninggalkan kesan. Mereka muncul hampir bersamaan, tapi karena nggak ada yang benar-benar menonjol, interaksi mereka dengan Serin terasa kayak pelengkap aja, bukan hubungan yang berarti.
❌ Awalnya seru, tapi makin lama ceritanya terasa repetitif. Di bagian awal, mengikuti Serin keliling pasar ajaib ini memang menarik, tapi begitu dia mulai harus menyelesaikan serangkaian tugas buat dapetin berbagai dokkaebi orb, pola ceritanya jadi ketebak. Bagian tengah buku jadi terasa agak lambat, dan karena pesan utama buku ini tentang bersyukur dan menerima diri sendiri, sudah jelas dari awal, ending-nya jadi kurang nendang buatku. Dari awal aku udah punya gambaran tentang bagaimana cerita ini bakal berakhir, jadi nggak banyak kejutan yang bikin aku tetap sepenuhnya tertarik.
❌ Keberadaan villain di buku ini terasa nggak begitu perlu. Cerita ini sebenarnya lebih fokus ke perjalanan pribadi Serin, jadi menambahkan tokoh antagonis dari luar lebih terasa kayak cara buat bikin konflik tambahan daripada sesuatu yang benar-benar berkontribusi untuk jalan ceritanya. Kayaknya buku ini bakal tetap, atau bahkan lebih bagus, kalau lebih menekankan konflik batin Serin daripada menghadirkan villain konvensional.
❌ Aku juga agak bingung buku ini ditujukan untuk siapa. Gaya bahasanya simpel banget, berasa kayak buku middle grade, tapi temanya sendiri lebih cocok buat pembaca yang lebih dewasa. Usia Serin juga agak membingungkan, cara dia ngomong dan berpikir terasa masih muda, tapi dia juga nyebut-nyebut soal kuliah. Ini bikin aku nggak yakin harus melihat dia sebagai remaja yang baru belajar memahami dunia atau sebagai seseorang yang udah punya lebih banyak pengalaman hidup.)
CONCLUSION
The Rainfall Market is a story about choice and the search for happiness, set in a magical and mysterious marketplace. This book has a whimsical, almost Ghibli-like atmosphere, which makes it fun to explore. The idea of a secret market where people can trade their misfortunes is really interesting, and this book does a good job of making it feel magical and dreamlike. That being said, I think the execution could have been better. Serin’s journey feels repetitive, the villain doesn’t add much contribution to the story, and the writing style is pretty simple, almost too simple for a YA novel. I also felt like this book wasn’t sure who its target audience was. Even though it had some great themes about gratitude and self-acceptance, I didn’t feel as emotionally invested as I wanted to be. Still, if you enjoy slow, reflective fantasy with a dreamy, mysterious vibe, this book might be worth a read. It’s not perfect, but it does have a unique concept and a message that you'd love.
(The Rainfall Market adalah sebuah kisah tentang pilihan hidup dan pencarian kebahagiaan, semuanya dibungkus dalam suasana pasar ajaib yang misterius. Nuansanya sedikit mengingatkanku pada film-film Ghibli, yang berasa whimsical dan seru buat dijelajahi. Konsep pasar rahasia yang bisa menukar kesialan dengan kehidupan baru juga menarik banget, dan buku ini berhasil bikin tempatnya terasa ajaib dan seperti mimpi. Tapi eksekusinya menurutku masih bisa lebih bagus. Perjalanan Serin terasa agak repetitif, villain-nya nggak terlalu berpengaruh ke cerita, dan gaya bahasanya simpel banget, kayak terlalu sederhana buat novel YA. Selain itu, aku juga merasa buku ini nggak terlalu jelas ditujukan buat pembaca usia berapa, jadi agak sulit buat benar-benar nyambung sama ceritanya. Meskipun ada pesan bagus tentang bersyukur dan menerima diri sendiri, aku nggak merasa terlalu terikat secara emosional dengan cerita ini. Tapi kalau kamu suka fantasy yang santai, mengajak untuk merenung, dan punya vibe dreamy-misterius, mungkin buku ini bisa jadi bacaan yang menarik. Nggak sempurna, tapi konsepnya unik dan tentu ada pesannya yang mungkin bakal kamu suka.)
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.